4. Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, situs, dan sejenisnya.
5. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar,
teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan setempat. 6.
Perjalanan {trekking ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya.
2.6 Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
perhatian ilmu sosial Singarimbun 1995:37. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka
berdasarkan kerangka teori yang ada, maka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Strategi pemerintah kabupaten Samosir Dinas Pariwisata, Seni dan
Budaya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah adalah kegiatan yang diarahkan pemerintah daerah untuk mengelola dan mengembangkan sektor
pariwisata Kabupaten Samosir yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat 2.
Pendapatan Asli Daerah adalah merupakan sumber pendapatan yang penting untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah yang dapat memberi warna terhadap tingkat otonomi suatu daerah, dimana penggunaan dana yang bersumber dari PAD dapat
disesuaikan dengan kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Potensi pariwisata, adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang wisatawan mau datang berkunjung ke daerah tersebut, dan juga merupakan faktor penting
untuk pengembangan pariwisata. 4.
Strategi pengembangan sektor pariwisata adalah keseluruhan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Samosir untuk pertumbuhan
ekonomi, pendapatan daerah, dan penghasilan devisa Negara serta pemberdayaan masyarakat melalui kesempatan berusaha dan membuka
lapangan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era baru otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan keleluasaan kepada daerah kabupatenkota untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan adanya
otonomi yang lebih luas yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, daerah memiliki kewenangan yang lebih besar untuk menyelenggarakan berbagai urusan
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dan sekaligus roh otonomi daerah.
Penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan kepada daerah kabupatenkota disertai juga dengan penyerahan Kewenangan kepada daerah
dalam mencari sumber- sumber pembiayaan untuk menyelenggarakan urusan- urusan tersebut. Sumber-sumber pembiayaan itu berasal dari Pendapatan Asli
Daerah PAD, bantuan pemerintah pusat dan sumber-sumber lain yang sah. Di antara berbagai sumber pembiayaan tersebut, PAD merupakan sumber yang
mempunyai arti penting karena mencerminkan kemandirian daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah.
Kaho dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2005: 66 menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
faktor keuangan yang baik. Istilah keuangan di sini mengandung arti setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, yang antara lain berupa sumber
pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai
Universitas Sumatera Utara