. Kadar Sulfur dioksida SO

suhu udara yang lebih rendah dari lingkungan maka massa udara polutan tidak dapat naik tetapi tetap berada di atmosfer dan terakumulasi sehingga akan menaikkan kadar polutan Soedomo, 2011. Kadar nitrogen dioksida NO 2 terendah terdapat pada Kawasan Non Industri yaitu pada Jl. Karya Wisata, rendahnya kadar nitrogen dioksida NO 2 diasumsikan karena adanya pohon dan jarak pohon yang dekat dengan sumber pencemaran yaitu 2 meter. Keberadaan pohon di jalan raya dapat menjaga kelembaban dan menurunkan suhu udara sehingga konsentrasi polutan yang melayang di udara menjadi berkurang Anggraini, 1994. Rendahnya kecepatan angin di jalan ini juga di asumsikan mempengaruhi rendahnya kadar polutan di jalan ini. Semakin tinggi kecepatan angin pada suatu daerah, maka pencampuran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar semakin encer dan akan mengakibatkan polutan di daerah tersebut akan semakin berkurang Rahmawati, 2008.

5.3 . Kadar Sulfur dioksida SO

2 di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3. kadar sulfur dioksida SO 2 tertinggi terdapat pada kawasan non industri yaitu pada Jl. Karya Wisata yaitu sebesar 54,38 µgNm, sedangkan terendah terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu pada Jl. Pulau Nusa Barung yaitu sebesar 47,92 µgNm. Kadar sulfur dioksida SO 2 yang diukur pada Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri Medan masih memenuhi syarat baku mutu menurut PP RI No.41 tahun 1999 yaitu sebesar 900 µgNm selama 1 jam pengukuran. Universitas Sumatera Utara Pada kawasan non industri yaitu Jl. Karya Wisata kadar Sulfur dioksida SO 2 yang di dapat yaitu 54,38 µgNm. Tingginya kadar sulfur dioksida SO 2 diasumsikan karena pengukuran dilakukan pada sore hari karena sore hari merupakan puncak kepadatan lalu lintas di kawasan ini serta pengukuran dilakukan dekat dengan persimpangan lampu merah karena pada saat lampu merah banyak kendaraan yang berhenti, dan jalan ini merupakan kawasan pemukiman penduduk. Berat atau ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat tergantung pada iklim lokal, topografi, kepadatan penduduk, banyaknya industry, suhu udara panas di lokasi dan kesibukan transportasi Darmono, 2001. Adanya pohon peneduh jalan di jalan ini tidak berpengaruh terhadap tingginya kadar SO 2 di jalan ini. Pohon yang rindang dan sejuk belum tentu dapat menurunkan konsentrasi polutan yang melayang di udara karena kemampuan pepohonan dalam menyerap dan menjerap polutan yang terdapat di jalan raya tergantung dari jenis dan morfologi daun pohon tersebut, seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur daun Hidayati, 2009. Sulfur dioksida adalah pencemar udara yang banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak Sarudji, 2010. Sumber sulfur dioksida SO 2 adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batubara yang mengandung sulfur tinggi. Gas buangan hasil pembakaran biasanya mengandung sulfur dioksida SO 2 lebih tinggi Mulia, 2005. Kcepatan angin yang rendah di jalan ini juga diasumsikan mempengaruhi kadar SO 2 . Kecepatan angin yang tinggi sehingga konsentrasi pencemar menjadi encer, Universitas Sumatera Utara sedangkan kecepatan angin rendah mengakibatkan konsentrasi pencemar menjadi pekat Bayung, 2004. Kadar SO 2 terendah pada Kawasan Industri Medan yaitu pada Jl. Nusa Barung kadar sulfur dioksida sebesar 47,92 µgNm. Rendahnya kadar sulfur dioksida diasumsuikan karena pengukuran dilakukan pada siang hari dan tidak ada cerobong dari industri yang mengeluarkan asap, selain itu jumlah pohon dan jaraknya yang dekat dengan sumber polusi dapat menyerap polutan di udara. Keberadaan pohon peneduh jalan sangat banyak manfaatnya selain member keteduhan pohon peneduh jalan juga dapat menyerap polutan yang terdapat di udara Hanafri, 2011. Jumlah kendaraan yang sedikit melintasi jaln ini diasumsikan mempengaruhi rendahnya kadar SO 2 di Jalan ini. Laju kendaraan bermotor mempunyai andil yang besar 65 dalam hal menimbulkan pencemaran udara, disamping industri 10, rumah tangga 15 dan lain-lain Kusnoputranto, 1986.

5.5. Dampak Terhadap Kesehatan