Analisa Kadar Co, No2 Dan So2 Di Kawasan Industri Medan Dan Kawasan Non Industri Di Kota Medan Pada Tahun 2013

(1)

SKRIPSI

ANALISA KADAR CO, NO2 DAN SO2 DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN DAN KAWASAN NON

INDUSTRI DI KOTA MEDAN PADA TAHUN 2013

OLEH:

NIM. 111O21130 YULIANA RAMADHANI M

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

(3)

ABSTRAK

Kawasan Industri adalah kawasan yang ditetapkan untuk daerah industri, jumlah industri yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebanyak 109 industri. Kawasan Non Industri merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai perumahan dan padatnya lalu lintas di kawasan ini dapat mengakibatkan pencemaran udara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar CO, NO2, dan SO2, suhu, kelembaban, kecepatan angin, jumlah kendaraan bermotor dan jarak pohon dengan sumber pencemar di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri di kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif sederhana. Objek penelitian ini adalah CO, NO2, dan SO2, dan hasil didapat dari pengukuran langsung di KIM dan Kawasan Non industri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO tertinggi yaitu di Kawasan Industri Medan sebesar (17.170 µg/Nm3), sedangkan kadar CO terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (9.160 µg/Nm3), kadar NO2 tertinggi terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (32,45 µg/Nm), sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (13,05 µg/Nm) dan kadar SO2 tertinggi terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (54,38 µg/Nm), sedangkan terendah terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (47,92 µg/Nm).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Kawasan Industri Medan dan kawasan Non Industri di kota Medan belum melebihi baku mutu CO (30.000 µg/Nm), NO2 (400 µg/Nm) dan SO2 (900 µg/Nm). Saran untuk pengelola KIM untuk lebih memperhatikan kualitas udara dan untuk pemerintah agar lebih meningkatkan penanaman jalur hijau di kota Medan.

Kata kunci : Kawasan Industri Medan, Kawasan Non Industri, CO, NO2 dan SO2


(4)

ABSTRACT

Industry area is the area which established for industry area, the total of industry in KIM (Kawasan Industri Medan) are 109 industries. Non-industry area is the place where people can live and also the testive area in this place can caused air pollution.

This research is made for understanding the degree of CO, NO2, dan SO2 in

KIM and Non-industry area, the speed of wind, temperature, humidity, the total of vehicle, and the distance of plants that absorb pollution with the source pollution in KIM and Non-industry area in Medan city.

The type of this research is survey which descriptive area. The object of this research are CO, NO2, SO2 and the result can be found directly the measure of KIM

area and Non-industry area.

The result of this research shows the highest degree of CO in KIM is (17.170 µg/Nm3), meanwhile the lowest degree in non-industry area is (9.160 µg/Nm3) the highest degree of NO2 in KIM is (32, 45 µg/Nm3), on the other hand the lowest degree

of NO2 in non-industry area is (13,05 µg/Nm3) and the degree highest of SO2 in

non-industry area is (54, 38 µg/Nm3) meanwhile the lowest degree of SO2 in KIM is (

47,92 µg/Nm3).

The conclution from this research are KIM and non-industry area in Medan city not over the standard of quality yet. The suggestion for the owner of KIM are the should do make more attention in the quality of air and also for the government, they should do more planting the trees area in Medan city.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISA KADAR CO, NO2 DAN SO2 DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN DAN KAWASAN NON INDUSTRI DI KOTA MEDAN PADA TAHUN 2013”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda “Yurnalis Munthe” dan ibunda “Seniah” yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan dukungannya kepada penulis.

4. dr. Taufik Ashar MKM., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina MS., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya MSi., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Dra.Nurmaini MKM., Ph.D, selaku dosen penguji III yang telah memberikan saran dan masukkan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

9. Pimpinan Kawasan Industri Medan dan ibu Bernike selaku pembimbing lapangan penulis.

10.Pimpinan dan staf di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara.

11.Untuk kakak dan abangku tersayang: Asmawani, Budi Hariono, Aida Fitri, Zaini Kholis, Maya sari dan Armis Tama yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.


(7)

12.Untuk adekku tersayang “Azwardhi yurnalis” dan “Irwansyah yurnalis” yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.

13.Untuk keponakan-keponakan: Farhah, Ido, Ausath, Soru, Mayroh, Ilyas, Lana, Ina, Waffa, Syaki dan Rasyid yang telah memberikan senyuman dan semangat bagi penulis.

14.Untuk abangku “Ahmad Fauzi Nst” yang telah banyak membantu, yang penuh pengertian, kesabaran, dan doa dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis..

15.Sahabat-sahabat seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat maupun Departemen Kesehatan Lingkungan : Marlina, Suryani, Reni, Nay, kak Wiwit, Bg Jun, Bg Asrul, Moris, Rizka, Evie, Rizki, Dian, Besti, Sherli, Winda, Melta yang sering memberi dukungan, masukan dan diskusi dalam penyelesaian skripsi ini. Serta sahabat dekat penulis : Iin, Ria, Meli, Yeni, Fitri, Hanim dan Arie. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga Tugas Sarjana ini memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2013 Penulis,


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuliana Ramadhani M

Tempat/Tanggal Lahir : Takengon, 19 April 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Anak Ke : 4 dari 6 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Binjai KM 12 Perum Pallem Kencana Blok XZ No. 26 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-1995 : TK Ceding Ayu Takengon 2. Tahun 1995-2001 : SD Negeri 064979 Medan 3. Tahun 2001-2004 : MTS Al-Kautsar Medan 4. Tahun 2004-2007 : SMA Amir Hamzah Medan 5. Tahun 2007-2010 : DIII Keperawatan USU 6. Tahun 2011-2013 : FKM USU Medan


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………... i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT……….. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udara ... 9

2.1.1 Pengertian Udara ... 9

2.1.2 Pengertian Pencemaran Udara ... 10

2.1.3 Penyebab Pencemaran Udara ... 10

2.1.4 Klasifikasi Bahan Pencemar Udara ... 11

2.1.5 Sumber Pencemar Udara... 13

2.1.6 Jenis- jenis Pencemar Udara ... 14

2.1.7 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ... 15


(10)

2.1.9 Pencegahan ... 19

2.2 Karbon Monoksida (CO) ... 21

2.2.1 Sumber Karbon Monoksida ... 21

2.2.2 Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan ... 23

2.3. Nitrogen Dioksida ... 24

2.3.1 Sumber Nitrogen dioksida ... 24

2.3.2 Pengaruh NO2 Terhadap Kesehatan ... 26

2.3.3 Pengaruh NO2 Terhadap Tanaman ... 28

2.4 Sulfur Dioksida (SO2) ... 28

2.4.1 Sumber Sulfur Dioksida ... 28

2.4.2 Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Kesehatan ... 29

2.4.3 Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Tanaman ... 30

2.4.4 Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Bahan Lain .... 31

2.5 Industri... ... 31

2.5.1 Industri dan Klasifikasinya ... 31

2.5.2 Dampak Industri ... 32

2.6 Kawasan Non Industri (Perumahan) ... 32

2.6.1 Persyaratan Perumahan ... 32

2.7 Kerangka Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2 Waktu Penelitian... 37

3.3 Objek Penelitian ... 38


(11)

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5.1 Data Primer ... 39

3.5.2 Data Sekunder ... 39

3.6 Teknik Analisa Data ... 39

3.6.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 39

3.6.2 Prosedur Pengukuran CO di Udara Ambien ... 40

3.6.3 Prosedur Pengukuran NO2 ... 40

3.6.4 Metode Analisa SO2 dengan menggunakan Pararosalin ... 42

3.6.5 Prosedur Pengukuran Suhu dan Kelembaban ... 44

3.7 Aspek Pengukuran ... 45

3.8 Depenisi Operasional Variabel ... 45

3.9 Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 47

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

4.2.1 Kawasan Industri Medan ... 47

4.2.2 Kawasan Non Industri (Kawasan Perumahan Johor ... 48

4.3 Hasil Penelitian ... 49

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar CO di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Non Industri... 54

5.2 Kadar NO2 di Kawasan Industri dan Kawasan Non Industri ... 57

5.3 Kadar SO2 di Kawasan Industri dan Kawasan Non Industri ... 59


(12)

5.5 Dampak Terhadap Kesehatan ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 63 6.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(13)

NO. DAFTAR TABEL Hal 1. Tabel 2.1 Pengaruh Konsentrasi CO di udara dan Pengaruhnya

Pada Tubuh Bila Terjadi Kontak Pada Waktu yang

Lama………... 25

2. Tabel 2.2 Sumber Pencemaran NO2 di Udara………... 27 3. Tabel 2.3 Pengaruh SO2 Terhadap Manusia………... 31 4. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Karbon Monoksida (CO) di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri……….. 51 5. Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kadar Nitrogen dioksida (NO2) di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri………... … 52 6. Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kadar Sulfur dioksida (SO2) di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri………... .... 52 7. Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin di Kawasan Industri

Medan dan Kawasan Non Industri………. 53

8. Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Suhu di Kawasan Industri Medan dan

Kawasan Non Industri……… 53

9. Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Kelembaban di Kawasan Industri Medan

Dan Kawasan Non Industri……… 54

10.Tabel 4.7 hasil Pengukuran Jumlah Kendaraan Bermotor di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri……… 54 11.Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Jarak Tanaman Penyerap Polutan di Kawasan


(14)

No DAFTAR GAMBAR Hal


(15)

No. DAFTAR LAMPIRAN Hal 1. Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi……… 67 2. Lampiran 2 Hasil Pengukuran CO, NO2 dan SO2 dari Balai Teknik

KesehatanLingkungan dan Pengendalian Penyakit……… 68 3. Lampiran 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41

Tahun 1999………. 72 4. Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian……… 75 5. Lampiran 5 Surat Izin Penelitian………. 76 6. Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan

Penelitian………. 77 7. Lampiran 7 Denah Lokasi Penelitian………... 79 8. Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian……… 80


(16)

ABSTRAK

Kawasan Industri adalah kawasan yang ditetapkan untuk daerah industri, jumlah industri yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebanyak 109 industri. Kawasan Non Industri merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai perumahan dan padatnya lalu lintas di kawasan ini dapat mengakibatkan pencemaran udara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar CO, NO2, dan SO2, suhu, kelembaban, kecepatan angin, jumlah kendaraan bermotor dan jarak pohon dengan sumber pencemar di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri di kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif sederhana. Objek penelitian ini adalah CO, NO2, dan SO2, dan hasil didapat dari pengukuran langsung di KIM dan Kawasan Non industri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO tertinggi yaitu di Kawasan Industri Medan sebesar (17.170 µg/Nm3), sedangkan kadar CO terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (9.160 µg/Nm3), kadar NO2 tertinggi terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (32,45 µg/Nm), sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (13,05 µg/Nm) dan kadar SO2 tertinggi terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (54,38 µg/Nm), sedangkan terendah terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (47,92 µg/Nm).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Kawasan Industri Medan dan kawasan Non Industri di kota Medan belum melebihi baku mutu CO (30.000 µg/Nm), NO2 (400 µg/Nm) dan SO2 (900 µg/Nm). Saran untuk pengelola KIM untuk lebih memperhatikan kualitas udara dan untuk pemerintah agar lebih meningkatkan penanaman jalur hijau di kota Medan.

Kata kunci : Kawasan Industri Medan, Kawasan Non Industri, CO, NO2 dan SO2


(17)

ABSTRACT

Industry area is the area which established for industry area, the total of industry in KIM (Kawasan Industri Medan) are 109 industries. Non-industry area is the place where people can live and also the testive area in this place can caused air pollution.

This research is made for understanding the degree of CO, NO2, dan SO2 in

KIM and Non-industry area, the speed of wind, temperature, humidity, the total of vehicle, and the distance of plants that absorb pollution with the source pollution in KIM and Non-industry area in Medan city.

The type of this research is survey which descriptive area. The object of this research are CO, NO2, SO2 and the result can be found directly the measure of KIM

area and Non-industry area.

The result of this research shows the highest degree of CO in KIM is (17.170 µg/Nm3), meanwhile the lowest degree in non-industry area is (9.160 µg/Nm3) the highest degree of NO2 in KIM is (32, 45 µg/Nm3), on the other hand the lowest degree

of NO2 in non-industry area is (13,05 µg/Nm3) and the degree highest of SO2 in

non-industry area is (54, 38 µg/Nm3) meanwhile the lowest degree of SO2 in KIM is (

47,92 µg/Nm3).

The conclution from this research are KIM and non-industry area in Medan city not over the standard of quality yet. The suggestion for the owner of KIM are the should do make more attention in the quality of air and also for the government, they should do more planting the trees area in Medan city.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Udara adalah atmosfer yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, di dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, untuk menahan sinar ultra violet dari matahari. Udara sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Udara digunakan untuk pernapasan, menghirup gas oksigen ke paru-paru yang kemudian diserap oleh darah, darah mengandung hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut Oksigen) lalu diangkut ke seluruh tubuh sebagai pemasok oksigen bagi sel-sel tubuh. Udara juga berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh agar dalam keadaan normal dengan mekanisme secara fisik (Sunu, 2001).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda- benda yang panas dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia. masalah pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra, 2006).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara


(19)

ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kenderaan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak menyebabkan udara di sekitar kita tercemar oleh gas–gas buangan hasil pembakaran (Wardhana, 2001)

Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi (produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produksi yang dihasilkan dibawa ke pemakai. Dan sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

Transportasi merupakan penghasil CO terbanyak diantara penghasil CO lainnya terutama oleh kendaraan bermotor yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar, selain transportasi industri juga merupakan penghasil CO terbesar setelah transportasi dan pembakaran. Industri juga merupakan sumber utama penghasil SO2 seperti industri pemurnian petroleum, industri Asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya (Fardiaz, 2003).

Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter – parameter seperti gas NO2, SO2, CO, O3, NH3, H2S, Hidrokarbon, dan partikel debu. Apabila terjadi peningkatan kadar bahan – bahan tersebut di udara ambien yang melebihi nilai baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain dapat berupa keluhan


(20)

ataupun kelainan paru menahun lainnya (Saric, 1980; Xu & Dockery,1991 dalam Mukono 1997).

Pembangunan di negara kita, khususnya pembangunan di bidang industri berjalan sangat cepat. Konsekuensi dari proses pembangunan industri adalah meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut, termasuk limbah udara yang dapat merubah kualitas udara ambien. Bahan pencemar udara yang dapat dikeluarkan oleh industri antara lain adalah partikel debu, gas SO2, gas NO2, gas CO, gas NH3, dan gas Hidrokarbon (Mukono, 2008). Kegiatan-kegiatan industri dapat menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan bagi tenaga kerja dan populasi umum baik secara langsung yaitu melalui pemaparan terhadap faktor-faktor yang mengganggu kesehatan dan secara tidak langsung melalui degradasi lingkungan (Widiati dalam Kustanto, 2001).

Bahan bakar fosil merupakan sumber utama terjadinya pencemaran udara pada industri, pembakaran sempurna bahan bakar fosil menghasilkan CO dan H2O bersama beberapa Nitrogen oksida yang muncul dari fiksasi Nitrogen dari atmosfir pada suhu tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap hitam yang terdiri dari partikel-partikel Karbon atau Hidrokarbon kompleks atau CO dan senyawa organik yang teroksidasi sebagian, bahan bakar fosil juga mengandung senyawa sulfur (Kristanto, 2002).

Kegiatan pembakaran yang berlangsung tidak sempurna dari bahan bakar yang dipakai sebagai sumber energi bagi kendaraan bermotor terintroduksi ke udara dalam bentuk gas dan partikel. Gas buang kendaraan bermotor tersebut mengeluarkan bahan pencemar (polutan) yang berupa gas seperti Karbon monoksida (CO), Nitrogen


(21)

oksida (NOx), Sulfur oksida (SOx), dan Hidrokarbon (HC) dan berupa seperti partikel debu, aerosol, timah hitam (Moestikahadi, 2001).

Penggunaan bahan bakar fosil meningkatkan akumulasi Karbon dioksida di atmosfir, konsentrasi Karbon dioksida pada era pra industri sebesar 280 ppm (280 bagian Karbon dioksida per sejuta volume udara), konsentrasi ini meningkat menjadi 340 ppm pada tahun 1980 dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat menjadi 560 ppm pada abad yang mendatang (Kristanto, 2002).

Jumlah COdi udara sebesar 0,032 % berasal dari pembakaran tidak sempurna (kekurangan waktu dan dan oksigen) maka tiap atom karbon akan bereaksi dengan dengan satu atom oksigen dan terbentuklah CO. Gas ini bersifat lebih ringan dari udara, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (Mukono, 2008).

Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1% pada waktu berjalan dan sekitar 7% pada waktu tidak berjalan. Sementara mesin diesel menghasilkan CO sebesar 0,2% pada waktu berjalan dan sekitar 4% pada waktu berhenti. SO2 adalah pencemar udara yang banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak. SO2 adalah gas yang tidak dapat terbakar dan tidak berwarna (Siswanto dalam Sarudji, 2010).

Sumber pencemaran SO2 yang berada berada di atmosfer berasal dari kegiatan manusia dan sumber-sumber alam seperti volkano. SO2 secara rutin di produksi sebagai produk sampingan dalam industri logam (Sunu, 2001).

Jumlah udara yang dibutuhkan manusia untuk pernapasan sangat besar tergantung kegiatannya, oleh sebab itu sekecil apa pun polutan yang terdapat di udara


(22)

akan menimbulkan gangguan. Penting untuk diketahui adalah bahwa udara yang ada di planet bumi ini jumlahnya tetap hanya komposisinya yang mungkin berubah oleh karena itu dalam pemanfaatan udara manusia dan mahluk lain menggunakannya secara bergantian. Dengan demikian perbaikkan kualitas udara menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan seperti misalnya meningkatkan kadar oksigen dan menurunkan kadar Karbon dioksida dalam peristiwa fotosintesis (Sarudji, 2010).

Nitrogen dioksida atau NO2 merupakan gas yang toksik bagi manusia dan umumnya mengganggu system pernapasan (Mulia, 2005). Kontributor terbanyak NOx adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak, sekalipun NO adalah gas yang toksik, namun NO2 lebih berbahaya dibandingkan dengan NO (Sarudji, 2010).

Gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Daerah perkotaan yang padat penduduknya biasanya kadar kadar NO2 cenderung tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia seperti transportasi, penggunaan generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan sebagainya (Sunu, 2001).

Kawasan Industri Medan (KIM I) adalah kawasan yang ditetapkan untuk daerah industry memiliki luas total sebesar 672 hektar, KIM berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Medan dan sekitar 15 km dari pelabuhan Belawan. Jumlah industri yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebanyak 109 industri yang terdiri dari industri percetakan, industri pengemasan hasil laut, industri furniture, dll. Kawasan Industri Medan juga banyak dilalui oleh kendaraan- kendaraan bermotor.


(23)

Kendaraan bermotor yang paling banyak melintasi Kawasan Industri Medan adalah truk dan kontainer yang mengangkut bahan mentah untuk produksi dan mengangkut hasil dari produksi tersebut.

Selain truk dan kontainer Kawasan Industri Medan banyak dilintasi oleh mobil pribadi dan kendaraan roda dua, sedangkan di persimpangan yang menjadi batas antara KIM I dan KIM II sering terlihat antrian kendaraan bermotor yang sangat panjang sehingga terlihat semakin memperburuk udara di Kawasan Industri Medan.

Selain berasal dari asap kendaraan bermotor pencemaran udara juga berasal dari cerobong asap yang dikeluarkan oleh pabrik pada waktu-waktu tertentu, asap yang dikeluarkan terlihat berwarna hitam pekat dan kotor.

Kawasan non industri (kawasan perumahan Medan Johor) merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perumahan, kawasan ini merupakan kawasan pemukiman penduduk dan banyak terdapat perumahan penduduk di kawasan ini. Karena kawasan ini merupakan kawasan pemukiman penduduk maka kawasan ini rawan akan kemacetan lalu lintas pada jam-jam tertentu diakibatkan oleh masyarakat yang akan pergi dan pulang beraktivitas.

Jalan A.H Nasution yang merupakan jalan protokol di kawasan ini,di jalan ini sering terlihat antrian kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu karena padatnya aktivitas masyarakat, seperti pada saat pagi hari saat masyarakat akan beraktivitas dan pada sore pada saat jam pulang kerja dan dengan naiknya jumlah kendaraan dan makin banyakya terjadi kemacetan lalu lintas tingkat pencemaran juga akan meningkat.


(24)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eliyus (2010) di Kawasan Industri Medan menunjukkan kadar NO2 di Kawasan Industri Medan sangat tinggi yaitu sebesar 335,8 µg/Nm3. Dan hasil penelitian Yeni (2013) menunjukkan kadar CO di jl. A. H. Nasution yaitu sebesar 16.033 µg/Nm3 dan kadar NO2 sebesar 9,22 µg/Nm3.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas Karbon monoksida (CO) yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/Nm3 dalam satu jam pengukuran dan Sulfur dioksida (SO2) adalah sebesar 900 µg/Nm3 dalam satu jam pengukuran.

Berdasarkan uraian di tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan kadar CO,NO2 dan SO2 di kawasan Industri Medan ( KIM I) dan kawasan non industri (kawasan perumahan Johor) di kota Medan tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana kadar CO, NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan kadar SO2 di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota Medan pada tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan.

2. Untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan SO2 di kawasan non industri di kota Medan.


(25)

3. Untuk mengetahui kecepatan angin di Kawasan Industri Medan dan di kawasan non industri di kota Medan.

4. Untuk mengetahui kelembaban di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota Medan.

5. Untuk mengetahui suhu di Kawasan Industri Medan dan di kawasan non industri di kota Medan.

6. Untuk mengetahui kepadatan lalu lintas di Kawasan Industri Medan dan di kawasan non industri di kota Medan.

7. Untuk mengetahui jenis kendaraan bermotor yang melintas di Kawasan Industri Medan dan di kawasan non industri Medan.

8. Untuk mengetahui jarak tumbuh-tumbuhan dengan jalan raya di Kawasan Industri Medan dan di kawasan non industri di kota Medan.

1.4 . Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Kawasan Industri Medan untuk lebih memperhatikan pengawasan terhadap polusi udara yang dihasilkan oleh industri yang berada di Kawasan Industri Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di Kawasan Industri Medan (KIM I) dan Kawasan non industri (Kawasan perumahan Johor) di kota Medan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara

2.1.1. Pengertian Udara

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbon dioksida untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet (Wardhana, 2001).

Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO. Kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernapasan. Konsentrasi yang relatif rendah dapat dijumpai di daerah kebun atau hutan, konsentrasi yang relatif rendah tersebut disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh tanaman selama fotosintesis dankarena kelarutan CO2 di dalam air (Sunu, 2001).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas, dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia (Chandra, 2006).


(27)

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Chambers & Master dalam Mukono, 1997).

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia dan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/1988).

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Chambers & Masters dalam Mukono, 2005 ).

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Wardhana (2001) penyebab pencemaran udara secara umum ada 2 macam:


(28)

2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung merapi. 3. Proses pembusukan sampah organic.

b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh: 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2. Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3. Pemakaian zat-zat kima yang disemprotkan ke udara.

Sumber pencemaran udara terutama dari transportasi, dimana polutan yang dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Sumber-sumber pencemaran lainnya seperti pembakaran, kegiatan idustri, pembuangan limbah, dan sebagainya (Sunu, 2001).

2.1.4. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Menurut Mukono (2008) bahan pencemar udara atau polutan udara dibagi menjadi dua bagian:

1. Polutan primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dapat berupa:

a.Gas terdiri dari:

1). Senyawa Karbon, yaitu Hidrokarbon teroksigenasi, dan karbonoksida (CO atau CO2)

2). Senyawa Sulfur, yaitu Sulfur oksida

3). Senyawa Nitrogen, yaitu Nitrogen oksida dan amoniak

4). Senyawa Halogen, yaitu Flour, Klorin, Hydrogen Klorida, Hidrokarbon terklorinasi, dan Bronin


(29)

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari kendaraan bermotor atau industri (Mostardi dalam Mukono,2008).

b. Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi misalnya proses menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.

c. Asap

Asap seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes), gas, dank abut (mist).

Adapun yang dimaksud dengan

1). Asap adalah partikel yang sangat halus (sering disebut sebagai jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna

2). Debu adalah partikel yang padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan

3). Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air 2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


(30)

c. Kondisi alam

d. Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, peroxyl acyl nitrat (PAN) dan formaldehid (Corman & Chambers dalam Mukono, 1997).

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Menurut Sarudji (2010) sumber pencemaran udara dapat dikelompokan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

1. Sumber bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokan menjadi: a. Kendaraan bermotor

b. Pesawat terbang c. Kereta api d. Kapal laut

Sarana transportasi sebagai sumber pencemar karena proses pembakaran bahan bakar pada mesin yang digunakan sebagai penggerak kendaraan tersebut. Dalam proses pembakaran bahan bakar maka timbul gas buang dari masing-masing kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien menjadi pencemar. Hasil pembakaran tersebut diantaranya adalah CO, CO2, SOx, NOx, Hidrokarbon, dan bahkan dengan penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses pembakaran misalnya ditambahkan tetraethylead (TEL) pada bensin, akan menambah jumlah polutan, yaitu partikel Pb ke udara. Dalam beberapa penelitian menunjukkan


(31)

bahwa sepeda motor merupakan kendaraan yang berkontribusi besar dalam pencemaran CO, SO2 dan Pb.

2. Sumber tak bergerak (menetap)

Yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar diemisikan pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam, kayu dan destilasi minyak. Berlainan degan sarana transportasi, sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang, misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, meteorology, serta rencana tata ruang wilayah tersebut.

Kegiatan yang menghasilkan pencemar udara tidakbergerak: a. Proses industri

b. Pembuangan sampah padat (Sarudji, 2010).

Menurut Agusnar (2007) sumber polusi utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon, sumber- sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain- lain.

2.1.6. Jenis-jenis Pencemar Udara

Menurut Harssema dalam Mulia (2005) pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun


(32)

yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai. Emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubara) pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.

Menurut Sarudji (2010) beberapa jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan adalah:

1. Sulfur dioksida (SO2) 2. Karbon monoksida (CO) 3. Nitrogen oksida (NOx) 4. Debu (partikulat)

2.1.7.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Menurut Chandra (2006) pencemaran udara yang terjadi di permukaan bumi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor meteorology dan iklim antara lain:

1. Meteorologi dan iklim a. Temperatur

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin kesuatu kawasan industri dapat menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi.

Dalam keadaan tersebut, di permukaan bumi dapat dikatakan tidak terdapat pertukaran udara sama sekali karena kondisi itu dapat berlangsung sampai


(33)

beberapa hari atau beberapa minggu, udara yang berada dekat permukaan bumi akan penuh dengan polutan dan dapat menimbulkan keadaan yang sangat kritis bagi kesehatan.

b. Arah dan kecepatan angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain. Kondisi semacam ini pernah dialami oleh negara-negara di daratan Eropa.

c. Hujan

Air hujan, sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya. Pembakaran batubara akan menghasilkan gas Sulfur dioksida dan apabila gas tersebut bercampur dengan air hujan akan terbentuk Asam Sulfat (sulfuric acid)

sehingga air hujan menjadi asam, biasa disebut hujan asam (acid rain). 2. Topografi

a. Dataran rendah

Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara negara lain.

b. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi (Chandra,


(34)

c. Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi. 2.1.8. Efek Bahan Pencemar

Menurut Chandra (2006) efek-efek pencemaran udara terhadap kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap kesehatan, efek terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca dan iklim, dan efek terhadap sosial ekonomi.

1. Efek umum

Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupn manusia, antara lain: a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan fauna. b. Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke permukaan

bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.

c. Memengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 di udara. Kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).

d. Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat drai logam.

e. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya. f. Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan lalu

lintas di darat, sungai maupun udara.


(35)

2. Efek terhadap ekosistem

Industri yang mempergunakan batubara sebagai sumber energinya akan melepaskan zat oksida sulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan menjadi asam (acid rain). Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya PH air danau akan menjadi asam, produksi ikan menurun dan secara tidak langsung pendapatan rakyat setempat pun menurun (Chandra, 2006).

3. Efek terhadap kesehatan

Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secaracepat maupun lambat, seperti berikut:

a. Efek cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran penapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap Hemoglobin darah (menjadi methemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan daya afinitas O2sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.

b. Efek lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit Bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara, antara lain, Emfisema paru, Black lung disease, Asbestosis,


(36)

4. Efek terhadap tumbuhan dan hewan

Tumbuh-tumbuhan sangat sensitif terhadap gas Sulfur dioksida, Florin, Ozon, Hidrokarbon, dan CO. Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas tersebut akan meningkat dan dapat menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak akan menjadi sakit jika jika memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung dan tercemar Florin (Chandra, 2006).

5. Efek terhadap cuaca dan iklim

Gas Karbon dioksida memiliki kecendrungan untuk menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect). Udara menjadi panas dan gerah, selain itu partikel-partikel debu juga memiliki kecendrungan untuk memantulkan kembali sinar matahari di udara sebelum sinar tersebut sampai ke permukaan bumi sehingga udara di lapisan bawah atmosfer menjadi dingin (Chandra, 2006).

6. Efek terhadap sosial ekonomi

Pencemaran udara akan meningkatkan biaya perawatan dan pemeliharaan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya serta menyebabkan pengeluaran biaya ekstra untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi.

2.1.9. Pencegahan

Pencegahan yang ditempuh terhadap pemcemaran udara tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dilakukan yaitu menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan. Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan pengaruhnya terhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan (Sunu, 2001).


(37)

Upaya pencegahan pencemaran udara di Indonesia, berdasarkan periode waktunya terbagi menjadi dua:

1. Jangka pendek

Kegiatan-kegiatan jangka pendek di Indonesia untuk mencegah terjadinya pencemaran udara antara lain:

a. Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik berkaitan dengan bahaya pencemaran udara bagi kelangsungan hidup manusia dan perubahan ekosistem pada alam semesta.

b. Relokasi kawasan industri yang berada di tengah kota ke daerah pinggiran kota dengan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang mengitari kawasan industri yang akan dibangun.

c. Penyelenggaraan analisis dampak lingkungan (Amdal) secara rutin di pabrik-pabrik yang berada di tengah kota atau di dekat lokasi permukiman penduduk. d. Penyelenggaraan uji emisi gas buangan dari kendaraan bermotor secara berkala

dan pembentukan system pemantauan pencemaran udara di setiap sudut kota. e. Perbaikan sarana transportasi darat terutama armada angkutan kota agar lebih

manusiawi (aman, nyaman, dan murah) sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

f. Penerapan program 3 in 1 pada kendaraan pribadi selama jam-jam sibuk, terutama di jalan-jalan protokol di pusat kota.

g. Pengawasan dan pelarangan pembakaran hutan terutama saat musim kemarau yang pada kenyataannnya terjadi hampir setiap tahun (Chandra, 2006).


(38)

Upaya jangka panjang di Indonesia untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, antara lain:

a. Perencanaan tata ruang kota yang mengacu pada wawasan kesehatan lingkungan. b. Mengganti bahan bakar untuk industri dan kendaraan bermotor dengan bahan

bakar yang ramah lingkungan,misalnya bahan bakar gas dan biosolar yang berasal dari minyak kelapa sawit.

c. Membangun sarana transportasi perkotaan dengan mempergunakan kereta api bawah tanah (subway station).

d. Melakukan penghijauan atau membuat taman di setiap sudut kota.

e. Mempersiapkan suatu undang-undang tentang kesehatan lingkungan untuk menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan (Chandra, 2006).

2.2. Karbon Monoksida (CO) 2.2.1. Sumber Karbon Monoksida

Karbon monoksida berupa gas dan merupakan komponen esensial untuk kehidupan organisme, dan juga merupakan unsur pokok minor atmosfer sekitar 0,4 %. Bertambahnya gas CO pada umumnya terjadi karena pembakaran batu bara, minyak, dan gas dalam skala besar. Akibat dari pembakaran yang berlebihan maka terjadi akumulasi CO2 di atmosfer sehingga suhu bumi meningkat. Distribusi gas karbon dioksida adalah atmosfer, teresfer dalam lautan, sebagai bahan bakar dalam fosil dan dalam lautan bersifat hidup dan sedimen (Sunu, 2001).

Karbon monoksida berasal dari pembakaran tidak sempurna bensin di dalam mobil, pembakaran di perindustrian, pembangkit listrik, pemanas timah, pembakaran di pertanian, dan sebagainya (Sastrawijaya, 2000).


(39)

Menurut Fardias (2003) pembebasan CO ke atmosfer sebagai akibat aktivitas manusia lebih nyata, misalnya dari transportasi, pembakaran minyak, gas, arang atau kayu, proses- proses industri seperti industri besi, petroleum, kertas dan kayu pembuangan limbah padat, dan sumber- sumber lain termasuk kebakaran hutan. Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber- sumber CO lainnya, terutama dari kendaraan- kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil- hasil pertanian seperti sampah, sisa- sisa kayu di hutan, dan sisa- sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga setelah transportasi dan pembakaran adalah proses- proses industri, yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja.

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak maupun batubara) pada mesin- mesin penggerak transportasi. Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO, karena mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain (Mulyanto, 2007).


(40)

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan

Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transport untuk membawa oksigen dalam bentuk Oksihemoglobin (O2Hb) dari sel- sel tubuh ke paru- paru. Dengan adanya CO hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin. Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang.

Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia (Fardiaz, 2003).

Pengaruh Karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida (Wardhana, 2004).

Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian (Mukono, 1997).


(41)

Tabel 2.1. Pengaruh Konsentrsi CO di Udara dan Pengaruhnya Pada Tubuh Bila Kontak Terjadi Pada Waktu yang Lama

Konsentrasi CO di Udara (ppm)

Konsentrasi COHB dalam darah (%)

Gangguan Pada Tubuh 3 5 10 20 40 60 80 100 0,98 1,3 2,1 3,7 6,9 10,1 13,3 16,5 Tidak ada Belum begitu terasa System syaraf sentral

Panca indera Fungsi jantung

Sakit kepala Sulit bernafas Pingsan-kematian Sumber: Wardhana, 2004

2.3. Nitrogen Dioksida

2.3.1. Sumber Nitrogen Dioksida

Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifatnya gas NO2 adalah berwarna dan berbau, warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung (Wardhana, 2001).

Nitrogen oksida (NO) mempunyai kemmpuan membatasi kadar oksigen dalam darah juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Apabila NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO3 yang dapat merusak tubuh (Sastrawijaya, 2009).

Kontributor terbesar dari polutan NO2 adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak. Oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana kendaraan bermotor, industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi. NO2 terdapat di udara sekitar 78%, Nitrogen sebagai gas buang kendaraan bermotor karena terlibat dalam proses masuknya udara ke dalam


(42)

karburator kemudian ke silinder karena dibutuhkan komponen oksigennya (Sarudji, 2010).

Pencemaran udara di perkotaan cenderung meningkat termasuk konsentrasi NO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan. Emisi NO2 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran terutama kendaraan bemotor, produksi energy dan pembakaran sampah. Sebagian besar emisi NO2 sebagai akibat dari kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya berasal dari pembakaran arang, gas alam dan bensin (Sunu, 2001).

Untuk mengetahui perubahan konsentrasi NOx di udara berlangsung sebagai berikut:

1. Konsentarsi NO dan NO2 tetap stabil sebelum matahari terbit.

2. Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor.

3. Pada siang hari, sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet sehingga konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.

4. Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon (O3) meningkat.

5. Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari cenderung menurun pada sore hari.

6. O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat bterjadinya kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan konsentrasi O3.


(43)

Konsentrasi NO di udara daerah perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih tinggi daripada di uadar daerah pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm. Sumber utama polutan NO adalah dari kegiatan manusia seperti pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah (Agusnar, 2007).

Tabel 2.2. Sumber Pencemaran NO2 di Udara

Sumber Pencemaran % Bagian % Total

Transportasi

- Mobil bensin - Mobil diesel - Pesawat terbang - Kereta api - Kapal laut - Sepeda motor dll Pembakaran stasioner

- Batu bara - Minyak

- Gas alam (termasuk LPG & kerosin) - Kayu

Proses industri

Pembuangan limbah padat Lain-lain:

- Kebakaran hutan

- Pembakaran batu

bara sisa

- Pembakaran limbah pertanian

- Pembakaran lain-lain

32,0 2,9 0,0 1,9 1,0 1,5 19,4 4,8 23,3 1,0 5,8 1,0 1,5 0,0 39,3 48,5 1,0 2,9 8,3

Sumber: (Wardhana, 2001).

2.3.2. Pengaruh NO2 Terhadap Kesehatan

Sekalipun NO adalah gas yang toksik, namun NO2 adalah lebih berbahaya disbanding NO. Nitrogen dioksida dalam darah akan bergabung secara kimiawi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin, suatu kondisi terikatnya hemoglobin


(44)

dan mendistribusikan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membrane mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru, iritasi pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabkan obstruksi pada saluran nafas atas (Sarudji, 2010).

NO2 adalah gas yang toksik bagi manusia, efek yang terjadi tergantung pada dosis serta lamanya pemaparan yang diterima seseorang. Konsentrasi NO2 yang berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila terpapar beberapa menit saja. Pada fase ini orang masih dapat sembuh kembali dalam waktu 6-8 minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan bronchioli dan disebut bronchiolitis fibrosis obliterans, orang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah pemaparan. Konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalam waktu 2-10 hari (Soemirat, 2009).

Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uapa air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit.

a. Terhadap alat pernafasan

Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.

b. Terhadap mata

Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat c. Terhadap kulit


(45)

Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.

d. Efek lain (terhadap darah)

Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah. 2.3.3. Pengaruh Nitrogen Dioksida Terhadap Tanaman

Adanya konsentrasi Nitrogen dioksida di udara dapat mengakibatkan kerusakan tanaman, tetapi sulit ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NO2 atau karena polutan skunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2. Percobaan dengan cara fumigasi tanaman-tanaman dengan NO2 menunjukan adanya bintik-bintik pada daun. Fumigasi yaitu pengasapan dengan gas fumigant untuk menghilangkan kuman-kuman (Sunu, 2001).

2.4. Sulfur Dioksida (SO2) 2.4.1. Sumber Sulfur Dioksida

Sulfur dioksida adalah pencemar udara yang banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak. Ikatan belerang yang menarik untuk diamati adalah SO2 (sulfur dioksida), SO3 (sulfur trioksida), H2SO3 (asam sulfur) dan H2SO4 (Sarudji, 2010).

Gas SO2 dapat bersumber dari bahan bakar batu bara yang dipakai untuk pemanas ruangan atau memasak di dapur. Proporsi kadar gas SO2 di dalam dan di luar ruangan adalah sekitar 50% (Mukono, 2008).

Sumber pencemaran SO2 yang berada berada di atmosfer berasal dari kegiatan manusia dan sumber-sumber alam seperti volkano. SO2 secara rutin di produksi


(46)

merupakan sumber utama polutan SO2, tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SO2, misalnya pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya. Sumber SO2 yang kedua adalah dari proses- proses industri seperti industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan sebagainya (Fardiaz, 2003).

2.4.2. Pengaruh Sulfur dioksida Terhadap Kesehatan

Sulfur dioksida adalah gas yang tidak dapat terbakar dan tidak berwarna. Konsentrasi untuk deteksi indera perasa adalah 0,3-1 ppm di udara dan ambang bau adalah 0,5 ppm. Gas ini merangsang pedas (pungent) dan iritan. Pada konsentrasi 6 ppm Sulfur dioksida menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan

(Nasopharingitis), pada kadar yang rendah 95% dari SO2 yang dihirup diserap oleh selaput lendir (mukosa) saluran pernapasan atas (hidung dan tenggorokan). Pada kadar yang tinggi SO2 akan mengadakan penetrasi ke dalam saluran pernafasan bagian bawah (Broncheoli sampai ke Alveoli). Penetrasi ini dapat pula terjadi pada konsentrasi rendah apabila udara yang dihirup mengandung partikel halus yang mengabsorbsi SO2 (Siswanto dalam sarudji, 2010).

Menurut Fardiaz (2003) SO2 dianggappolutan berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernapasan dan kardio.


(47)

Tabel 2.3. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia

Konsentrasi (ppm) Pengaruh

3-5 8-12 20 20 20 50-100 400-500

Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya.

Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan.

Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata.

Jumlah terkecil yang mengakibatkan batuk.

Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu yang lama.

Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu yang singkat (30 menit).

Berbahaya meskipun kontak secara singkat.

Sumber: (Fardiaz 2003)

2.4.3. Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Tanaman

Kerusakan tanaman oleh Sulfur dioksida (SO2) dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan parah dapat dimungkinkan bila terjadi kontak dengan SO2 pada konsentrasi tinggi, dengan gejala beberapa bagian daun memucat, kering dan akhirnya mati. Kerusakan kronis dapat terjadi bila kontak dengan SO2 dalam waktu yang lama, yang ditandai daun dengan warna kuning karena terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil.Kerusakan akut pada tanaman disebabkan oleh kemampuan tanaman untuk mengubah SO2 yang diabsorbsi menjadi Asam sulfat (H2SO4), selanjutnya menjadi sulfat. Sulfat yang terbentuk pada daun akan menyatu dengan sulfat yang diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasinya cukup tinggi akan berakibat dengan gugurnya daun (Sunu, 2001).

Tanaman bervariasi dari spesies ke spesies dalam sensitivitasnya terhadap kerusakan SO2. Meskipun dalam satu spesies, terjadi perbedaan sensitivitas yang


(48)

disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, air tanah, konsentrasi nutrient, dan sebagainya (Fardiaz, 2003).

2.4.4. Pengaruh Sulfur dioksida Terhadap Bahan Lain

Kerusakan akibat SO2 terhadapbahan lain terutama disebabkan oleh asam sulfat yang yang diproduksi jika SO3 bereaksi dengan uap air di atmosfer. Salah satu pengaruh SO2 terhadap bahan lain adalah terhadap cat, dimana waktu pengeringan dan pengerasan beberapa cat meningkat jika mengalami kontak dengan SO3 (Fardiaz, 2003).

2.5. Industri

2.5.1. Industri dan Klasifikasinya

Industri mencakup sejumlah aktivitas yang bermacam-macam, masing-masing dengan potensi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja, keluarga mereka dan masyarakat luas. Istilah itu meliputi pula industri-industri berat (misalnya snelters) dan industry-industri ringan (misalnya assembling peralatan elektronik). Industri berkisar dari usaha-usaha informal yang kecil dengan satu atau dua pekerja sampai yang besar dengan ribuan karyawan ( Kustanto, 2001).

Menurut Kristanto (2004) secara garis besar indutsri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Industri dasar atau hulu

Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan.


(49)

2. Industri hilir

Industri hilir merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu usahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji, padat karya. 3. Industri kecil

Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan, memiliki peralatan sederhana. Walaupun hakikat produksinya sama dengan industri hilir, tetapi system pengolahannnya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun pengolahan limbah belum mendapat perhatian.

2.5.2. Dampak Industri

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi (Kristanto, 2004).

Gangguan-gangguan kesehatan yang terkait dengan industrialisasi mencakup tidak hanya proses produksi tetapi juga berkaitan dengan bahan mentah, bahan bakar, dan limbah pada waktu proses, diangkut, dan ditangani serta efek-efek terhadap kesehatan yang ditimbulkan dari produk-produk dan limbah-limbah (Kusnanto, 2001).

2.6. Kawasan Non Industri (Perumahan) 2.6.1. Persayaratan Perumahan


(50)

perlengkapan pelayanan yang diperlukan, berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu (Sarudji, 2010).

Dua aspek yang paling mempengaruhi pembentukan rumah tinggal adalah caara hidup penghuni dan lingkungan hidup dimana bangunan rumah tinggal tersebut didirikan. Dikatakan paling mempengaruhi karena dua aspek ini yang selalu dipertimbangkan penghuni bila hendak membangun rumah (Aulia, 2008).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) R.I. No.929/ Menkes/ SK/ 1999 persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan meliputi parameter sebagai berikut:

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang.

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Menurut (Keputusan Menteri Kesehatan, 1999) kualitas udara ambient di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tak terdeteksi.

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg / m3. c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm.


(51)

d. Debu maksimum 350 mm3 / m2 per hari. 3. Kebisingan dan Getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A. dianjurkan 55 dB.A. b. Tingkat getaran maksimum 350 mm / detik.

4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman a. Kandungan Timah hitam (pb) maksimum 300 mg / kg. b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg / kg. c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg / kg. d. Kandungan Benzol (a) pyrene maksimum 1 mg / kg. 5. Prasarana dan sarana lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan.

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit. c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan kontruksi jalan tidak

mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerang jalan tidak menyilaukan.

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan.


(52)

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan sebagainya.

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya.

i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat. b. Indeks nyamuk di bawah 5%.

( Keputusan Menteri Kesehatan, 1999) 7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam (Keputusan Menteri Kesehatan, 1999).


(53)

2.7. Kerangka Konsep

MB TMB B

Ket:

1. MB: Melebihi Baku Mutu

2. TMB: Tidak melebihi Baku Mutu

Yang mempengaruhi kadar Karbon monoksida dan Sulfur dioksida di udara 1. kecepatan angin

3. Kelembaban 4. Suhu

5. Jumlah kendaraan bermotor 6. Jarak tanaman penyerap polutan udara

Kawasan Industri Medan (KIM) I

1. Jalan Nusa Barung

2. Jalan Pulau Sumatera

3. Perbatasan KIM I dan KIM II

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 Tahun 1999

Kawasan Non Industri (Medan Johor)

1. Jalan Abdul Haris Medan

2. Jalan Karya Wisata


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pertama di lakukan di kawasan industri Medan I dengan titik pengambilan sampel:

1. Titik pertama pengambilan sampel di jalan Nusa Barung KIM I 2. Titik ketiga pengambilan sampel di jalan Pulau Sumatera KIM I 3. Titik keempat pengambilan sampel di perbatasan KIM I dan KiM II

Lokasi penelitian kedua dilakukan di kawasan Medan Johor dengan titik pengambilan sampel:

1. Titik pertama pengambilan sampel di jalan Karya Jaya 2. Titik kedua pengambilan sampel di jalan A. H. Nasution 3. Titik ketiga pengambilan sampel di jalan Karya Wisata 3.2.2. Waktu Penelitian


(55)

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah karbon monoksida (CO), NO2 dan Sulfur dioksida (SO2) di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota Medan.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Kawasan Industri Medan (KIM I) dimana sampel diambil di Jalan Nusa Barung, Jalan Pulau Sumatera, dan perbatasan KIM I dan KIM II. Dan di Kawasan perumahan Medan Johor dimana sampel di ambil di Jalan A.H Nasution, Jalan Karya Wiasata, Jalan Karya Jaya.

Alasan pengambilan titik sampeldi Kawasan Industri Medan:

1. Jalan Pulau sumatera: jalan ini merupakan jalan utama, banyak dilalui oleh kendaraan bermotor dan di jalan ini juga terdapat industri yang mengeluarkan asap.

2. Jalan Nusa Barung: jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan bermotor.

3. Perbatasan antara KIM I dan KIM II: terdapat simpang empat dan lampu lalu lintas sehingga menyebabkan kendaraan sering mengantri dan udara di jalan ini terlihat sangat kotor, selain itu di jalan ini juga terdapat industri yang terlihat mengeluarkan asap hitam.

Alasan pengambilan titik sampel dikawasan non industri:

1. Jalan AH. Nasution: jalan ini merupakan jalan protokol dan dilalui oleh banyak kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor, selain itu di jalan ini juga sering terlihat antrian kendaraan bermotor karena kemacetan lalu lintas.


(56)

2. Jalan Karya wisata: jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan bermotor dan jalan ini merupakan kawasan pemukiman penduduk.

3. Jalan Karya Jaya: jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan bermotor dan merupakan kawasan pemukiman penduduk.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur, penelitian sebelumnya dan instansi terkait lainnya.

3.6 Teknik Analisa Data

3.6.1. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan di tiga titik yang telah ditentukan, pengukuran karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) dilakukan selama satu jam di setiap titiknya, pengukuran dilakukan selama 2 hari,di Kawasan Industri Medan (KIM I) pengukuran dimulai pada pukul 11.00 Wib sampai dengan pukul 16.00 Wib karena pada jam tersebut merupakan puncak dari kepadatan lalu lintas. Dan di kawasan non industri (kawasan perumahan Johor) pengukuran dilakukan pada pukul 16.00 Wib pada saat jam pulang kerja. Lalu hasil yang didapat dianalis di BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Provinsi Sumatera Utara.


(57)

3.6.2. Prosedur Pengukuran Karbon monoksida (CO) di Udara Ambien

Pengukuran kadar CO di udara dilakukan dengan menggunakan alat CO Analyzer.

Prosedur pengukuran Karbon monoksida di bawah ini: 1. Alat diletakkan 1,5 meter di atas lantai

2. Tekan tombol ON/OFF

3. Alat distabilkan selama 2 menit

4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari display (RECORD untuk menangkap polutan Karbon monoksdia)

5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran Karbon monoksida di ambien

6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran

7. Data ditransfer ke komputer, untuk dilakukan pembacaan hasil pengukuran 3.6.3. Prosedur Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2)

Pengukuran kadar NO2 di udara dilakukan dengan menggunakan alat Impinger.

1. Pengambilan Contoh Uji

1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar

2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 ml ke dalam botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung,

3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1


(58)

4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara

5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh. 2. Metode Analisa NO2 dengan Saltman

1. Prinsip Kerja

NO2 bereaksi dengan N- (1- Naphtil) – Ethyline Diamine Dihydrochlorida akan membentuk warna merah violet. Intensitasnya akan diukur dengan spectrophotometer pada panjang gelombang 550 nm.

2. Peralatan dan Bahan a. Peralatan :

- Spectrophotometer b. Bahan :

- Absorban NO2 - Larutan standar NO2

- Aquabides 3. Cara Pembuatan

1. Larutan absorben dalam impinger hasil sampling dimasukkan ke dalan kuvet 10 ml 2. Ditambahkan aquabiades sampai batas tanda, dicampur hingga homogen

3. Dibaca dengan spectrophotometer pada panjang gelombang 550 nm, dan hasil pembacaannya dicatat.

4. Dari hasil pembacaan sampel uji (X) letakkan pada skala absorban 5. Tarik garis horizontal ke arah garis linier sejajar garis konsentrasi


(59)

6. Tarik garis vertikal ke arah skala konsentrasi sejajar absorban 7. Titik pertemuan pada garis konsentrasi dibaca dan dicatat

8. Setelah didapat hasil konsentrasi sampel dari pembacaan kurva, kemudian hasilnya dibaca lagi dengan menggunakan rumus :

Kadar NO2= Y

Q x t

Dimana : Y = Hasil pembacaan pada kurva standar (µg / m3)

Q = Volume udara terhisap (liter/menit)

t = waktu sampling (menit) 3.6.4. Metode Analisa SO2 dengan Pararosanilin

Pengukuran SO2 di udara dilakukan dengan menggunakan alat : Impinger 1. Prinsip Kerja

SO2 beraksi dengan kalium tetrachloromerkurat (TCM) membentuk ion dichlorosulfitmerkurat yang bereaksi dengan pararosanilin hydrochloric dalam HCL dan formaldehyde membentuk warna merah ungu. Intensitasnya dapat diukur menggunakan spectrophotometer pada panjang gelombang 575 nm.

2. Peralatan dan Bahan a. Peralatan

- Spectrophotometer b. Bahan:

- Larutan absorban SO2 - Asam sulfanilat


(60)

- Formaldehyde - Larutan standar SO2 - Aquabides

3. Cara Pembuatan

a. Larutan absorban dalam impinge hasil sampling dimasukkan dalam labu ukur 25 ml.

b. Ditambah 1 ml Asam sulfanilat, dicampur ditambah 2 ml Formaldehyde, dicampur, ditambah 5 ml pararosanilin, dicampur, ditambah aquabidest panas sampai batas tanda.

c. Dicampur hingga homogen dan didiamkan selama 30 menit agar bereaksi sempurna.

d. Diambil 10 ml larutan sampel uji masukkan dalam kuvet yang bersih dan dibaca dengan spectrophotometer pada panjang gelombang 575 nm.

e. Catat hasilnya, misalnya X

f. Dari hasil pembacaan sampel uji (X) letakkan pada skala absorban. g. Tarik garis horizontal kea rah garis linier sejajar garis konsentrasi. h. Tarik garis vertikal kea rah skala konsentrasi sejajar absorban. i. Titik pertemuan pada garis konsentrasi dibaca dan dicatat.

j. Setelah didapat hasil konsentrasi sampel dari pembacaan kurva, kemudian hasilnya dibaca lagi dengan menggunakan rumus:

Kadar SO2 = Y

Q x t


(61)

Q = Volume udara terhisap (liter / menit) t = waktu sampling (menit)

3.6.5. Prosedur Pengukuran Suhu dan Kelembaban A. Prinsip

Untuk mengetahui suhu dan kelembaban udara/ ruangan sehingga mendapatkan kesimpulan yang tepat mengenai hal- hal yang bersangkutan dengan suhu dan kelembaban.

B. Metode : sesuai ASTM Standards 1997 C. Peralatan :

1. Psychrometer : Alat pengukur suhu dan kelembaban yang terdiri dari 2 buah thermometer. Suhu yang ditunjukan thermometer 1 disebut suhu bola kering dan sekaligus suhu ruangan/ udara. Suhu yang ditunjukan oleh thermometer II disebut suhu bola basah.

2. Psychrochart : Tabel untek mengetahui kelembaban berdasarkan suhu bola kering dan suhu bola basah.

D. Pereaksi : - E. Cara Kerja :

- Psychrometer ditetesi air, sehingga membasahi kapas/ kain pada ujung thermometer II.

- Psychrometer tersebut diputar- putar keseluruh ruangan/ lokasi yang diperiksa selama kurang lebih 2 menit (konstan).


(62)

- Dari kedua suhu tersebut maka kelembaban dapat dicari dengan bantuan psychrochart, caranya : letakkan garis awal (setting) sesuai suhu bola kering dan baca kelembaban dari skala temperatur yang sesuai suhu bola basah. Contoh :

Suhu thermometer I : 26 0C Suhu thermometer II : 21 0C

Pada psychrochart terbaca kelembaban 64 % Jadi suhu udara/ ruangan 26 0C

Kelembaban = 64%

Batas syarat yang diperbolehkan

Untuk ruangan : Suhu = 18-26 0C Kelembaban = 40-70% 3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah kadar CO, NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota Medan, jika terdapat kadar CO, NO2 dan SO2di udara ambien yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 maka udara tersebut telah tercemar karbon monoksida, Nitrogen dioksida dan sulfur dioksida.

3.8. Defenisi Operasional Variabel

1. Karbon monoksida adalah karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO diproduksi oleh


(63)

proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah – 192 °C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan.

2. Nitrogen dioksida (NO2) adalah polutan pencemar udara yang memiliki cirri apabila di udara membentuk awan berwarna merah, ungu, kecoklatan dan memiki karekteristi bau yang menyengat, bersifat toksik, dan menghisap banyak cahaya.

3. Sulfur dioksida adalah pencemar udara yang banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak.

4. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

5. Kawasan non industri (kawasan perumahan) adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau atau lingkungan hunian dan sarana pembinaan keluarga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

3.9. Analisa Data

Hasil pengukuran dibuat tabel frekuensi, kemudian dinarasikan hasil dan kesimpulan. Hasil pengukuran juga dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien menurut Peraturan Republik Indonesia No.41 tahun 1999.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Secara Geografis, wilayah kota medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka 2. Batas Selatan : Kabupaten Deli serdang

3. Batas timur : Kabupaten Deli Serdang 4. Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang 4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.2.1. Kawasan Industri Medan

Kawasan Industri Medan (KIM) adalah sebuah kawasan industri yang terletak di kelurahan Mabar, Medan Deli. Kawasan Industri Medan memiliki luas total sebesar 672 hektar di kelola oleh PT. Kawasan Industri Medan, KIM berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Medan dan sekitar 15 km dari pelabuhan Belawan serta terletak dengan pintu tol Belmera.

Kawasan Industri Medan (KIM) memiliki batas-batas sebagai berikut: a) Sebelah Timur : Pemukiman dan perkebunan campuran milik

penduduk.

b)Sebelah Utara : Pemukiman penduduk dan perkebunan campuran Milik penduduk , kompleks industri dan pergudangan. c) Sebelah barat : Jalan Kereta Api Medan-Belawan dan Jalan raya


(1)

sedangkan kecepatan angin rendah mengakibatkan konsentrasi pencemar menjadi pekat (Bayung, 2004).

Kadar SO2 terendah pada Kawasan Industri Medan yaitu pada Jl. Nusa Barung kadar sulfur dioksida sebesar 47,92 µg/Nm. Rendahnya kadar sulfur dioksida diasumsuikan karena pengukuran dilakukan pada siang hari dan tidak ada cerobong dari industri yang mengeluarkan asap, selain itu jumlah pohon dan jaraknya yang dekat dengan sumber polusi dapat menyerap polutan di udara. Keberadaan pohon peneduh jalan sangat banyak manfaatnya selain member keteduhan pohon peneduh jalan juga dapat menyerap polutan yang terdapat di udara (Hanafri, 2011).

Jumlah kendaraan yang sedikit melintasi jaln ini diasumsikan mempengaruhi rendahnya kadar SO2 di Jalan ini. Laju kendaraan bermotor mempunyai andil yang besar (65%) dalam hal menimbulkan pencemaran udara, disamping industri (10%), rumah tangga (15%) dan lain-lain (Kusnoputranto, 1986).

5.5. Dampak Terhadap Kesehatan

Semakin tinggi kecepatan angin, kelembaban lebih tinggi dari kelembaban normal (40-60 %), dan tingginya jumlah kendaraan bermotor dapat mengakibatkan meningkatnya kadar polutan di udara. Sedangkan semakin tinggi suhu menyebabkan suhu udara semakin renggang sehingga konsentrasi pencemar semakin rendah, sebaliknya semakin rendah suhu udara dari suhu lingkungan normal (270C) maka massa polutan tidak dapat naik tetapi tetap berada di atmoefer dan terakumulasi, sehingga akan menaikkan konsentrasi polutan. Semakin tinggi kadar polutan di udara dapat mengekibatkan dampak terhadap kesehatan. Apabila kadar CO yang tinggi dapat menagakibatkan pusing, mual, sakit kepala, dll.


(2)

Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian (Mukono, 1997).

Apabila kadar NO2 yang tinggi di udara dapat mennyebabkan iritasi mata, membrane mukosa dan saluran pernapasan atas. Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membrane mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru, iritasi pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabkan obstruksi pada saluran nafas atas (Sarudji, 2010).

Kadar SO2 yang tinggi dapat mengakibatkan peradangan atau iritasi pada hidung dan tenggorokan. Gas ini merangsang pedas (pungent) dan iritan. Pada konsentrasi 6 ppm Sulfur dioksida menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan

(Nasopharingitis), pada kadar yang rendah 95% dari SO2 yang dihirup diserap oleh selaput lender (mukosa) saluran pernapasan atas hidung dan tenggorokan (Siswanto dalam sarudji, 2010).


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Kadar CO tertinggi yaitu pada Kawasan Industri Medan (Perbatasan KIM I dan KIM II sebesar 17.170 µg/Nm3), sedangkan kadar CO terendah pada Kawasan Non Industri (Jl. Karya Jaya sebesar 9.160 µg/Nm3).

2. Kadar NO2 tertinggi yaitu pada Kawasan Industri Medan (perbatasan KIM I dan KIM II sebesar 32,45 µg/Nm3), sedangkan kadar NO2 terendah pada Kawasan Non Industri (Jl. Karya Wisata sebesar 13,05 µg/Nm3).

3. Kadar SO2 tertinggi pada Kawasan Non Industri (Jl. Karya Wisata sebesar 54, 38 µg/Nm3), sedangkan kadar SO2 terendah pada (Jl. Nusa Barung sebesar 47, 92 µg/Nm3).

4. Kecepatan angin tertinggi pada Kawasan Industri Medan (Perbatasan KIM I dan KIM II sebesar 0,8 m/s), sedangkan kecepatan angin terendah pada Kawasan Industri Medan ( Jl. Nusa Barung dan Jl. Karya Jaya sebesar 0,4 m/s).

5. Kelembaban tertinggi pada Kawasan Non Industri (Jl. A. H. Nasution sebesar 66%), sedangkan kelembaban terendah pada Kawasan Non Industri (Jl. Karya Jaya sebesar 52%).

6.Suhu tertinggi pada Kawasan Non Industri (Jl. Karya Jaya sebesar 35, 2 0C), sedangkan suhu terendah pada Kawasan Industri Medan (Jl. Pulau Sumatera sebesar 30,2 0C).


(4)

7. Jumlah kendaraan bermotor terbanyak pada Kawasan Non Industri (Jl. A. H. Nasution sebanyak 1.421 Unit), sedangkan jumlah kendaraan bermotor terendah pada Kawasan Industri Medan (JL. Nusa Barung sebanyak 90 Unit).

8. Jarak tanaman penyerap polutan terjauh pada Kawasan Industri Medan yaitu 3 Meter, sedangkan jarak terdekat yaitu pada Kawasan Non Industri (Jl. Karya Jaya dan jalan Karya Wisata yaitu 2 meter).

6.2. Saran

1. Kepada Kawasan Industri Medan disarankan lebih memperhatikan kualitas udara di Kawasan Industri Medan dengan meningkatkan jumlah penanaman pohon di Kawasan Industri Medan.

2. Kepada pemerintah disarankan untuk memperbaiki kualitas udara terutama di daerah ynag lalu lintasnya padat dengan meningkatkan penanaman jalur hijau dan melakukan pendataan pohon-pohon yang sudah harus diregenarasi dengan pohon baru yang mudah dan cepat tumbuh.

3. Perlu dilakukan pemeriksaan efesiensi proses pembakaran kendaraan bermotor secara berkala (6 bulan sekali) sebagai usaha pencegahan emisi yang lebih besar untuk mengurangi polutan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Dwira N. 2008. Perumahan dan Permukiman. USU Press. Medan. Agnesia, W. 2010. Analisa Kandungan Timbal (Pb) pada Tanaman Peneduh

Jalan di Kecamatan Medan Polonia Tahun 2010. Skripsi FKM USU. Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. USU

Press. Medan.

. 2007. Kimia Lingkungan. USU Press. Medan

Anggraini, D. 1994. Masalah Ruang Terbuka di Kota, Studi Kasus . Jakarta. Jurnal Teknologi dan Pemukiman No. 4 tahun 2. 1994. Jakarta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI Press. Jakarta.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Fardiaz, S. 2003. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Hanafri, K.S. 2011. Analisa Manfaat Kanopi Dalam Mereduksi Polutan. Diakses 10 Oktober 2013. repository .ipb.ac.id/A11ksh.Bab252082529Tln.

Hidayati, S.R. 2009. Analisa Kateristik Stomata, Kadar Klorofil dan kandungan Logam Berat pada Dua Pohon Pelindung Jalan kawasan Lumpur Porong Sidoarjo. Skripsi Universitas Islam Negeri malang. Fakultas Sains Dan Teknologi Jurusan Biologi. Diakses 10 Oktober 2013. lib.uin-malang.ac.id/02520020-s-roifatul-hidayah

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) R.I. No.929 / Menkes / SK / VII / 1999 Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan.

Keputusan Presiden No.41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri. Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta.

Kusnanto. H & Widia, S. 2001. Planet Kita Kesehatan Kita. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta.


(6)

Mulia, R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Mukono. 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Airlangga University Press. Bandung.

. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya.

. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Airlangga University Press. Surabaya.

Mulyanto, H.R. 2007. Ilmu Lingkungan. Graha Ilmu. Jakarta. Moestikahadi, S. 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Rahmawati, N. 2008. Pola Spasial Gas Karbon Monoksida (CO) di Kota Jakarta. Skripsi Universitas Indonesia, FMIPA, Program Studi Geografi, Diakses Tanggal 06 November 2013. http:// Lontar. UI. Ac. id/ Site digital Pola %20. Spasial

Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Karya Putra Darma Wati. Bandung. Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.

Grasindo. Jakarta.

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta. Yulfida, Yeni. 2012. Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO) dan

Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien Berdasarkan Keberadaan

Pohon Angsana (Pterocampus indicus) di beberapa Jalan Raya di Kota Medan Tahun 2012. Skripsi FKM USU.

Zendrato, Eliyunus. 2010. Pengukuran Gas Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara