1. Penataan dan Pengembangan Potensi Wisata Kabupaten Samosir
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penataan dan pengembangan wisata adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan. Berikut adalah beberapa
usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam meningkatkan retribusi daerah. Argument pertama yang penulis peroleh adalah
dari informan kunci yaitu, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Bapak Drs.Ombang Siboro, Msi. Pertanyaan yang diajukan adalah: kalau kita perhatikan
sebenarnya Kabupaten Samosir memiliki sektor pertanian yang lebih menonjol untuk bisa dikembangkan, tetapi kenapa saat ini kabupaten ini berfokus kepada
Dinas Pariwisata sebagai leading sector dikabupaten Samosir? Beliau menjawab:
“Kita akui bahwa Samosir memiliki potensi yang besar di sektor pertanian dalam arti luas, akan tetapi kondisi struktur kontur tanah yang marjinal,
sebagian besar lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan sawah berada di Sumatera, sedangkan di pulau Samosir ini bukanlah lahan yang subur
seperti yang kita duga, terdiri dari batu, pasir lempung, perolehan sumber air sangat sedikit musim hujan air tumpah ke danau, musim kemarau
tanah cepat kering. Sesungguhnya, jika dikaji lebih dalam visi Kabupaten Samosir, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang
Inovatif 2015, memberi arti bahwa fokus pembangunan tetap pada agribisnis pertanian dalam arti luas, sementara pariwisata adalah leading
sektor pembangunan ekonomi-sosial-budaya, karena pariwisata itu multi sektor, multi fungsi dan multi stakeholders, pariwisata berkembang bila
didukung oleh agribisnis, lingkungan dan budaya; pariwisata berkaitan
erat dengan berbagai sektor kehidupan, dan pariwisata merupakan “wadah kolaborasi”, bukan primus interpares atau segala-galanya bagi
pembangunan masyarakat“. Berdasarkan jawaban bapak Kepala Dinas tersebut, dapat diketahui bahwa
visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang telah ditetapkan tersebut adalah mengacu kepada visi Kabupaten Samosir, yaitu dengan harapan Kabupaten
Samosir akan Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif dengan tetap berbasis pada potensi alam dan budaya. Visi ini ditetapkan karena
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah Kabupaten Samosir ini melihat bahwa Kabupaten Samosir memang memiliki kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan standard suatu objek
wisata, dengan alam yang sejuk, panorama yang indah, serta budayanya yang unik. Sehingga inilah yang akan dikelola dan dimanfaatkan, dan masyarakatpun
akan berpartisipasi untuk membangun diri menjadi masyarakat wisata yang bersapta pesona, berbasis alam dan budaya batak. Pariwisata ini adalah
multisektor, multifungsi dan multistakeholders, sehingga pariwisata ini akan lebih berkembang jika didukung oleh agrobisnis sektor pertanian yang dimiliki
Samosir, jadi bukan berarti langsung tidak memperhatikan sektor pertanian tetapi itu saling terkait dan saling mendukung.
Kemudian untuk mengetahui kebijakan program apakah yang sudah dilakukan oleh pemerintah khususnya melalui dinas ini upaya pengembangan
sector pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Secara umum apakah kebijakan
upaya yang telah dilakukan oleh dinas ini dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui penataan dan pengembangan wisata?
Beliau menjawab: ”Secara umum pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan seperti:
1 Melakukan penataan dan pengembangan destinasi wisata usaha jasa wisata,
pengembangan, pelestarian
seni budaya-museum
dan kepurbakalaan 2 Membangun infrastruktur ring road samosir, akses ke
objek wisata,
tanoponggol, dermaga
kapal, menambah
ferry penyeberangan, perbaikan jalan Tele-Pangururan. 3 Membentuk
kelompok seni budaya Sanggar Seni Budaya di kecamatan yang telah dibantu dengan penyediaan alat musik, didorong untuk melakukan latihan
dan menjadi penyedia kegiatan seni budaya. 4 berkoordinasi kepada pemerintah pusat agar secepatnya menetapkan Bandar udara silangit
sebagai bandara yang bertaraf internasional ini bertujuan untuk memangkas jarak tempuh ke Kabupaten Samosir sehingga para wisatawan
tidak lagi harus melalui bandara kwalanamu menuju Samosir, sehingga waktu dan biaya yang dikorbankan oleh wisatawan lebih efesien dan
Universitas Sumatera Utara
efektif, 5 kita juga telah melakukan promosi promosi yang genjar melalui media social, media massa dan media elektronik”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum pemerintah dinas ini sudah melakukan berbagai kebijakan seperti penataan dan
pengembangan destinasi wisata, pelestarian seni budaya-museum dan kepurbakalaan, membangun infrastruktur, dan membentuk kelompok seni budaya
sanggar seni budaya di kecamatan serta melakukan promosi kedalam maupun keluar negeri. Kebijakan serta usaha ini dilihat sudah cukup baik, dan pasti jika
diimplementasikan dengan baik pasti mencapai hasil yang maksimal khususnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah .
Selanjutnya untuk membandingkan jawaban dari Kepala Dinas tersebut, penulis kembali bertanya kepada sekretaris dan para kepala bidang, tentang
kebijakan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menata dan mengembangkan wisata untuk peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten
Samosir. Yang pertama penulis tanyakan adalah kepada Bapak Sekretaris Dinas, Drs. Amon Sormin, dengan pertanyaan: Dalam melakukan pengembangan
penataan kawasan objek wisata, tentunya sarana prasarana adalah salah satu faktor yang sangat penting. Sejauh ini bagaimanakah dinas ini dalam menata dan
mengembangkan sarana prasarana wisata yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan? Objek daerah tujuan wisata apa sajakah yang sudah dibenahi
dengan sarana prasarana tersebut? Beliau menjawab:
“ Memang benar, bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan hal yang penting dalam mendukung pengembangan objek wisata samosir ini, dan
kami sebagai lembaga pemerintah sudah memperlengkapi dan membenahi sarana prasarana wisata pada objek wisata tertentu. Tidak semua kawasan
objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir ini bisa kami tata dan
Universitas Sumatera Utara
perlengkapi, karena hampir semua kawasan wisata disini adalah milik marga tanah ulayat. Kawasan objek wisata yang sudah kami perlengkapi
dan tata ada beberapa objek yaitu diTomok, pada pintu gerbang pelabuhan pariwisata Tomok ada dibangun dermaga, objek wisata kuburan tua
makam raja sidabutar, di Museum Huta Bolon Simanindo, di Pasir Putih Parbaba Desa Huta Bolon Parbaba, di pemandian air panas Kecamatan
Pangururan, di Sianjur mula-mula batu sawan, batu hobon, air 7 rasa, pantai Lagundi pondok remaja Kecamatan Onanrunggu, menara pandang
tele. Beberapa kawasan objek wisata tersebut bukanlah milik pemerintah tetapi ada penataan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah,
seperti kamar mandi, dermaga, lampu, ayunan, tempat duduk, dan lain lain sesuai dengan kondisi wisata masing-
masing”. Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari beberapa kawasan
objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, pemerintah khususnya dinas ini belum melakukan penataan ke seluruhnya, karena objek wisata yang ada di
Kabupaten Samosir adalah milik marga tanah ulayat, sehingga pemerintah hanya bisa melakukan penataan dan pengembangan bagi masyarakat yang bisa
bekerjasama dan hanya bagi kawasan wisata tertentu yang mereka pandang sebagai kawasan wisata unggulan, dan mereka memperlengkapi fasilitas wisata
sesuai dengan kondisi objek wisata masing-masing sehingga wisatawan semakin tertarik untuk berkunjung dan pendapatan asli daerah melalui retribusi daerah
tentunya akan mengalami peningkatan. Senjutnya penulis kembali bertanya kepada bapak Kepala Bidang
Pengembangan Wisata, Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Apakah program kebijakan yang sudah dilakukan dinas ini dalam megembangkan dan
menata potensi objek wisata Samosir untuk meningkatkan retribusi daerah? Objek wisata apa sajakah yang sudah ditata dan dikembangkan oleh dinas ini?
Beliau menjawab: “Dalam membangun objek wisata itu sebenarnya adalah investor, kami
adalah sebagai mediator dalam melakukan penataan. Untuk mencapai visi itu dan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah seharusnya adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan memfasilitasi, misalnya dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti waterboom, dll. Tetapi yang masih
terlaksana masih hanya dengan memfasilitasi membenahi beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih, menara pandang tele
sukkean pohon besar, lagundi, air 7 rasa, batu sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo. Di Tomok Arsop sebenarnya adalah milik masyarakat
tetapi sengaja kami tata dengan membuat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan Siallagan dengan membangun gapura dan pemugaran Huta
Siallagan, pasir putih Parbaba penataan, ayunan, paying-payung, jooging trek, sarana-sarana pelabuhan yang sudah dibangun seperti adanya kapal
Ferry dari Nainggolan ke Muara, Tiga ras ke Simanindo, sekarang menunggu untuk launching. Setiap objek wisata yang sudah dibangun
dibenahi ini dipungut retribusi bagi setiap pengunjung dan dikelola oleh dinas ini. Tetapi dalam pengembangan objek wisata kami terhambat
karena tidak semuanya objek wisata milik pemerintah karena sebagaian besar adalah milik rakyatulayat, ini mengharuskan kami harus lagi
melakukakan koordinasi dengan masyarakat yang membutuhkan waktu
yang sangat panjang.” Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah
sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui retribusi objek pariwisata seharusnya adalah
dengan memfasilitasi dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti water boom, tetapi sampai sejauh ini pemerintah hanya masih sebatas
membenahi berbagai kawasan objek wisata di Samosir dan setiap pengunjung dipungut retribusi yang dikelola oleh dinas ini
.
dan pemerintah banyak disibukkan dengan melakukan tugas pendekatan kepada masyarakat agar mau melakukakan
kerjasama dengan pemerintah daerah. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pemerintah Dinas ini hanya
mengembangkan potensi wisata yang sudah ada ataukah sudah membuat terobosan baru, objek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan dan untuk
meningkatkan retribusi daerah, penulis bertanya kepada Bapak jonni sitanggang SE selaku kepala bidang pengembangan wisata, dengan pertanyaan: Apakah
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah secara khusus dinas ini hanya mengembangkan objek wisata yang sudah ada milik masyarakat saja? Tidak membuat terobosan baru?
Beliau menjawab: “Sudah pernah mencoba, tetapi karena tanah yang ada di Samosir ini
adalah tanah rakyat ulayat semua, yang sangat susah diperoleh, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal dan tidak terjangkau. Belakangan ini
kita juga lagi memikirkan cara bagaimana membuka objek wisata yang baru dengan pendekatan yang merakyat yaitu menggandengan masyarakat
sebagai mitra yang berjalan bersama dalam mengembangkan objek wisata yang akan dibuka. Dimana pemerintah mengambil posisi menjadi donor
dalam pengembangan wisata dan masyarakat menjadi pelaksana teknis pengembangan objek wisata yang baru dengan prinsip bagi hasil. Tetapi
cara ini masih dalam proses implementasi.” Kemudian penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Dinas
Drs.Ombang Siboro M.Si, menyangkut hal yang sama seperti yang di atas, dengan pertanyaan: Apakah pada saat ini pemerintah hanya mengembangkan objek
daerah tujuan wisata yang sudah ada, ataukah sedang membuat terobosan baru yang berpotensi untuk dikunjungi dan menjadi andalan untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah ? Beliau menjawab:
“Selain mengembangkan-menata objek wisata yang sudah ada, dilakukan juga terobosan oleh sektor bidang lain yang berkaitan dengan
pengembangan pariwisata misalnya mendorong investasi bidang sarana prasarana olahraga, transportasi jalan, pembangunan lingkungan kebun
raya, arboretum, pembangunan embung air, pembangunan Balai pertanian, Sekolah Pariwisata, pembangunan kawasa rumah sakit,
menyampaikan kesiapan Samosir sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan tingkat nasional dan internasional, menyelenggarakan event besar untuk
kegiatan wisatawan. Dan terkait dengan rencana pembangunan objek wisata hiburan seperti Ancol, dsb, sesungguhnya kita telah menjual kepada
investor, namun sering terkendala oleh penyiapan lahan lokasi dan pertimbangan aksesibilitas, namun demikian kita telah membangun pantai
seperti pasir putih Parbaba, merencanakan membangun pantai bebas di kawasan Tuktuk dan Simanindo, membangun kawasan objek wisata cagar
budaya-spritual
dan perkampungan asli batak di kawasan Pusuk Buhit.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban informan di atas, bahwa sudah pernah mencoba untuk mengundang investor tapi karena tanah Samosir adalah tanah marga maka
pemerintah hanya melakukan penataan saja bagi objek wisata yang sudah ada yaitu milik masyarakat, melakukan terobosan dengan berbagai bidang sektor lain
yang berkaitan dengan pengembangan wisata, dan telah membangun pantai bebas seperti pasir putih Parbaba.
Kemudian untuk
mengetahui bagaimanakah
sebenarnya usaha
pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah ini benar-benar dilakukan dan dirasakan oleh masyarakat, penulis malakukan wawancara juga dengan informan
biasa yaitu para pengusaha dan pengunjung wisata baik itu wisata local ataupun dengan wisatawan mancanegara.
Pertama, penulis mendapat argument dari pengusaha objek wisata pasir putih parbaba, Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang sudah
dilakukan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan objek wisata ini?
Beliau menjawab: “Pertama, pemerintah melakukan sosialisasi dengan kami sebagai pemilik
lahan ini karena mereka melihat bahwa kawasan ini memilki area yang cukup menarik pantai yang bersih, pasirnya yang putih, dan udara yang
sejuk. Sehingga pemerintah melakukan penataan dan pengembangan dengan membangun berbagai macam fasilitas, seperti kamar mandi, ayun-
ayunan dari kayu dan besi, posko, bangunan pentas dengan ucapan selamat datang, jalan setapak, lapangan volley, lampu-lampu hias, pembatas air
ada kurang lebih 50 meter, tong sampah, payung-payung, bronjong, dermaga, hingga pantai ini bisa dinikmati para pengunjung dengan
berbagai macam kegiatan yang bisa dinikmati juga. Tanah ini kami berikan kepada pemerintah secara sukarela, karena kami beranggapan
bagaimanalah supaya Samosir ini bisa berkembang.
Bari jawaban tersebut, benar bahwa pemerintah khususnya melalui dinas ini telah melakukan upaya pengembangan wisata, dan bisa dikatakan suatu terobosan
Universitas Sumatera Utara
baru dalam meningkatkan perkembangan wisata Kabupaten Samosir. Dimana pemerintah melihat objek wisata ini memilki potensi yang cukup menarik untuk
dikembangkan, sehingga pemerintah melakukan upaya sosialisasi terlebih dahulu kepada pemilik lahan, kemudian pemerintah mengembangkannya dengan
membenahi dan menata pantai ini dengan berbagai fasilitas yang bisa manarik wisatawan.
selanjutnya penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan: bagaimanakah kondisi jumlah wisatawan yangberkunjung ke tempat ini? Dan
apakah semua yang berkunjung dikenakan retribusi? Beliau menjawab:
“Kalau mengenai kondisi jumlah wisatawan yang berkunjung, tidak bisa kami katakan selalu banyak, tetapi tiap hari pasti selalu ada, dan apalagi
waktu libur seperti liburan semester, paskah, natal, hari raya, tempat ini sangat ramai oleh pengunjung. Dan yang menjadi kendala adalah
masyarakat masih kurang memilki kesadaran akan peraturan yang ditetapkan, sehingga masyarakat kadang mau tidak masuk dari pintu utama
tempat retribusi dipungut, tetapi dari pintu yang lain yang tidak ada petugas disana. Sehing
ga kadang tidak semua dikenakan retribusi.” Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa jumlah kunjungan
wisatawan yang berkunjung tergantung kepada waktu liburan yang dimiliki masyarakat, tetapi setiap hari pengunjung pasti selalu ada. Tidak semua
masyarakat yang memasuki kawasan wisata ini dipungut retribusi karena masyarakat yang sengaja masuk tidak dari pintu utama dimana petugas pemungut
retribusi tidak ada disana, sehingga retribusi tidak dipungut dari mereka. Selanjutnya, penulis kembali bertanya kepada pegawai Sanggam Beach
Resort Hotel di Kecamatan Simanindo, Hotma Sidabutar sebagai kasir selama 10 tahun, dengan pertanyaaan: Bagaimanakah anda melihat pariwisata Samosir
Universitas Sumatera Utara
hingga sampai saat ini terutama setelah pemekaran daerah Kabupaten Samosir, yang pastinya ini sangat berhubungan dengan kemajuan perhotelan ini?
Beliau menjawab: “Tentang pariwisata Samosir, menurut saya masih kurang dikembangkan,
baik dari fasilitasnya sarana prasarana pendukungnya, ataupun kesadaran masyarakat yang masih kurang, walaupun memang sudah ada kemajuan
tetapi belum begitu baiklah. Padahal Samosir cukup memiliki potensi wisata yang sangat bagus apalagi jika dikembangkan dan ditata dengan
baik, dan ini juga secara tidak langsung berdampak bagi kami pihak perhotelan, dimana pengunjung sepi. Untuk mengatasi hal ini, memang
harus ada kerjasama yang baik antara pemrintah dan juga masyarakat.” Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan
pariwisata Samosir, hingga sampai saat ini setelah pemekaran daerah, belum begitu berkembang, meskipun sudah ada kemajuan. Untuk bisa mencapai
perkembangan wisata yang lebih maju perlu ada kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga semakin meningkatkan pendapatan asli
daerah dan kesejahteraan masyarakat tentunya. Kemudian penulis kembali mengadakan wawancara dengan pengusaha
wisata di Hotspring pemandian air panas Kecamatan Pangururan Ibu Ria, untuk mengetahui bagaimana perhatian dan peran pemerintah dalam menata dan
mengembangkan wisata ini, dengan pertanyaan: Apakah peran pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan wisata ini?
Beliau menjawab: “Mengenai peran pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
mengembangkan dan menata objek wisata ini, memang ada. Pemerintah khususnya dinas ini memang membangun tempat pemandian dan
memfasilitasinya, tetapi sekarang ini tempat itu tidak ditata, dan tidak ada yang mengolah, sehingga tempat itu sekarang tidak dikunjungi lagi oleh
wisatawan. Untuk mengembangkan kawasan wisata ini, secara umum pemerintah masih kurang memberikan perhatian yang begitu maksimal.
Memang untuk mengembangkan ini adalah koordinasi dari seluruh pemerintah kabupaten, seperti pembangunan jalan yang sudah dikerjakan
Universitas Sumatera Utara
oleh Dinas PU, tetapi khusus dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya masih kurang.”
Berdasarkan penjelasan informan tersebut, dapat kita lihat bahwa secara langsung beliau mengatakan bahwa peranan pemerintah dalam mengembangkan
kawasan pariwisata ini masih kurang maksimal, karena meskipun pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sudah membangun tempat
pemandian, tetapi karena tidak ada penataan yang berkelanjutan dari pemerintah ini, maka tempat itu sekarang tidak dikunjungi wisatawan lagi, dan tentunya hal
ini sangat tidak mendukung dalam peningkatan retribusi daerah.
2. Pemasaran Wisata Kabupaten Samosir