Berdasarkan jawaban kedua informan tersebut, dapat dilihat bahwa Pulau Samosir memang sangat indah sebagai suatu objek wisata, tetapi masih perlu
dibenahi dengan fasilitas, kebersihan, lingkungan yang ramah, dan objek wisatanya ditambah, sehingga Samosir cepat mengalami perkembangan begitu
juga dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah melalui sector pariwisat akan meningkat.
5. Pemungutan Retribusi
Retribusi daerah adalah sebagai salah satu sumber PAD dalam rangka pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk
meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Subjek retribusi daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan dan menikmati
pelayanan jasa tertentu yang bersangkutan. Jasa retribusi tertentu dikelompokkan ke dalam 3 tiga golongan, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
retribusi perizinan tertentu. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir berdasarkan
Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Retribusi, adalah mengelola retribusi tempat rekreasi dan hiburan. Dimana setiap pengunjung objek
wisata yang ditata dan dikembangkan oleh pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dikenakan retribusi. System cara pemungutan retribusi yang baik dan
benar yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah hal yang sangat mendukung dalam peningkatan retribusi daerah ini. Untuk mengetahui
bagaimanakah pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pemungutan retribusi memasuki tempat rekreasi dan hiburan ini, penulis bertanya
kepada informan yang telah ditetapkan. Pertanyaan yang penulis ajukan adalah
Universitas Sumatera Utara
kepada Bapak Kepala Dinas Pariwisata, Senidan Budaya: Bagaimanakah pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pemungutan
retribusi memasuki tempat rekreasi sebagai salah satu pendapatan asli daerah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan?
Beliau menjawab: “Dalam menggali sumber keuangan daerah PAD sudah tentu harus sesuai
dengan aturan dan prosedur yang berlaku. Sejak terbentuknya Kabupaten Samosir, maka dasar pemungutan PAD sector kepariwisataan masih
menggunakan Perda Kabupaten induk Kabupaten Toba Samosir, kemudian pada tahun 2009 ditetapkan Perda Kabupaten Samosir. Perda
yang terkait dengan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah Perda No. 6 Tahun 2009 tentang Retribusi Usaha, jasa pariwisata dan Perda No.7 tahun
2009 tentang Retribusi Memasuki Objek Wisata, sementara yang berkaitan dengan pajak bukan wewenang Dinas Teknis. Mengingat di Samosir sudah
dibentuk Badan Perizinan Terpadu, maka retribusi usaha-jasa pariwisata yang terkait dengan penerbitan ijin bukan ditangani Dinas Pariwisata,
dalam hal ini dinas ini hanya berupaya untuk memotivasi usaha pariwisata untuk mengurus ijin dan memberikan rekomendasi. Khusus untuk system
pemungutan retribusi ini kami menugaskan pegawai di beberapa kawasan objek wisata yang dikolola oleh pemerintah Dinas ini dengan catatan
objek tersebut bukan milik Pemkab, tetapi milik marga kelompok masyarakat, dengan asumsi tariff karcis masuk sebesar Rp 2.000 sd Rp
5.000 orang objek.” Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya hanyalah mengelola retribusi memasuki kawasan objek wisata berdasarkan Perda No.7 tahun 2009 dengan system pemungutan
yang ditugasi pegawai sebagai pemungut retribusi di posko objek wisata yang telah ditetapkan, dengan tariff karcis masuk sebesar Rp 2.000 sd Rp 5.000 orang
objek. Objek wisata yang dijadikan tempat pemungutan retribusi adalah hanya beberapa objek wisata, dan itu bukanlah milik Pemerintah Kabupaten tetapi ad
alah milik masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui objek wisata apa sajakah yang dikenakan
retribusi oleh dinas ini penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Wisata Ombang Siboro Msi, dengan pertanyaan: Objek wisata apa sajakah yang dikenakan retribusi bagi setiap pengunjung wisata?
Beliau menjawab: “ Dalam meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pemungutan
retribusi daerah seharusnya dilakukan dengan memfasilitas objek wisata, misalnya dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti
waterboom, dll. Tetapi yang masih terlaksana masih hanya dengan membenahi beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih,
menara pandang tele, sukkean pohon besar, pantai lagundi, air 7 tujuh rasa, batu sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo. Di Tomok Arsop
sebenarnya milik masyarakat tetapi sengajadi buat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan Siallagan dengan membangun gapura dan
pemugaran huta Siallagan, pantai pasir putih Parbaba penataan, ayunan, payung-payung, jooging trek, sarana-sarana pelabuhan yang sudah
dibangun sepertiadanya kapal Ferry dari Nainggolan ke Muara, Tiga ras ke Simanindo. Setiap objek wisata yang sudah dibangun dibenahi ini
dipungut retribusi bagi setiap pengunjung dan dikelol
a oleh dinas ini.” Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah
sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Dalam meningkatkan retribusi daerah seharusnya dengan memfasilitasi dan membuat objek wisata yang baru,
seperti waterboom, dll, tetapi sampai sejauh ini pemerintah masih sebatas membenahi berbagai kawasan objek wisata seperti di atas, dan dipungut retribusi.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimanakah pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pemungutan retribusi ini serta kendalanya,
penulis kembali bertanya kepada Bapak Sekretaris Dinas, Drs. Amon Sormin, dengan bertanya: Bagaimanakah system pemungutan retribusi ini dilakukan dan
apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya? Beliau menjawab:
“Dalam pemungutan retribusi ini kita menugaskan pegawai dari dinas ini dan bekerjasama dengan masyarakat pemilik usaha wisata, disetiap
kawasan objek wisata yang dikelola dan ditata oleh Dinas ini untuk mengutip dari setiap wisatawan yang berkunjung, dan itu memakai tariff
karcis. Kendala permasalahan dalam pengutipan retribusi ini adalah
Universitas Sumatera Utara
kesadaran masyarakat yang kurang, masyarakat kadang mau masuk bukan dari pintu utama, dan mereka masuk dengan sembunyi-sembunyi.
Kemudian masyarakat yang masuk juga terkadang tidak mau membayar. Kurangnya pegawai yang bertugas di lapangan juga merupakan salah satu
kendala.” Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa system
pemungutan retribusi ini dilakukan dengan menugaskan pegawai dari dinas ini dan bekerjasama dengan masyarakat pengusaha wisata. Tetapi kekurangan
pegawai juga salah satu Kendala dalam pemungutan retribusi ini, serta kurangnya kesadaran masyarakat.
Selanjutnya untuk lebih mengetahui sistem pemungutan retribusi ini, penulis bertanya kepada pemilik kawasan wisata Pantai Pasir Putih Parbaba Ibu Mangoloi
Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah setiap pengunjung ke daerah wisata ini dikenakan retribusi? Bagaimana dengan cara pengutipannya?
Beliau menjawab: “Terkait dengan setiap pengunjungan yang berwisata ketempat ini
pemerintah mengenakan biaya sebesar Rp 2.500orang, yang diserti dengan adanya karcis. dimana pengutipannya dilakukan bekerjasama
dengan masyarakat sekitar, bentuk kerjasamanya berupa pegawai Dinas yang mengutip retribusi disini adalah masyarakat disini. Tetapi memang
kesadaran para masyarakat masih kurang dimana terkadang mereka masuk
tidak melalui pintu retribusi” Berdasarkan jawaban dari informan tersebut, dapat diketahui bahwa di
tempat wisata ini dilakukan pengutipanretribusi sebesar Rp 2.500 orang bagi pengunjung, tetapi terkadang pengutipan ini tidak berjalan dengan lancar karena
kesadaran masyarakat yang kurang. Selanjutnya terkait dengan pemungutan retribusi ini, penulis juga bertanya
kepada pengusaha wisata pemandian air panas hotspringdi Pangururan, Ibu Ria, dengan pertanyaan: Apakah setiap pengunjung yang masuk ke daerah ini
dikenakan retribusi oleh pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab: “Untuk pengutipan retribusi memang dilakukan oleh Dinas ini kepada
pengunjung wisata ini sebesar Rp 2.500 orang, dengan menugaskan pegawai di kawasan ini. Tetapi sering terkendala karena pegawai yang
bertugas hanya satu orang, kadang tidak ada pengutipan karena petugasnya
kadang tidak selalu ada.” Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa sama seperti yang di
Pantai Pasir Putih dilakukan pengutipan retribusi bagi setiap pengunjung, tetapi sering juga tidak berjalan lancar karena pegawai yang bertugas kurang.
Kemudian untuk mengetahui apakah sektor ini bisa dikatakan sebagai sektor andalan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Samosir melalui pengutipan
retribusi memasuki objek wisata tersebut, penulis kembali bertanya kepada bapak Kepala Dinas, dengan pertanyaan: Apakah melalui pengutipan retribusi memasuki
wisata ini, sektor ini merupakan salah satu sektor andalan dalam menambah pemasukan kas daerah PAD? Karena seperti yang kita ketahui bahwa pariwisata
adalah penyumbang terbesar ketiga terhadap pendapatan nasional setelah pajak dan migas.
Beliau menjawab: “saya pikir jika secara nasional itu benar, tetapi untuk saat ini sector
pariwisata belum menjadi andalan dalam pemasukan kas daerah PAD di kabupaten samosir ini. Karena membangun pariwisata tidak semudah dan
secepat yang kita bayangkan. Butuh proses yang panjang mulai dari membangun secara fisik pariwisata dan membangun masyarakat yang
mau peduli dengan kepariwisataan itu sendiri. untuk sebagai contoh Bali yang sekarang menjadi ikon Indonesia dalam hal pariwisata butuh waktu
30 tahun untuk membangunnya, apalagi kabupaten samosirkan masih berumur 10 tahun, tetapi memang akan terus kita usahan agar dari sector
pariwisata mejadi penyumbang PAD terbesar untuk kas kabupaten ini.” Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui ternyata bahwa potensi
wisata yang dimiliki Kabupaten Samosir belumlah dapat dikatakan sebagai salah satu sektor andalan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Samosir melalui
Universitas Sumatera Utara
pngutipan retribusi memasuki wisata ini. Hal ini dikarenakan usia Kabupaten Samosir selama 10 tahun ini masih berfokus kepada pengembangan-pembenahan
infrastruktur sarana prasarana, pembinaan, dan masyarakat sadar wisata, yang menjadi penarik bagi wisatawan yang berkunjung. Tapi harapan ke depan bahwa
sektor pariwisata ini akan menjadi andalan. Kemudian penulis kembali bertanya kepada Kepala Bidang Pengembangan
Wisata Bapak Drs.Ombang Siboro, Msi, terkait dengan peningkatan pendapatan daerah melalui retribusi ini, dengan pertanyaan: Menurut bapak, sejauh ini apakah
melalui pengembangan objek wisata ini, dan melalui pemungutan retribusi memasuki wisata ini, sektor ini sudah memberikan peningkatan terhadap
pendaoatan asli daerah Kabupaten Samosir ini? Apakah pariwisata ini merupakan sektor utama didalamnya?
Beliau menjawab: “Sebagai pemasukan pendapatan asli daerah memang ada, tetapi sejauh ini
masih minimal, belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan, karena objek wisata samosir masih milik rakyat. Sementara ini, sektor pariwisata
ini belum bisa dikatakan andalan, tetapi yang diharapkan adalah akan menjadi andalan sektor utama dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Samosir.” Berdsarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa sektor pariwisata tersebut
belumlah dapat dikatakan menjadi andalan dalam meningkatkan pendapatan asli Daerah Kabupaten Samosir, dan pendapatan asli daerah yang diperoleh Dinas ini
melalui retribusi memasuki kawasan objek wisata belumlah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini juga dikarenakan oleh kawasan wisata yang ada di
Samosir ini masih milik masyarakat. Tetapi pemerintah berharap bahwa sektor pariwisata ini akan menjadi andalan.
Universitas Sumatera Utara
C. Sumber Daya Alam Sektor Industri Pariwisata Kabupaten Samosir
Mengenai sumber daya yang dimiliki Kabupaten Samosir di sektor industri pariwisata khususnya, Kabupaten Samosir memilki banyak daerah wisata beserta
objek wisata yang sudah terkenal dan juga memiliki daya tarik yang cukup bagus. Objek wisata itu terdiri dari objek wisata alam, objek wisata sejarah, dan objek
wisata seni budaya. Objek wisata tersebut adalah: a.
DTW Daerah Tujuan Wisata di Kecamatan Sianjur Mula-mula 1.
Wisata Alam i.
Gunung Pusuk Buhit GPB, sebuah gunung yang menjulang tinggi menghadap Danau Toba dan Pulau Samosir, membelakangi Desa
Limbong, Desa Sagala Kecamatan Sianjur Mula-mula dan tele. ii.
Aek Boras, merupakan pengambilan sumber mata air Guru Tatea Bulan.
iii. Aek Boru Pareme, merupakan sumber mata air si Boru Pareme
iv. Aek 7 rasa sipitu dai, merupakan sumber mata air yang
memancarkan 7 pancaran air dengan 7 rasa yang berbeda satu sama lain
v. Pulo Tulas di sebelah utara GPB, sebuah pulau kecil di tengah
Danau Toba. Pulau ini dapat digunakan tempat tamasya, dan berkemah sambil memancing ikan.
2. Wisata Sejarah
i. Batu parhusipan, merupakan tempat dimana saudara kembar Boru
Pareme dan Saribu Raja membisikkan cinta isi hati mereka. ii.
Batu Pargasipan.
Universitas Sumatera Utara
iii. Batu Nanggar, Bukit Martul Batu, merupakan tempat saribu raja
menempa besi karena dia seorang pandai besi. iv.
Batu hobon. b.
DTW di Kecamatan Harian 1.
Wisata Alam i.
Menara Pandang Tele, 2 km dari jalan raya tele menuju ibukota Kabupaten Samosir Pangururan, atau 30 km dari Pangururan menuju
Jalan Raya Tele. Di menara ini pengunjung dapat melihat seputar Samosir dan Danau Toba.
ii. Partukko Naginjang di Desa Janji Martahan, sangat cocok untuk
lokasi olahraga terbang layang gantole dan pemandangan alam. Berada 10 km dari Tele ke atas menuju Kabupaten Humbahas
iii. Janji Martahan, tempat mendarat peterbang laying dari Partukko
Naginjang iv.
Air Terjun Sampuran Efrata Sosor Dolok, OTW air terjun setinggi 26 m dan lebar 10 m, berada 3 km dari Kota Harian. Sumber air dari
dalam bukit, jernih bisa langsung diminum, dingin dan menyejukkan. Di seputar air terdapat pelangi yang indah, sehingga menambah
semaraknya suasana v.
Mata air dan Pohon Pokki di Sihotang, 2 km dari Pelabuhan Sihotang. Air jernih ini di bawah Pohon Pokki yang terkenal sebagai pohon
keras.
Universitas Sumatera Utara
c. DTW di Kecamatan Pangururan
1. Wisata Alam
i. Pemandian Air Panas, bersumber dari GPB, ditampung dalam
kolampemandian 2.
Wisata Sejarah i.
Tano Ponggol Terusan, menghubungkan Danau Toba dari arah selatan ke utara dan sebaliknya dan di atasnya sebuah jembatan
menghubungkan Pulau Samosir ke Pulau Sumatera melalui Tele Terusan dan jembatan ini dibuat oleh Belanda, dan sampai sekarang
masih berfungsi untuk media transportasi darat dan air. Sebagai peninggalan sejarah sering digunakan pengunjung untuk memandang
Danau Toba ke arah utara dan selatan menyaksikan kapal yang lewat. ii.
Pessanggerahan, bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang pada saat ini digunakan sebagai kantor dan kediaman Bupati Samosir
3. Wisata Seni dan Budaya
i. Open Stage, di tengah Kota Pangururan. Sebagai panggung terbuka,
tempat ini dapat untuk pertunjukan atau menonton atraksi seni budaya dan membaca puisi.
ii. Tenun Ulos Batak, di Desa Lumban Suhi-suhi, 4 km dari Pangururan.
Merupakan industri tenun tradisional, dilakukan olehibu atu gadis remaja.
Universitas Sumatera Utara
d. DTW di Kecamatan Ronggur ni Huta
1. Wisata Alam
i. Danau Sidihoni, sebuah danau di atas Danau Toba, 8 km ke arah timur
dari Ibukota Pangururan. Konon warna airnya dapat berubah-ubah dan kering, sebagai pertanda akan terjadi sesuatu.
ii. Aek Liang, sebuah gua berisi air memberi dan memenuhi kebutuhan
air di Desa Aek Liang. Namanya diabadikan menjadi sebuah desa Aek Liang
iii. Gua Sidam-dam, tempat persembunyian pahlawan Sidam-dam Malau
melaan musuh. iv.
Batu Hitam, di Desa Sabungan ni Huta, 5 km dari Pangururan. Konon batu berwarna hitam ini masih suci dan sakral.
2. Wisata Sejarah
i. Simalliting, sebuah lubang besar di Aek Liang, 2 km ke arah barat
Danau Sidihoni e.
DTW di Kecamatan Palipi 1.
Wisata Alam i.
Pemandian Air Panas Simbolon, di DesaSimbolon, dekat Pantai Danau Toba, 25 km dari Ibukota Pangururan
2. Wisata Sejarah
i. Batu Rantai, terdapat di Kota Mogang, tempat bersejarah. Di lokasi
terdapat batu yang berpindah-pindah, sehingga oleh pemerintah Belanda pada zaman penjajahan batu tersebut diikat dengan rantai
supaya tidak berpindah-pindah lagi.
Universitas Sumatera Utara
ii. Piso Somalin, merupakan tempat bersejarah di Kota Mogang, 30 km
dari Pangururan. Berkunjung ke PTW ini diyakini dapat merubah sikap menjadi pemberani untuk membela kebenaran, dan membawa
kedamaian hidup. f.
DTW di Kecamatan Onan Runggu 1.
Wisata Alam i.
Lagundi Sitamiang, sebuah resort wisatauntuk perkemahan muda- mudi, yang disertai dengan pemandian alam dan pondok, camping
ground, menghadap Danau Toba. ii.
Tambun Suklan, tempat pemandian alam dan panorama Danau Toba di Desa Tambun Suklan
iii. Pohon besar Hariara Bolon, terbentuk daribeberapa pohon menyatu
menjadi satu iv.
Pantai Bebas Sukkean Danau Toba, dengan pantai pasir putih, penuh batu-batu putih.
g. DTW di Kecamatan Nainggolan
1. Wisata Alam
i. Pantai Pasir Putih, di Desa Marea Rajadengan pasirnya yang putih di
Tepi Danau Toba. Berada sekitar 3km dari Kota Nainggolan. h.
DTW di Kecamatan Sitio-tio 1.
Wisata Sejarah i.
Mata Air Danau Parngono, terletak 4 km dari Pelabuhan Tamba menuju bukit, diyakini air ini mempunyai khasiat meneyembuhkan
penyakit.
Universitas Sumatera Utara
ii. Gua Datu Parngongo, berada di lereng bukit di bawah mata air Datu
Parngongo. i.
DTW di Kecamatan Simanindo 1.
Wisata Alam i.
Gua Marlangkap di Desa Tanjungan, panjang kira-kira 5km sampai ke Desa Tanjangan.
ii. Perairan Bebas Ambarita, di Pantai Ambarita, tempat pemandian dan
memancing iii.
Kuburan Tua, Lesung, Pagar Batu, dan Bontean, di Desa Lontung, berupa perkampungan raja-raja zaman dahulu
iv. Gok Asi, sebuah OTW tempat atraksi budaya suku Batak di Kota
Ambarita v.
Aak Natonang, di Desa Tanjungan, 18 km dari Tomok, yang dikelilingi hutan dan pepohonan
vi. Tuktuk Siadong, sebuah resort berupa tanjung dipenuhi hotel dan
wisma serta para seniman pengukir dan pelukis khas Suku Batak 2.
Wisata Sejarah i.
Makam Raja Sidabutar Sidabutar Kings Tombdi Tomok, merupakan peninggalan sejarah batak, kompleks makam keluarga Raja Sori
Buttuon Sidabutar. Berada 800m dari PelabuhanPariwisata atau Pelabuhan Ferry
ii. Batu Parsidangan di Siallagan Siallagan court Stone, terdapat di
Desa Siallagan, 3km dari Ambarita Ibukota Kecamatan Simanindo. Merupakan tempat raja zaman dahulu mengadili para penjahat
Universitas Sumatera Utara
iii. Museum Huta Bolon, berisi benda purbakala Suku Batak yang antik
dan beraneka ragam, terdapat di kota Ambarita, 3 km dari Pelabuhan Pariwisata atau Pelabuhan Ferry Tomok.
3. Wisata Seni dan Budaya
i. Sigale-gale di Tomok, sebuah patung seorang manusia yang terbuat
dari kayu, peninggalan Raja Manggale, yang dapat digerakkan untuk menari diiringi gendang. Berada di sebuah kompleks Rumah Batak,
400 m dari Pelabuhan Pariwisata atau pelabuihan Ferry Tomok ii.
Gedung Kesenian, bangunan tempat atraksi budaya dan seni, berada di Tuktuk Siadong
iii. Open Stage, bangunan panggung terbuka tempat pergelaran seni dan
budaya. Kemudian Dinas Pariwisata, Senidan Budaya mengkategorikan daerah
tujuan wisata ini menjadi daerah tujuan wisata unggulan sudah berkembang, sedang berkembang dan belum berkembang. Tujuan dilakukannya pengkategorian
ini adalah untuk memudahkan inventarisasi dan penempatan prioritas yang akan dipromosikan atau dipasarkan. Adapun kategori daerah wisata tersebut adalah:
a Daerah Wisata Unggulan:
1. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Simanindo
2. Dearah Tujuan Wisata Kecamatan Pangurura
b Daerah Wisata sedang Berkembang
1. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Sianjur Mula-mula
2. Derah Tujuan Wisata Kecamatan Ronggurnihuta
3. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Nainggolan
Universitas Sumatera Utara
4. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Palipi
5. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Onan Runggu
c Daerah Wisata Belum Berkembang
1. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Sitio-tio
2. Daerah Tujuan Wisata Kecamatan Harian
D. Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2008-2013
Untuk mengetahui jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah Kabupaten Samosir dari tahun 2008-2013, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7: Distribusi Wisatawan Nusantara Yang Berkunjung Ke Kabupaten Samosir
No Bulan
WISATAWAN NUSANTARA 2008
2009 2010
2011 2012
2013
1 Januari
4,078 12351
12690 7808
13917 11996
2 Februari
3,374 6022
5028 5441
5498 6056
3 Maret
5,792 4693
3130 6338
5640 5518
4 April
3,758 4941
6173 9308
7480 6810
5 Mei
6,401 5623
9125 11895
9580 7435
6 Juni
7,241 7382
6501 9065
10491 14724
7 Juli
5,991 5829
7466 6456
7234 9250
8 Agustus
7,487 5382
5938 7533
19891 13211
9 September
3,417 17150
20376 19940
7096 8432
10 Okttober 19,033
3553 4864
7780 8049
9211 11 November
4,559 3012
3965 6460
7116 8115
12 Desember 2,462
11319 9373
11873 16538
21542
jjjJUMLAH 73593
87257 94629
109897 118530 122300
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8:Distribusi Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung Ke Kabupaten Samosir
No Bulan
WISATAWAN MANCANEGARA 2008
2009 2010
2011 2012
2013
1 Januari
578 2005
1829 774
1328 1826
2 Februari
1573 1325
1691 2795
1468 1955
3 Maret
917 2018
1053 1535
2050 2574
4 April
1276 1642
2075 1567
2044 1974
5 Mei
1998 2323
2388 1643
2520 2488
6 Juni
1384 913
2462 1354
2231 2231
7 Juli
2305 3648
1906 3081
1926 2115
8 Agustus
2762 1826
1882 1928
2249 3005
9 September
3072 2218
2113 2197
1849 1843
10 Okttober
3625 1564
1662 1902
2807 2991
11 November
1471 723
931 1888
1761 1447
12 Desember
11317 2002
921 2068
2269 5148
JUMLAH 32278
22207 20913
22732 24502
29597 Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013
Tabel 9:Total Kunjungan Winus Dan Wisman Tahun 2008-2013 TAHUN
JUMLAH KUNJUANGAN
2008
105871
2009
109464
2010
115542
2011
132629
2012
143032
2013
151870
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke kabupaten somosir cenderung mengalami peningkatan jumlah pengujung,
walaupun jumlah peningkatan pengunjung tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
E. Kondisi Fasilitas Sarana Pariwisata di Kabupaten Samosir sd Tahun 2013
Untuk mendukung perkembangan suatu daerah tujuan wisata dan mendukung peningkatan pendapatan asli daerah, tentunya kesediaan sarana
fasilitas yang memadai adalah salah satu hal yang sangat menentukan kemajuan pariwisata di daerah tersebut. Kabupaten Samosir sebagai salah satu daerah tujuan
wisata memiliki berbagai sarana fasilitas yang mendukung, untuk mengetahuinya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10 : Jumlah Fasilitas Sarana Pariwisata di Kabupaten Samosir
SD Tahun 2013
No Jenis
Jumlah
1 Hotel Akomodasi
65 Buah 1121 Kamar 2
Restoran Rumah Makan 32 Buah
3 Money Changer
8 Buah 4
Biro Travel 15 Buah
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013
Sarana atau fasilitas ini mayoritas terdapat pada daerah tujuan wisata unggulan, yaitu pada Kecamatan Simanindo, dan KecamatanPangururan.
Sedangkan pada daerah lain masih sangat minim dan bahkan tidak ada sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
F. Jumlah pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir dan Kontribusi Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya Terhadap Retribusi Daerah Tahun 2008-2013 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini adalah data yang
diperoleh mengenai jumlah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir mulai tahun 2009-2013
Tabel 11: Target dan Realisasi PAD pada Tahun 2009-2013 No
Tahun Target Rp
Realisasi Rp Persentase
1 2009
7.998.318.305,00 6.837.595.975,00
85 2
2010 13.235.079.213,00
12.569.009.257,00 95
3 2011
16.042.682.535,00 14.117.728.012,00
88 4
2012 18.415.530.243,00
16.542.682.535,00 90
5 2013
19.006.568.000,00 17.101.588.140,00
90
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Samosir
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan asli daerah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. tetapi dari tahun 2009-2013 tidak sekalipun terget yang telah direncanakan terealisasi. Dimana dapat kita artikan bahwa
adanya ketidak seriusan pemerintah Kabupaten Samosir di dalam melaksanakan program dan target kerja yang sudah di tetapkan sebelumnya, ketidak mampuan
pemerintah Kabupaten Samosir dalam memenuhi target PAD ini tentunya akan berdampak terhadap proses pembangunan di Kabupaten Samosir itu sendiri dan
juga akan membuat pemerintah Kaupaten Samosir terus bergantung terhadap subsidi dari pemerintah pusat.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian untuk mengetahui berapa besar kontribusi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam pendapatan asli Daerah melalui retribusi daerah
Kabupaten Samosir mulai tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12: Penerimaan Komponen Retribusi dari Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Tahun 2009-2013
No Jenis
Pungutan Tahun
TargetRp RealisasiRp
Persentase
1 Retribusi
Tempat Rekreasi dan
Hiburan Umum
2009 150.000.000,00
50.197.000,00 33
2 Retribusi
Tempat Rekreasi dan
Hiburan Umum
2010 170.000.000,00 85.078.000,00
50
3 Retribusi
Tempat Rekreasi dan
Hiburan Umum
2011 200.000.000,00 110.245.000,00
55
4 Retribusi
Tempat Rekreasi dan
Hiburan Umum
2012 225.000.000,00 150.055.000,00
67
5 Retribusi
Tempat Rekreasi dan
Hiburan Umum
2013 250.000.000,00 200.670.000,00
80
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Samosir 2013
Jumlah retribusi memasuki tempat wisata yang diperoleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya setiap tahun mengalami peningkatan, tetapi tiap tahun tidak
pernah mencapai target yang telah ditetapkan. Seharusnya melihat daerah Samosir sebagai suatu daerah tujuan wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, jumlah
pendapatan asli daerah yang dihasilkan dari retribusi memasuki tempat rekreasi dan hiburan umum adalah tergolong banyak dan menjadi sumber utama dalam
Universitas Sumatera Utara
pemasukan kas daerah. Tetapi berdasarkan data yang ada dapat kita lihat, bahwa jumlah dari retribusi memasuki tempat rekreasi dan hiburan umum tersebut
belumlah dapat dikatakan sebagai suatu sektor andalan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISA DATA
Pada bagian ini akan dianalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan pada bagian terdahulu. Pembahasan yang dilakukan
adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada induksi data, interprestasi data dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan
penelitian. Penulis akan menganalisis berdasarkan seluruh informasi dan data yang telah dikumpulkan, baik mulai dari studi pustaka, wawancara dengan
informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis tentang strategi pengembangan pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Strategi dapat dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-
ancaman lingkungan eksternal organisasi Jatmiko,2004:4. Strategi merupakan program luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi,respons
organisasi pada lingkungannya sepanjang waktu Stoner,1996: 267. Jauch dan Glueck mendefenisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan
terpadu, yang mengaitkan keunggulan perusahanaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.Jatmiko,2004:5 Strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Samosir adalah kegiatanprogram kerja yang diarahkan pemerintah daerah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dengan upaya mengelola
dan mengembangkan sektor pariwisata Samosir untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
Universitas Sumatera Utara