Kerusakan pada Tulang Pendukung Kerusakan pada Jaringan Periodontal

f. Fraktur prosesus alveolaris rahang bawah adalah fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolaris gigi. g. Fraktur rahang atas adalah fraktur yang melibatkan dasar rahang atas dan prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. h. Fraktur rahang bawah adalah fraktur yang melibatkan dasar rahang bawah dan prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. 5

2.2.3 Kerusakan pada Jaringan Periodontal

Kerusakan pada jaringan periodontal terdiri dari: a. Konkusio adalah trauma mengenai jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi. b. Subluksasi adalah kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi. c. Luksasi lateral merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. d. Luksasi ekstrusi adalah pelepasan sebagian gigi keluar dari soketnya. e. Luksasi intrusi adalah pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. f. Avulsi adalah keluarnya gigi dari soketnya. 5 Gambar 2. Kerusakan pada Jaringan Periodontal 16

2.2.4 Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut

Kerusakan pada gingiva atau jaringan lunak rongga mulut terdiri dari 3 bagian yaitu: a. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tajam. b. Kontusio adalah luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa. c. Luka abrasi adalah luka pada daerah gingiva yang disebabkan karena gesekan atau goresan suatu benda terhadap permukaan mukosa. 5

2.3 Riwayat, Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis

Pemeriksaan pasien yang mengalami trauma terdiri dari pemeriksaan darurat dan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan darurat meliputi pengumpulan data vital terdiri dari usia pasien, bagaimana dan dimana terjadinya serta kapan terjadinya trauma. Pasien juga ditanyakan apakah terjadi muntah, pasien menjadi tidak sadar, atau sakit kepala serta amnesia setelah mengalami trauma, apabila ini terjadi, kemungkinan ada kerusakan pada sistem syaraf pusat, pasien dianjurkan untuk Subluksasi Konkusi Luksasi Lateral Ekstrusi Intrusi Avulsi pemeriksaan lebih lanjut pada bagian neurologi. Pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan kembali klinis lengkap yang terdiri dari pemeriksaan ekstra oral dan intra oral serta dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiografi. 5 Dalam menegakkan diagnosis yang tepat diperlukan langkah-langkah pemeriksaan yang akan memberikan informasi penting dan dapat dijadikan pedoman bagi dokter gigi dalam menentukan rencana perawatan. Informasi mengenai trauma sangat penting ditanyakan. Pertanyaan dapat berupa kapan terjadinya, dimana terjadinya, bagaimana trauma bisa terjadi, trauma sebelumnya yang pernah mengenai gigi, perubahan gigitan oklusi dan peningkatan sensitivitas terhadap temperatur. 28 Riwayat medis juga harus ditanyakan karena dapat mempengaruhi pilihan perawatan yang akan diberikan. 24 Pemeriksaan klinis dimulai dengan mengevaluasi luka pada jaringan lunak, termasuk pemeriksaan fragmen gigi di dalam mulut, apakah jaringan lunak memiliki luka sobek, memar, maupun pembengkakan, kemudian gigi di periksa apakah mengalami fraktur atau infraksi. Pada pemeriksaan klinis, jika fraktur mahkota terjadi, dicatat apabila bagian pulpa terpapar, luas daerah yang terpapar dan status dari sirkulasi daerah pulpa, jika terjadi perpindahan gigi, catat apakah termasuk lateral atau axial, intrusif dan ekstrusif. 28 Tes mobiliti, tes perkusi dan tes sensitivitas pulpa juga sangat penting dilakukan dalam mendiagnosis trauma gigi. Tes mobiliti dilakukan untuk melihat apakah kegoyangan hanya terjadi pada satu gigi atau pada beberapa gigi. Derajat kegoyangan gigi juga harus dicatat. Tipe trauma luksasi akan berhubungan dengan derajat kegoyangan gigi. Tes perkusi dilakukan untuk mengindikasikan adanya kerusakan pada ligamen periodontal dengan melakukan tekanan atau sentuhan pada gigi dan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara gigi dan tulang yang berdekatan. Tes sensitivitas pulpa dilakukan untuk memeriksa dan melihat ketersediaan neurovaskular pada pulpa dari gigi yang mengalami trauma yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes pulpa elektrik electric pulp test. 28 Pemeriksaan radiografi juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya trauma gigi, mendiagnosis adanya fraktur akar atau fraktur alveolar, melihat