Kadar Karbon Monoksida CO di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kadar Karbon Monoksida CO di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1. kadar karbon monoksida CO tertinggi terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu pada Jl. Perbatasan KIM I dan KIM II sebesar 17.170 µgNm 3 , sedangkan kadar terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu pada Jl.Karya Jaya sebesar 9.160 µgNm 3 . Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun1999, kadar karbon monoksida CO pada Kawasan Industri dan kawasan non industri di kota Medan masih memenuhi syarat baku mutu yaitu 30.000 µgNm 3 dalam pengukuran 1 jam. Pada Kawasan Industri Medan yaitu pada Jl. Perbatasan KIM I dan KIM II kadar karbon monoksida CO yang di dapat 17.170 µgNm 3 , kadar karbon monoksida CO disebabkan oleh banyaknya kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor terbanyak yang melaui jalan ini adalah jenis truk yang bermesin diesel. Tingginya kadar karbon monoksida di Kawasan Industri Medan diasumsikan karena pengukuran dialakukan pada siang hari merupakan puncak dari kepadatan lalu lintas di Kawasan Industri Medan sehingga pada siang hari banyak kendaraan bermotor yang di dominasi oleh kendaraan truk yang bermesin diesel yang melintas membawa bahan baku dan hasil dari industri yang terdapat di Kawasan Industri Medan. Universitas Sumatera Utara Sumber utama karbon monoksida CO yaitu berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor yang berada di ruas jalan raya, kemacetan lalu lintas juga akan menambah beban pencemaran udara Fardiaz, 2003. Semakin banyak jumlah kendaraan yang melintasi jalan tersebut maka kadar karbon monoksida CO yang dibuang ke udara juga akan semakin meningkat. Sumber pencemar utama karbon monoksida CO yang dibuang ke udara berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di udara berupa gas buangan. Gas buangan tersebut berasal dari kendaraan bermotor tersebut mencapai 60-70 Wardhana, 2001. Gas karbon monoksida CO yang dihasilkan oleh oleh kendaraan bermesin bensin premium adalah sekitar 1 pada waktu berjalan dan sekitar 7 pada waktu tidak berjalan, sementara mesin diesel menghasilkan gas karbon monoksida CO sebesar 0,2 pada saat berjalan dan sekitar 4 pada waktu berhenti Siswanto dalam Sarudji, 2010. Tingginya kadar CO di perbatasan KIM I dan II juga diasumsikan karena tingginya kecepatan angin di perbatasan KIM I dan II, dari hasil penelitian menunjukkan kecepatan angin tertinggi terdapat di titik ini yaitu sebesar 0,8 ms. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan mencemari udara negara lain, sebaliknya apabila kecepatan angin lemah polutan akan menumpuk di tempat yang yang mencemari udara tempat pemukiman terdapat lokasi pencemaran tersebut Chandra, 2006. Selain tingginya kecepatan angin, jumlah kendaraan yang melintasi kawasan ini juga mempengaruhi tingginya kadar CO. Kadar karbon monoksida CO terendah terdapat di Kawasan Non Industri yaitu pada Jl. Karya jaya sebesar 9.160 µgNm 3 , Universitas Sumatera Utara rendahnya kadar karbon monoksida CO di Jalan ini diasumsikan karena banyak pohon dijalan ini dengan jarak yang dekat dari sumber pencemaran yaitu 2 meter. Pohon yang ada di jalan ini adalah pohon jenis Angsana yang dianggap dapat menyerap gas buang kendaraan bermotor yang melewati jalan tersebut. Pohon Angsana Pterocarpus indicus mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan timbale Pb dibandingkan pohon lain seperti Glodongan Polyathia longifolia Agnesia, 2010. Pada pohon peneduh jalan jumlah kerapatan stomata di bawah permukaan daun lebih tinggi dibandingkan di atas daun, sehingga semakin tinggi jumlah kerapatan stomata semakin tinggi pula potensi tersebut menyerap logam berat atau partikel yang melayang di udara Hidayati, 2009. Hasil penelitian menunjukkan suhu tertinggi pada jalan ini yaitu sebesar 35,2 C menyebabkan kadar polutan rendah. Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara semakin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara tampaknya semakin tinggi Depkes dalam Junaidi, 2002. Kelembaban pada jalan ini yaitu 52 juga mempengaruhi kadar CO. Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap air sangat penting karena mempunyai sifat menyerap radiasi bumi, yang akan menentukan kehilangan panas dari bumi dan mengatur suhu udara Mukono, 2008. Kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan kadar polutan yang terdapat di udara Mukono, 2005. Universitas Sumatera Utara

5.2. Kadar Nitrogen dioksida NO