Efisiensi Penggunaan Air EPA,

keseimbangan fungsional di lingkungan yang mengalami cekaman. Solichatun et al. 2005 menambahkan, hal tersebut terjadi akibat tumbuhan yang mengalami cekaman akan mengalokasikan sebagian besar hasil fotosintesisnya ke organ penyimpanan.

4.8 Efisiensi Penggunaan Air EPA,

Hasil analisis sidik ragam Lampiran 2.h menunjukkan tingkat ketersediaan air, varietas cabai rawit dan interaksi keduanya berbeda nyata terhadap Efisiensi Penggunaan Air. Pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap EPA pada tiga macam varietas cabai rawit menunjukkan respon yang berbeda, dimana EPA akan semakin meningkat seiring dengan penurunan ketersediaan air kecuali pada varietas Bhaskara, seperti yang terlihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Pengaruh penurunan ketersediaan air terhadap EPA C1 dimana Y= - 10,96x + 113,3, R 2 = 0,894; C2 dimana Y= -0,32x + 30,43, R 2 = 0,004; dan C3 dimana Y= 0,20x + 28,5 dengan R 2 = 0,003 Gambar 4.8, menunjukkan bahwa Efisiensi Penggunaan Air yang terbesar terdapat pada tingkat ketersediaan air 25 untuk varietas Genie dan Bhaskara, sedangkan EPA terbesar varietas Lokal terdapat pada ketersediaan air 10. Varietas Lokal selalu menunjukkan EPA yang lebih besar dibandingkan dua Universitas Sumatera Utara macam varietas cabai rawit lainnya pada kondisi tingkat ketersediaan air 100 hingga 10. Varietas Lokal yang menunjukkan EPA terbesar bila dibandingkan dengan dua macam varietas lainnya, ternyata juga memiliki laju peningkatan yang besar terhadap EPA. Laju peningkatan EPA tanaman varietas Lokal yaitu 10,96 diikuti oleh varietas Genie sebesar 0,32, sedangkan varietas Bhaskara memiliki laju penurunan sebesar 0,20 setiap persen penurunan ketersediaan air. Penjelasan tersebut sesuai dengan Bahrum et al., 2012 bahwa teknik pengairan sebagian daerah akar dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air pada tanaman kedelai. Besarnya peningkatan Efisiensi Penggunaan Air EPA tiga varietas cabai rawit akibat penurunan ketersediaan air, dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Rata-rata Efisiensi Penggunaan Air EPA, Tiga Varietas Cabai Rawit Varietas Ketersediaan Air Rata- rata 100 75 50 25 10 Lokal C1 65,75 b ±8,22 63,11 b ±1,09 74,52 a ±3,71 92,95 a ±16,49 105,66 a ±28,52 80,4 a Genie C2 26,8 c ±5,05 26,91 c ±2,8 30,98 c ±1,61 41,86 c ±3,26 20,9 d ±5,64 29,49 b Bhaskara C3 31,44 c ±4,61 24,94 c ±5,89 27,51 c ±6,21 37,69 c ±11,08 24,05 c ±7,6 29,13 b Rata-rata 41,33 a 38,32 b 44,34 a 57,5 a 50,2 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah diuji Duncan pada taraf 5. Tabel 4.8. menunjukkan bahwa ketiga varietas menunjukkan respon yang berbeda. Kombinasi perlakuan varietas Lokal C1 dan 10 ketersediaan air memberikan pengaruh yang paling besar terhadap EPA yaitu 105,66. Kombinasi perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan varietas Lokal 50 dan 25, namun berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Efisiensi penggunaan air varietas Bhaskara pada seluruh tingkat ketersediaan air tidak berbeda nyata dengan varietas Genie pada tingkat ketersediaan air 100, 75, 50 dan 25, namun berbeda nyata dengan Genie 10 dan Lokal pada seluruh tingkat ketersediaan air. Efisiensi penggunaan air varietas Lokal pada tingkat 100 dan 75 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, namun berbeda nyata pada tingkat ketersediaan air 50, 25 dan 10. Hal Universitas Sumatera Utara serupa diperoleh oleh Bahrum et al. 2012 dimana teknik pengairan sebagian daerah akar dapat meningkatkan Efisiensi penggunaan air pada tanaman kedelai. Efisiensi penggunaan air berkaitan dengan jumlah air yang digunakan untuk memproduksi hasil tanaman biomassa. Haryati et al. 2010 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa efisiensi penggunaan air EPA akan meningkat pada level 60 air tersedia dan menurun pada level 80 dan 100 air tesedia. 4.9 Kandungan Klorofil

4.9.1 Klorofil a mgL

Hasil analisis sidik ragam Lampiran 2.i.a menunjukkan tingkat ketersediaan air dan macam varietas cabai rawit masing-masing memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kandungan klorofil a, namun interaksi keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kandungan klorofil a . Pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap kandungan klorofil a pada ketiga macam varietas cabai rawit menunjukkan respon yang berbeda, dimana kandungan klorofil a akan menurun seiring dengan penurunan ketersediaan air kecuali pada varietas Bhaskara, seperti yang terlihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9. Pengaruh penurunan ketersediaan air terhadap Kandungan Klorofil a C1 dimana Y= 0,118x + 0,418, R 2 = 0,758; C2 dimana Y= 0,120x + 0,388, R 2 = 0,735; dan C3 dimana Y= - 0,091x + 1,069 dengan R 2 = 0,807 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 menunjukkan kandungan klorofil a dari tiga macam varietas cabai semakin menurun seiring dengan menurunannya ketersediaan air kecuali pada varietas Bhaskara. Varietas Lokal cenderung menunjukkan kandungan klorofil a yang lebih besar dibandingkan dua macam varietas lainnya pada kondisi tingkat ketersediaan air 100 hingga 10. Gambar 4.9 juga menunjukkan laju penurunan dan peningkatan kandungan klorofil a pada tiga macam varietas cabai rawit. Laju penurunan kandungan klorofil a yang terbesar terdapat pada varietas Genie yaitu 0,120mgL diikuti varietas Lokal sebesar 0,118mgL setiap persen penurunan ketersediaan air. Laju peningkatan kandungan klorofil a tanaman varietas Bhaskara sebesar 0,091 mgL setiap persen penurunan ketersediaan air. Besarnya kandungan klorofil a tiga varietas cabai rawit akibat penurunan ketersediaan air dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Rata-rata Kandungan Klorofil a mgL Tiga Varietas Cabai Rawit Varietas Ketersediaan Air Rata- rata 100 75 50 25 10 Lokal C1 1,12 a ±0,12 0,8 a ±0,04 0,73 b ±0,07 0,56 c ±0,28 0,65 b ±0,04 0,77 a Genie C2 0,93 a ±0,14 1,04 a ±0,04 0,62 c ±0,04 0,6 c ±0 0,55 c ±0,04 0,75 a Bhaskara C3 0,66 b ±0,07 0,7 b ±0,08 0,68 b ±0,02 0,95 a ±0,25 0,99 c ±0,36 0,8 a Rata-rata 0,9 a 0,85 a 0,68 a 0,7 a 0,73 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah diuji Duncan pada taraf 5. Tabel 4.9 menjelaskan besarnya peningkatan dan penurunan kandungan klorofil a tiga varietas cabai rawit seiring dengan penurunan ketersediaan air. Kombinasi perlakuan varietas Lokal C1 10 ketersediaan air memberikan pengaruh yang paling besar penurunannya terhadap kandungan klorofil a yaitu 0,65mgL. Kombinasi perlakuan tersebut tidak berbeda nyata varietas Lokal 50, Bhaskara 100, 75 dan 50, namun berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Kandungan klorofil a varietas Genie pada tingkat ketersediaan air 100 dan 75 tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata pada tingkat ketersediaan air 50 hingga 10. Kandungan klorofil a varietas Bhaskara pada ketersediaan air 100 hingga 50 tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata Universitas Sumatera Utara pada ketersediaan air 25 dan 10. Air merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kandungan klorofil di daun, ketersediaan air yang sangat sedikit di tanah menyebabkan pembentukan klorofil akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendriyani dan Setiari 2009, bahwa sintesis klorofil dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti cahaya, gula, air, temperatur, faktor genetik, dan unsur hara. Purwanto dan Agustono 2010 menyatakan dalam penelitiannya bahwa cekaman kekeringan berpengaruh terhadap kandungan klorofil kedelai. Tanaman kedelai yang tumbuh pada kapasitas lapang memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi. 4.9.2 Klorofil b mgL Hasil analisis sidik ragam Lampiran 2.i.b menunjukkan tingkat ketersediaan air dan macam varietas cabai rawit masing-masing memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kandungan klorofil b, sedangkan interaksi keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kandungan klorofil b. Pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap kandungan klorofil b pada ketiga macam varietas cabai rawit menunjukkan respon yang sama yaitu menurunnya kandungan klorofil b seiring dengan penurunan ketersediaan air Gambar 4.10. Gambar 4.10. Pengaruh penurunan ketersediaan air terhadap Klorofil b C1 dimana Y=0,114x+0,552, R 2 = 0,826; C2 dimana Y=0,161x+0,621, R 2 = 0,683; C3 dimana Y= 0,187x+0,679, R 2 = 0,759 C2 C1 C3 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10 menunjukkan, kandungan klorofil b tiga macam varietas cabai rawit semakin menurun seiring dengan penurunan ketersediaan air, dimana tingkat ketersediaan air 100 cenderung memberikan kandungan klorofil b yang lebih besar. Varietas Genie selalu menunjukkan kandungan klorofil b yang lebih besar dibandingkan dua macam varietas lainnya pada kondisi ketersediaan air 100 hingga 10. Walaupun ketiga macam varietas cabai rawit uji menunjukkan respon yang sama pada setiap penurunan ketersediaan air terhadap kandungan klorofil b namun laju penurunan kandungannya berbeda antar tiga macam varietas. Laju penurunan kandungan klorofil b yang terbesar terdapat pada varietas Bhaskara yaitu sebesar 0,187mgL diikuti oleh varietas Genie sebesar 0,161mgL dan varietas Lokal sebesar 0,114mgL setiap persen penurunan ketersediaan air. Besarnya penurunan kandungan klorofil b tiga varietas cabai rawit akibat penurunan ketersediaan air dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Rata-rata Kandungan Klorofil b mgL Tiga Varietas Cabai Rawit Varietas Ketersediaan Air Rata- rata 100 75 50 25 10 Lokal C1 1,2 ±0,22 0,93 ±0,08 0,9 ±0,14 0,69 ±0,45 0,75 ±0,24 0,6 a Genie C2 1,31 ±0,16 1,54 ±0,26 0,97 ±0,08 0,85 ±0,04 0,85 ±0,07 0,74 a Bhaskara C3 0,9 ±0,14 0,85 ±0,09 0,91 ±0,03 0,3 ±0,26 0,24 ±0,33 0,43 b Rata-rata 1,14 a 1,11 a 0,93 a 0,61 b 0,61 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah diuji Duncan pada taraf 5. Tabel 4.10 menunjukkan besarnya penurunan kandungan klorofil b pada tiga macam varietas cabai rawit. Penurunan klorofil b pada ketersediaan air 100, 75, dan 50 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, namun berbeda nyata pada ketersediaan air 25 dan 10. Kandungan klorofil b varietas Bhaskara berbeda nyata dengan kandungan klorofil b varietas Genie dan Lokal. Hal ini disebabkan karena penurunan kandungan klorofil merupakan salah satu akibat dari cekaman kekeringan. Ai dan Banyo 2011 menjelaskan bahwa klorofil b merupakan hasil biosintesis dari klorofil a yang berperan penting dalam Universitas Sumatera Utara reorganisasi fotosistem selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya, oleh sebab itu hilangnya klorofil a dan b berpengaruh terhadap efisiensi fotosintesis. Berdasarkan penjelasan tersebut, pengaruh penurunan ketersediaan air menyebabkan perbedaan jumlah klorofil a dan klorofil b, dimana klorofil a cenderung lebih besar dibandingkan dengan klorofil b. Hal ini disebabkan karena hanya sebagian besar klorofil a yang digunakan untuk menjadi klorofil b. Suharja dan Sutarna 2009 juga menjelaskan bahwa perlakuan pemupukan yang berbeda terhadap dua verietas cabai menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan, dan terlihat bahwa kandungan klorofil a lebih banyak dibandingkan dengan klorofil b.

4.9.3 Total Klorofil mgL

Hasil analisis sidik ragam Lampiran 2.i.c menunjukkan tingkat ketersediaan air, macam varietas cabai rawit, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap total klorofil cabai rawit. Pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap total klorofil pada tiga macam varietas cabai rawit menunjukkan respon yang sama yaitu menurunnya total klorofil seiring dengan penurunan ketersediaan air, seperti yang terlihat pada Gambar 4.11. Gambar 4.11. Pengaruh penurunan ketersediaan air terhadap Total Klorofil C1 dimana Y= 0,225x + 1,273, R 2 = 0,637; C2 dimana Y= 0,217x + 0,695, R 2 = 0,895; dan C3 dimana Y= 0,041x + 0,992 R 2 = 0,804 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 menunjukkan total klorofil tiga macam varietas cabai rawit semakin menurun seiring dengan penurunan ketersediaan air, dimana tingkat ketersediaan air 100 memberikan total klorofil yang lebih besar. Varietas Lokal selalu menunjukkan total klorofil yang lebih besar dibandingkan dua macam varietas lainnya pada kondisi tingkat ketersediaan air 100 hingga 10. Walaupun ketiga macam varietas cabai rawit uji menunjukkan respon yang sama pada setiap penurunan ketersediaan air terhadap total klorofil, namun laju penurunan total klorofilnya berbeda antar tiga macam varietas. Laju penurunan total klorofil terbesar pada varietas Genie yaitu sebesar 0,217mgL diikuti oleh varietas Lokal sebesar 0,148mgL dan varietas Bhaskara sebesar 0,041mgL setiap persen penurunan ketersediaan air. Nugroho 2012, menyatakan pengaruh cekaman kekeringan terhadap proses fisiologis tanaman mampu menyebabkan penurunan kandungan klorofil daun. Hal ini dikarenakan terjadinya degradasi klorofil sebagai akibat penurunan kandungan air di daun. Penyinaran yang terus berlangsung selama cekaman kekeringan menyebabkan klorofil tidak mampu mempertahankan potensinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Besarnya penurunan kandungan total klorofil tiga macam varietas cabai rawit akibat penurunan ketersediaan air dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Rata-rata Total Klorofil mgL Tiga Varietas Cabai Rawit Varietas Ketersediaan Air Rata- rata 100 75 50 25 10 Lokal C1 2,66 ±0,35 1,93 ±0,35 1,93 ±0,14 1,44 ±0,47 1,78 ±0,27 1,3 a Genie C2 1,74 ±0,5 1,72 ±0,56 1,24 ±0,04 1,03 ±0,01 1 ±0,14 1,35 a Bhaskara C3 1,17 ±0,21 1,16 ±0,16 1,16 ±0,12 1,04 ±0,57 1,03 ±0,78 1,11 a Rata-rata 1,86 a 1,6 a 1,44 a 1,17 a 1,27 a Ket: Angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata setelah diuji Duncan pada taraf 5. Tabel 4.11 menunjukkan besarnya penurunan kandungan total klorofil dari tiga varietas cabai rawit. Kandungan total klorofil tiga varietas cabai rawit semakin berkurang seiring dengan penurunan ketersediaan air. Ai 2011 membuktikan dalam penelitian bahwa kandungan klorofil total daun jahe menurun Universitas Sumatera Utara 8 akibat cekaman kekeringan sedangkan tanaman jahe yang kontrol mengalami peningkatan total klorofil. Cekaman kekeringan dari ringan hingga berat mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia fotosintesis, sehingga laju fosintesis menurun, salah satu aspek yang terpengaruhi cekaman kekeringan adalah biosintesis klorofil

4.10 Tebal Daun µm