Berat Kering Tajuk g

Besarnya penurunan nilai RWC tiga varietas cabai rawit akibat penurunan ketersediaan air dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rata-rata Relative Water Content RWC, Tiga Varietas Cabai Rawit Varietas Ketersediaan Air Rata- rata 100 75 50 25 10 Lokal C1 39,79 ±2,45 35,91 ±6,54 35,05 ±2,2 34,52 ±2,86 30,16 ±4,41 35,09 a Genie C2 49,41 ±5,67 43,73 ±1,65 40,31 ±6,49 38,45 ±3 37,42 ±0,32 41,86 b Bhaskara C3 48,33 ±2,43 43,73 ±2,2 42,82 ±0,84 42,53 ±1,83 41,60 ±5,92 43,80 b Rata-rata 45,84 a 41,12 a 39,39 a 38,50 b 36,39 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah diuji Duncan pada taraf 5. Penurunan nilai RWC yang tidak terlalu besar setiap tingkatan ketersediaan air dari tiga macam varietas cabai rawit, menyebabkan interaksi antara ketersediaan air dan varietas cabai rawit memberikan pengaruh yang tidak nyata Tabel 4.4. Penurunan nilai RWC pada ketersediaan air 100, 75, dan 50 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, namun berbeda nyata pada ketersediaan air 25 dan 10 yang artinya bahwa ketersediaan air 50 merupakan ketersediaan air yang masih mampu memberikan pertumbuhan RWC yang optimum. Nilai RWC varietas Lokal berbeda nyata dengan nilai RWC varietas Genie dan Bhaskara. Mathius 2001, juga menambahkan pada penelitiannya bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap potensial air daun, kadar air daun dan kadar air relatif RWC dimana RWC akan mengalami penurunan ketika diberi cekaman kekeringan yang lebih lama waktunya. Dahlan et al. 2012 menambahkan bahwa RWC dapat digunakan sebagai indikasi perbedaan ketahanan suatu tanaman dari kondisi cekaman air, dimana tanaman yang lebih tahan cenderung memiliki RWC yang lebih tinggi.

4.5 Berat Kering Tajuk g

Hasil analisis sidik ragam Lampiran 2.e menunjukkan tingkat ketersediaan air dan macam varietas cabai rawit masing-masing memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering tajuk, sedangkan interaksi keduanya tidak Universitas Sumatera Utara menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap berat kering tajuk. Pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap berat kering tajuk pada ketiga macam varietas cabai rawit menunjukkan respon yang sama yaitu berat kering tajuk menurun seiring dengan penurunan ketersediaan air, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5. Pengaruh penurunan ketersediaan air terhadap berat kering tajuk C1 dimana Y= 3,509x + 18,08, R 2 = 0,948; C2 dimana Y= 0,744x + 1,486, R 2 = 0,831; dan C3 dimana Y= 0,586x + 0,128 dengan R 2 = 0,975 Gambar 4.5 menunjukkan berat kering tajuk tiga macam varietas cabai rawit semakin menurun seiring dengan penurunan ketersediaan air, dimana berat kering tajuk yang lebih besar terdapat pada tingkat ketersedian air 100. Varietas Lokal selalu menunjukkan berat kering tajuk yang lebih besar dibandingkan dua macam varietas lainnya pada kondisi tingkat ketersediaan air 100 hingga ketersediaan air 10. Meskipun ketiga varietas cabai rawit uji menunjukkan respon yang sama pada setiap penurunan ketersediaan air terhadap berat kering tajuk, namun laju penurunan berat keringnya berbeda antar tiga varietas. Varietas Lokal yang menunjukkan berat kering tajuk terbesar bila dibandingkan dua macam varietas lainnya, ternyata juga memiliki laju penurunan yang besar terhadap berat kering tajuk pada setiap persen penurunan ketersediaan air. Laju penurunan berat kering tajuk tanaman varietas Lokal yaitu 3,509 gram diikuti oleh varietas Genie sebesar 0,744 gram dan varietas Bhaskara sebesar 0,586 gram setiap penurunan satu persen ketersediaan air. Universitas Sumatera Utara Besarnya penurunan berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit akibat penurunan ketersediaan air dapat dilihat dari Tabel 4.5. Tabel 4.5. Rata-rata Berat Kering Tajuk g Tiga Varietas Cabai Rawit Varietas Ketersediaan Air Rata- rata 100 75 50 25 10 Lokal C1 36,6 ±4,33 30,03 ±5,1 29,77 ±4,79 25,2 ±6,06 21,47 ±6,96 28,61 a Genie C2 4,82 ±1,01 4,47 ±1,57 4,2 ±0,79 3,53 ±0,25 1,57 ±0,38 3,72 b Bhaskara C3 3,2 ±0,36 2,23 ±0,15 1,93 ±0,35 1,37 ±0,57 0,7 ±0,1 1,89 b Rata-rata 14,87 a 12,24 a 11,97 a 10,03 a 7,91 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah diuji Duncan pada taraf 5. . Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tanaman yang mengalami cekaman air cenderung memiliki biomassa berat kering yang lebih rendah dibanding dengan tanaman kontrol kapasitas lapang. Penurunan berat kering tajuk pada ketersediaan air 100, 75, 50, dan 25 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata namun berbeda nyata pada ketersediaan air 10, hal ini berarti bahwa ketersediaan air 25 yang masih mampu memberikan pertumbuhan yang optimum. Hal ini disebabkan karena komponen utama dari tanaman hijau berupa 70-90 air yang merupakan media yang baik untuk fisiologi dan biokimia dari tanaman itu sendiri. Cheeta 2011, menyebutkan bahwa penurunan ketersediaan air merupakan cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman karena air merupakan faktor utama yang berperan penting dalam proses fisiologi tanaman. Ai 2011 juga menambahkan, hasil penelitian terhadap cekaman air yang diberikan pada tanaman jahe menyebabkan penurunan biomassa daun jahe.

4.6 Berat Kering Akar g