Riwayat, Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis

pemeriksaan lebih lanjut pada bagian neurologi. Pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan kembali klinis lengkap yang terdiri dari pemeriksaan ekstra oral dan intra oral serta dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiografi. 5 Dalam menegakkan diagnosis yang tepat diperlukan langkah-langkah pemeriksaan yang akan memberikan informasi penting dan dapat dijadikan pedoman bagi dokter gigi dalam menentukan rencana perawatan. Informasi mengenai trauma sangat penting ditanyakan. Pertanyaan dapat berupa kapan terjadinya, dimana terjadinya, bagaimana trauma bisa terjadi, trauma sebelumnya yang pernah mengenai gigi, perubahan gigitan oklusi dan peningkatan sensitivitas terhadap temperatur. 28 Riwayat medis juga harus ditanyakan karena dapat mempengaruhi pilihan perawatan yang akan diberikan. 24 Pemeriksaan klinis dimulai dengan mengevaluasi luka pada jaringan lunak, termasuk pemeriksaan fragmen gigi di dalam mulut, apakah jaringan lunak memiliki luka sobek, memar, maupun pembengkakan, kemudian gigi di periksa apakah mengalami fraktur atau infraksi. Pada pemeriksaan klinis, jika fraktur mahkota terjadi, dicatat apabila bagian pulpa terpapar, luas daerah yang terpapar dan status dari sirkulasi daerah pulpa, jika terjadi perpindahan gigi, catat apakah termasuk lateral atau axial, intrusif dan ekstrusif. 28 Tes mobiliti, tes perkusi dan tes sensitivitas pulpa juga sangat penting dilakukan dalam mendiagnosis trauma gigi. Tes mobiliti dilakukan untuk melihat apakah kegoyangan hanya terjadi pada satu gigi atau pada beberapa gigi. Derajat kegoyangan gigi juga harus dicatat. Tipe trauma luksasi akan berhubungan dengan derajat kegoyangan gigi. Tes perkusi dilakukan untuk mengindikasikan adanya kerusakan pada ligamen periodontal dengan melakukan tekanan atau sentuhan pada gigi dan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara gigi dan tulang yang berdekatan. Tes sensitivitas pulpa dilakukan untuk memeriksa dan melihat ketersediaan neurovaskular pada pulpa dari gigi yang mengalami trauma yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes pulpa elektrik electric pulp test. 28 Pemeriksaan radiografi juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya trauma gigi, mendiagnosis adanya fraktur akar atau fraktur alveolar, melihat perluasan dari trauma yang mengenai mahkota gigi, ukuran pulpa, jarak dengan garis fraktur, kelainan pada jaringan pendukung, perpindahan gigi dari soketnya, posisi dari benih gigi permanen, tahap perkembangan akar gigi dan sebagai dasar untuk kunjungan berikutnya. Radiografi yang dilakukan dalam beberapa angulasi berbeda akan memiliki informasi yang lebih dipercaya tentang perubahan dalam kompleks dentoalveolar. Radiografi juga digunakan untuk memperlihatkan adanya benda asing yang tertanam di dalam luka jaringan lunak. 3,24,28 Evaluasi pada trauma gigi diperlukan untuk memanajemen trauma gigi termasuk melanjutkan kontrol untuk menentukan diagnosa, menilai respon terhadap perawatan, menentukan kebutuhan perawatan tambahan atau perubahan pengobatan, dan evaluasi. 28 Pemeriksaan terhadap trauma gigi harus dilakukan dengan teliti, mulai dari riwayat trauma, riwayat medis, dan pemeriksaan radiografi, sehingga dokter gigi dapat memutuskan diagnosis dan rencana perawatan. Perawatan tergantung apakah akar gigi telah terbentuk sempurna atau belum terbentuk secara sempurna. 29

2.4 Penanganan Darurat dan Perawatan Trauma

Trauma gigi juga dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan fungsi, berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan estetik, selain itu trauma gigi dapat berpengaruh terhadap keadaan emosional dan psikologis. Rencana perawatan merupakan hal yang sangat penting karena trauma gigi dapat menyebabkan masalah serius pada masa pertumbuhan gigi permanen. 22,25

2.4.1 Penanganan Darurat Trauma

Pengumpulan riwayat trauma perlu ditunda dulu bila pasien memerlukan berbagai pertolongan pertama. Pastikan dan pertahankan jalan udara untuk pernapasan pasien, singkirkan semua benda asing yang menghambat dari rongga mulut pasien. Hentikan semua perdarahan yang terjadi akibat trauma dan pastikan pasien selalu dalam keadaan sadar. Dalam semua kasus trauma dimana ada kemungkinan terjadi luka di seluruh tubuh pasien, panggil ambulans untuk membawa pasien ke bagian gawat darurat terdekat. Selalu rujuk pasien untuk pemeriksaan medis bila tidak dijumpai kelainan pada rongga mulutnya. 30 Prognosis dari gigi yang terkena trauma tergantung pada kecepatan penanganan. Andreasen dkk mengelompokkan trauma gigi berdasarkan tingkat kedaruratan perawatan meliputi : 1 Akut yaitu perawatan dilakukan dalam waktu tiga jam. 2 Subakut yaitu perawatan dilakukan dalam waktu 24 jam. 3 Perawatan tertunda yaitu perawatan dilakukan melebihi 24 jam. 31

2.4.2 Perawatan Trauma

Perawatan trauma gigi pada masa gigi sulung berbeda dengan perawatan pada masa gigi permanen. Perawatan trauma pada masa gigi sulung akan lebih sulit dilakukan karena anak-anak cenderung tidak kooperatif. 32 Luka sobek pada jaringan lunak dapat dibersihkan dengan menggunakan larutan saline dan kapas steril, kemudian periksa debris dan fragmen gigi, ini sangat penting dilakukan sebelum melakukan anastesi pada jaringan lunak. 24 Trauma yang terjadi di tempat yang kotor atau kemungkinan banyak bakteri dan mengakibatkan keadaan klinis kemerahan, pembengkakan pada gingiva, maka perlu diberikan ATS Anti Tetanus Serum. 3 Fraktur mahkota yang tidak kompleks fraktur enamel dapat dirawat dengan menghaluskan permukaan yang tajam, jika bagian dentin terpapar, dapat dilakukan restorasi dengan menggunakan resin komposit ataupun semen ionomer kaca. Pada fraktur mahkota yang kompleks, pulpotomi atau pulpektomi dan perawatan restoratif merupakan indikasi, akan tetapi jika anak tidak kooperatif, ekstraksi terhadap gigi sulung yang mengalami trauma dapat dilakukan. Manajemen fraktur akar pada gigi sulung tergantung pada posisi fraktur dan tingkat pergeseran bagian koronal, jika fragmen koronal berpindah dan mobiliti, maka gigi harus diekstraksi dan fragmen bagian apikal ditinggalkan agar diresorbsi segera. Trauma luksasi pada gigi sulung, khususnya intrusi dapat berdampak pada benih gigi permanen. Keadaan ini akan lebih berdampak pada anak-anak dimana akar gigi mereka panjang dan perkembangan gigi