98 ditandai oleh gari-garis berbentuk elip pada permukaan yang terbentuk karena irisan
gergaji mengerat kayu secara tangensial atau menyinggung lingkaran tahun. Garis-garis itu tampak jelas terutama pada jenis kayu yang perbedaan kayu awal dan kayu akhirnya
cukup nyata Pengenalan karakteristik kayu bulat untuk penghara industri penggergajian
merupakan hal penting agar dapat menerapkan efisiensi proses dengan baik dan cepat. Pada hakekatnya karakteristik kayu bulat ini cenderung menurunkan efisiensi proses
penggergajian. Dengan mengenalnya, diharapkan penurunan efisiensi proses dapat dihindari. Karakteristik kayu yang sering ditemui pada kayu Mangium adalah tegangan
tumbuh, kayu muda dan hati rapuh. Saat ini terjadi perubahan bahan baku industri perkayuan dari hutan alam yang
berdiameter besar ke hutan tanaman dan hutan rakyat yang berdiameter kecil dan relatif lebih muda. Beberapa karakteristik dolog diameter kecil yang ditemui pada kayu
Mangium adalah tegangan tumbuh, yang dapat dilihat pada saat dolog digergaji terjadi pecah papan. Kayu muda pada dolog penghara penggergajian akan menurunkan kualitas
kayu gergajian karena sortimen mudah bengkok atau pecah. Dolog yang mengandung hati rapuh akan mengurangi pemanfaatan untuk menjadi kayu gergajian, karena kualitasnya
rendah.
3. Proses Pengeringan
Proses selanjutnya adalah pengeringan bahan baku berupa papan-papan kayu pacakan dari hasil penggergajian. Tujuan pengeringan kayu ini untuk peningkatan
kekuatan dan keawetan kayu, stabilisasi dimensi dan peningkatan kualitas kayu baik dalam proses pengolahan maupun pada saat penggunaan dan mendapatkan standar
pengeringan bagi papan-papan dari kayu Mangium. Masalah serius yang dikeluhkan dalam pengolahan kayu adalah proses pengeringan karena berlangsung lama dengan
kecenderungan cacat bentuk dan pecah dalam honeycomb defect.
a. Modifikasi Metode Konvensional air and kiln drying
Proses pengeringan kayu ini menggunakan metode konvensional yang dimodifikasi dengan menggunakan standar Instruksi Pengeringan Kayu Papan Mangium ketebalan 25
mm sd 35 mm dari IFC 2008. Penggunaan standar ini karena skedul pengeringannya menggunakan tipe skedul berdasarkan kadar air KA. Perubahan tahapan skedul
didasarkan atas KA rata-rata dari kayu yang dapat didugadiukur dengan papan contoh atau memakai load cell ataupun in kiln moisture meter. Skedul tipe ini biasa digunakan
99 pada kayu daun lebar seperti kayu Mangium karena proses pengeringannya lebih sulit dan
sebaran kadar airnya besar. Modifikasi metode konvensional air and kiln drying pada proses pengeringan
kayu Mangium ini berupa penurunan suhu awal pada skedul pengeringan IFC 2008, penggunaan kilang pengering konvensional bertipe kompartementunggal dan tambahan
perlakuan pada proses pengeringannya. Pemakaian suhu awal diturunkan dari 45 °C pada skedul pengeringan IFC 2008 menjadi hanya 40 °C. Hal ini untuk mengurangi cacat-
cacat yang terjadi selama proses pengeringan dan sebagai pengganti metode shed drying pre-drying treatment
. Penambahan suhu dilakukan secara bertahap sebesar 5 °C setiap 3 hari sampai suhu 65 °C guna mendapatkan papan dengan KA 10 .
Menurut Basri et al., 2001, pemakaian suhu 60 °C di awal pengeringan sudah menampakkan perubahan bentuk, pecah dalam dan degradasi warna pada kayu. Hal ini
menunjukkan adanya kepekaan kayu Mangium tehadap panas, terutama pada kandungan air di atas titik jenuh serat. Oleh karena itu diperlukan metode pengeringan yang sesuai
sehingga dapat meningkatkan sifat pengeringan mempercepat waktu pengeringanlaju pengeringan dan mengurangi cacat kayutidak menurunkan mutu kayu.
Penggunaan kilang pengering konvensional bertipe kompartementunggal ini sesuai dengan karakter kayu Mangium yang sukar dikeringkan dan perlu pengeringan yang baik.
Ciri tipe kilang pengering kompartemen adalah papan kayu dimasukkan dan dikeluarkan dalam satu waktu; keseluruhan skedul dilakukan di dalam satu kilang; suhu dan
kelembaban sama pada semua bagian kilang dan baik digunakan untuk kayu yang sukar dikeringkan.
Beberapa tambahan perlakuan modifikasi dalam pengeringan kayu Mangium adalah pemasangan stik setiap jarak 30 cm pada proses stacking, pemasangan klem pada
stacking untuk mengurangi cacat akibat pengeringan, penyemprotan dengan uap dingin
selama 15 menit sebelum proses pengeringan untuk mendapatkan kesamaan KA dan Damper
dijalankan setiap 6 menit sekali terbuka selama 1 menit selama proses pengeringan. Cooling down dengan cara mengeluarkan kayu dari kiln dry untuk air
drying minimal 24 jam tidak dilakukan karena tidak terjadi stagnasi penurunan KA pada
saat KA TJS 25 – 30 . Setelah mencapai KA 10 , suhu diturunkan perlahan-lahan sampai 0 °C.
Kemudian Fan dan Damper tetap dihidupkan selama 24 jam, kayu masih di dalam kiln dry
, pintu kecil terbuka, pintu besar tertutup dan dilanjutkan proses Seasoning dengan air drying
di luar kiln dry selama 1 minggu untuk menghindari cacat pengerjaan.
100
b. Skedul dan Hasil Pengeringan
Hasil kegiatan pengeringan kayu ini berupa skedul penambahan suhu secara bertahap dan jumlah hari pada setiap kenaikan suhu tersebut. Waktu pengeringan kayu
Mangium dengan metode konvensional air and kiln drying yang dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 17 dan diharapkan bisa menjadi standar pengeringan untuk kayu
Mangium.
Tabel 17.
Waktu pengeringan drying time metode konvensional air and kiln drying yang dimodifikasi pada Proses Pengeringan Kayu Mangium
No MC
Suhu °C Jumlah hari
Laju pengeringan drying rate,
hari Keterangan
1 114-126 menjadi 65
28-32 12 hari
4,6 Air drying
2 65 menjadi 56
40 3 hari
3,0 Kiln drying
3 56 manjadi 35
45 3 hari
7,0 Kiln drying
4 35 manjadi 31
50 3 hari
1,3 Kiln drying
5 31 menjadi 26
55 3 hari
1,7 Kiln drying
6 26 menjadi 19
55 3 hari
2,3 Kiln drying
7 19 menjadi 11
60 3 hari
2,7 Kiln drying
8 11 menjadi 9
65 3 hari
0,7 Kiln drying
Total hari 33 hari
Waktu pengeringan alami air drying papan kayu Mangium dengan tebal 25 mm kondisi basah dari Pulau Laut memerlukan waktu sekitar 12 hari untuk menurunkan KA
dari kondisi segar 114 – 126 ke rata-rata KA 65 . Sebagai perbandingan hasil pengujian pengeringan kayu Mangium di PT INHUTANI II menggunakan metode
pengeringan alami pada kayu berupa papan dengan tebal 25 mm memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk menurunkan KA dari kondisi segar 70 – 80 ke KA 40
Trihastoyo, 2001. Setelah pengeringan alami air drying sebagai pre-drying treatment maka
dilanjutkan pengeringan dengan kiln drying sampai KA ± 10 . Dari Tabel 17 di atas, metode konvensional air and kiln drying yang dimodifikasi membutuhkan waktu 30
hari 12 hari pengeringan alami dan 18 hari pengeringan dengan kilang pengering sampai KA 11 dan membutuhkan waktu 33 hari 12 hari pengeringan alami dan 21 hari
pengeringan dengan kilang pengering sampai KA 9 . Metode konvensional yang dimodifikasi ini efektif untuk mengurangi waktu pengeringan tanpa menurunkan kualitas
dan tidak merubah warna papan kayu Mangium.
101 Bila dilihat laju pengeringan drying rate yang merupakan penurunan KA per
hari decrease in moisture content per day terlihat bahwa di bawah KA titik jenuh serat TJS proses pengeringannya berjalan lambat. TJS adalah suatu keadaan dimana air
dalam kayu hanya terdapat pada dinding sel sedangkan dalam rongga sel sudah kosong. Pada kondisi demikian pergerakan air ke permukaan kayu sangat sulit karena
permeabilitasnya sudah berkurang, bahkan zat ekstratif dalam kayu menutup jalan bagi aliran air di dalam kayu. Oleh karena itu untuk mempercepat waktu pengeringan,
penggunaan metode kiln drying perlu ditingkatkan suhunya agar menghasilkan panas yang lebih tinggi.
Tabel 18 berikut merupakan hasil penelitian mengenai waktu pengeringan berupa jumlah hari yang diperlukan pada papan kayu Mangium dengan 5 metode pengeringan
yang pernah dilakukan di PT INHUTANI II.
Tabel 18.
Waktu pengeringan pada papan kayu Mangium dengan 5 metode pengeringan di PT INHUTANI II
No Metode Pengeringan
Waktu pengeringan dari kondisi basah sampai KA 15 hari
1 Metode konvensional air + kiln drying
40 2
Metode kiln drying 14
3 Metode shed drying
28 4
Metode shed + kiln drying 19
5 Metode konvensional air + kiln drying
yang dimodifikasi 30
Sumber : Basri et al. 2002
Jika dibandingkan dengan metode konvensional air + kiln drying yang membutuhkan waktu selama 40 hari untuk mencapai KA 15 , maka metode
konvensional yang dimodifikasi ini relatif cepat yaitu hanya membutuhkan waktu selama 30 hari. Namun jika dibandingkan dengan metode kiln drying selama 14 hari, metode
shed + kiln drying selama 19 hari dan metode shed drying selama 28 hari untuk mencapai
KA 15 , maka metode konvensional air and kiln drying yang dimodifikasi ini membutuhkan waktu yang lebih lama namun menghasilkan kualitas kayu yang lebih baik
tidak terjadi perubahan warna dan cacat bentuk minimal akibat proses pengeringan. Kombinasi air drying dan kiln drying yang dimodifikasi tampaknya lebih efektif
untuk mengeringkan papan kayu Mangium daripada menggunakan metode konvensional air + kiln drying, metode shed + kiln drying dan shed drying. Papan kayu Mangium
kondisi basah dikeringka n sampai KA 65 dengan pengeringan alami air drying
102 sebagai pre-drying treatment dan dilanjutkan pengeringan dengan kiln drying sampai KA
yang diinginkan sebesar 10 – 15 . Rata-rata waktu pengeringan yang dibutuhkan pada kombinasi pengeringan yang dimodifikasi ini adalah 30 hari untuk sampai KA 11 dan
33 hari untuk sampai KA 9 . Pengeringan sampai KA 10 dilakukan untuk tujuan ekspor.
Kombinasi air drying dan kiln drying yang dimodifikasi ini menjadikan papan kayu Mangium akan mudah dan cepat dikeringkan dengan mutu kayu yang baik. Hasil yang
baik dapat diperoleh karena titik kritis pengeringan kayu Mangium ini masih di atas TJS baik pada saat pengeringan alami yaitu KA sebesar 65 , maupun pada saat pengeringan
di dalam kilang pengering yaitu KA sebesar 56 pada saat suhu 40°C, KA sebesar 35 pada saat suhu 45 °C dan KA sebesar 31 pada saat suhu mencapai 50°C .
Pre-drying treatment berupa pengeringan alami air drying dan penurunan suhu
awal dari 45 °C pada skedul pengeringan IFC 2008 menjadi hanya 40 °C sebagai pengganti metode shed drying, bertujuan untuk akselerasi proses pengeringan dan
mengurangi cacat kolaps dan pecah selama proses pengeringan. Namun metode ini masih lebih lambat dibandingkan dengan metode shed + kiln drying yang juga lebih baik pada
perbaikan sifat pengeringannya. Industri pengolahan kayu mempunyai masalah dalam pengeringan kayu Mangium
kondisi segar. Untuk menyelesaikan masalah ini, industri telah menggunakan metode pengeringan alami sekitar 30 – 45 hari untuk menurunkan KA dari kondisi segar sampai
KA 40 . Dibandingkan dengan metode pengeringan alami, metode konvensional air and kiln drying
yang dimodifikasi lebih sesuai dan efisien karena waktu pengeringannya dapat dikurangi sekitar 10 hari 40 hari pada metode konvensional dan hanya 30 hari
dengan metode konvensional yang dimodifikasi pada KA akhir 15 , walaupun masih lebih baik dengan metode shed + kiln drying yang bisa mengurangi waktu pengeringan
sampai 3 minggu Basri, et al. 2002. Kayu Mangium termasuk jenis kayu yang sulit dikeringkan berlangsung lama
dengan kecenderungan cacat bentuk dan pecah dalam, karena : 1 Kayu Mangium termasuk jenis kayu daun lebar yang struktur selnya lebih heterogen
persentase jari-jari kayu besar dan ukuran vessel bervariasi. 2 Proporsi kayu teras pada kayu Mangium lebih besar dibandingkan kayu gubalnya,
sehingga menghambat proses pengeringan akibat permeabilitasnya berbeda. Pada kayu teras terbentuk zat ekstratif dan tylosis yang menutup lumen-lumen sel dan
terjadinya aspirasi noktah pada kayu gubal sehingga mengurangi permeabilitas kayu.
103 3 Kayu Mangium peka tehadap panas, terutama pada kandungan air di atas titik jenuh
serat, sehingga perlu dilakukan metode baru dalam proses pengeringan berupa modifikasi metode konvensional, seperti pre-drying treatment pada shed drying
method .
Dibandingkan dengan kayu lain yang berat jenisnya sama, kayu Mangium termasuk lambat mengering dengan tingkat kepekaan yang tinggi terhadap panas. Jika pengeringan
dipercepat resikonya adalah pecah, berubah bentuk dan degradasi warna pada kayu. Faktor yang mempengaruhi sifat pengeringan kayu Mangium adalah struktur anatomi dan
kandungan kimia kayunya. Hal ini dinyatakan dari hasil penelitian Waluyo 2003 yang memperoleh data ukuran noktah kayu Mangium sangat kecil, sedangkan frekwensi jari-
jarinya sangat tinggi, serta terdapat endapan berwarna hitam dalam pembuluh kayu. Noktah antar pembuluh yang kecil serta adanya penyumbatan dalam pembuluh kayu akan
menghambat proses pengeluaran air dalam kayu. Selain itu frekwensi jari-jari kayu yang tinggi menjadi titik lemah dalam pengeringan karena retak dan pecah pada kayu biasanya
terjadi lewat jari-jari. Disarankan penanganan log setelah ditebang dibiarkan dahulu 1 sampai 6 bulan
untuk diperam guna menurunkan kandungan minyak atau dilakukan peneresan seperti di hutan jati. Jika kondisi segar fresh cut langsung diolah terjadi kesulitan pada saat
pengeringan yang butuh waktu lebih lama. Dari uraian di atas, industri harus mempertimbangkan dalam menentukan metode
pengeringan kayu Mangium. Jika ingin mendapatkan produk kayu Mangium dengan mutu dan nilai jual tinggi, maka disarankan memilih metode konvensional yang
dimodifikasi ini dan metode shed + kiln drying. Metode ini memerlukan waktu agak lama yaitu 30 hari untuk target KA 15 dan tambahan biaya, namun hasilnya lebih baik. Akan
tetapi jika pertimbanganya pada kuantitas produk, maka metode pengeringan yang bisa digunakan adalah kiln drying yang hanya memerlukan waktu 14 hari, namun terdapat
kendala berupa cacat-cacat akibat proses pengeringan. Metode konvensional air and kiln drying yang dimodifikasi ini efektif untuk
mengurangi waktu pengeringan tanpa menurunkan kualitas dan tidak merubah warna papan kayu Mangium. Papan kayu Mangium kondisi basah dikeringkan sampai KA 65
dengan pengeringan alami air drying sebagai pre-drying treatment dan dilanjutkan pengeringan dengan kiln drying sampai KA sebesar 10 .
104
c. Macam-macam Cacat Teknis akibat Proses Pengeringan
Penggunaan kayu kekuatan rendah sampai menengah semakin banyak digunakan untuk bahan konstruksi kayu, karena keberadaan kayu yang kuat semakin langka. Jenis
kayu yang dipakai untuk konstruksi bangunan sebagai kayu pertukangan didominasi oleh jenis-jenis kayu yang berasal dari HTI yang memiliki kekuatan rendah sampai menengah
tetapi banyak terdapat cacat-cacat akibat pertumbuhan maupun saat pengerjaan kayu. Selama proses pengolahan kayu, ditemukan cacat-cacat serat terpisah dan cacat
bentuk akibat pengerjaanpengolahan kayu tersebut Rachman dan Malik, 2008. Ada 4 macam cacat pada 2 kategori cacat tersebut yang ditemukan pada proses pengolahan kayu
Mangium ini, yaitu : cacat bentuk warping berupa memangkukmencawan cupping dan cacat serat terpisah berupa retak checks, pecah tertutup splits, honeycomb defect
dan pecah terbuka open split, shake sebagaimana tercantum pada Tabel 19. Sementara cacat yang lain seperti mata kayu, miring serat dan pingul tidak dihitung sebagai cacat
karena produk ini untuk kebutuhan dalam negeri.
Tabel 19. Kategori dan Persentase Cacat pada Metode Penggergajian Saw Dry Rip
SDR pada Masing-masing Pola Penggergajian
No. Metode
penggergajian Kategori Cacat
∑ papan
cacat ∑ total
papan Persen
cacat cacat bentuk
cacat serat terpisah mencawan
Retak pecah
tertutup pecah
terbuka 1
Pola konvensional 7
8 5
9 29
192 15,10
2 Pola satu sisi
11 9
8 10
38 192
19,79 3
Pola satu sisi dengan MOP
16 13
9 14
52 209
24,88 Jumlah total
34 30
22 33
119 593
20,07
Beberapa cacat tersebut dapat dijumpai secara bersamaan pada sebatang kayu gergajian, tetapi pada umumnya ditonjolkan cacat yang spesifik dan intensitasnya tinggi.
Hal ini sangat tergantung pada persyaratan kualita yang ditetapkan dalam penggunaan kayu tersebut. Untuk menjamin keseragaman pada kekuatan kayu dalam menentukan
allowable stress untuk perencanaan bangunan, dilakukan stress grading atau pemberian
mutu pada kayu bangunan. Stress grading didasarkan pada karakteristik yang ada pada kayu adanya cacat serta pengaruhnya terhadap kekuatan kayu. Cacat-cacat yang harus
dibatasi dalam stress grading adalah mata kayu, miring serat, pingul wane, pecah dan retak.
Dari 593 contoh uji papan yang diamati, ada 119 20,07 contoh uji yang mengalami cacat pada semua pola penggergajian. Jumlah cacat tertinggi berdasarkan pola
105 penggergajian terjadi pada pola satu sisi dengan MOP sebanyak 52 buah 24,88
berupa cacat mencawan 16 buah, retak 13 buah, pecah tertutup 9 buah dan pecah terbuka 14 buah. Diikuti oleh pola satu sisi sebanyak 38 buah 19,79 berupa cacat
mencawan 11 buah, retak 9 buah, pecah tertutup 8 buah dan pecah terbuka 10 buah. Cacat terendah terjadi pada pola penggergajian konvensional sebanyak 29 buah
15,10 berupa cacat mencawan 7 buah, retak 8 buah, pecah tertutup 5 buah dan pecah terbuka 9 buah.
Dolog yang digergaji dengan pola satu sisi dan pola satu sisi dengan MOP menghasilkan kayu gergajian datar flat sawn lumber. Kelemahan kayu gergajian datar
adalah stabilitas dimensi dan keausan permukaan yang relatif rendah. Bentuk kayu gergajian datar menyebabkan presentase cacat pada pola satu sisi dengan MOP dan pola
satu sisi lebih tinggi dibanding pola konvensional yang menghasilkan kayu gergajian relatif bervariasi. Cacat-cacat yang terjadi akibat penerapan pola penggergajian satu sisi
dan proses pengeringan kayu ini yang menurunkan rendemen dan kualitas kayu Mangium.
Cacat kayu adalah kelainan atau penyimpangan pada kayu yang dapat menurunkan kekuatan atau pengaruhnya kurang baik dalam penggunaan, penampilan, atau pengerjaan
lebih lanjut Sofyan dan Surjokusumo, 1980. Menurut berat-ringannya, cacat dikelompokkan menjadi 2 Mardikanto, et al. 2011, yaitu
:
1 Cacat berat yaitu cacat yang tidak diperkenankan Non Permissible DefectsNPD.
Yang termasuk kedalam kelompok cacat berat adalah lubang gerek besar large borer holes
, pecah, lapuk decay, busuk rot, serat tertekuk compression failure dan hati rapuh brittle heart.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka cacat berat yang terdapat pada kayu gergajian Mangium adalah cacat serat terpisah berupa pecah, sedangkan cacat lainnya tidak
ditemukan. Cacat pecah yang terdapat pada hasil pengeringan papan kayu Mangium, terdiri dari :
106 a Retak checks, terutama disebabkan oleh tegangan yang terjadi dalam
pengeringan, biasanya lebar pecah sebesar rambut hair line dan terputus-putus.
Gambar 19. Retak checks pada papan kayu gergajian Mangium
b Pecah tertutup splits, dengan lebar tidak lebih dari 2 mm dan tidak tembus.
Gambar 20. Pecah tertutup splits pada papan kayu gergajian Mangium
c Pecah dalam honeycomb defect.
Gambar 21.
Pecah dalam honeycomb defect pada papan kayu gergajian Mangium
107 d Pecah terbuka open split lebar 2 mm sampai 6 mm dan atau sudah tembus
kemuka sebaliknya.
Gambar 22. Pecah terbuka open split pada papan kayu gergajian Mangium
e Belah shake yaitu pecah yang lebarnya lebih dari 6 mm.
Gambar 23. Belah shake pada papan kayu gergajian Mangium
Pecah tertutup splits dan pecah dalam honeycomb defect dalam rekapitulasi risalah cacat disatukan dengan istilah pecah tertutup splits, honeycomb defect.
Sedangkan pecah terbuka open split dan belah shake dalam rekapitulasi risalah cacat disatukan dengan istilah pecah terbuka open split, shake. Bentuk pecah yang
terdapat pada kayu gergajian Mangium berupa pecah ujung end splits yaitu pecah tertutup atau pecah terbukabelah yang terdapat pada ujung papan.
2 Cacat Ringan ialah cacat yang diperkenankan sesuai dengan persyaratan mutu, yang
meliputi mata kayu knot, lubang jarum dan lubang gerek pinhole, retak permukaan surface cheks, perubahan warna discoloration, kantong damar atau kantong getah,
kayu gubal sapwood, cacat teknis dan cacat bentuk.
108 Cacat ringan yang terdapat pada kayu gergajian Mangium adalah mata kayu knots,
kayu gubal sapwood dan cacat bentuk sedangkan cacat lainnya tidak ditemukan.
a Mata kayu knots
Mata kayu adalah potongan melintang bebas cabang atau ranting yang dikelilingi oleh pertumbuhan kayu atau bagian lain dari pohon. Ada 2 jenis mata kayu, yaitu :
• Mata kayu sehat intergrown knots adalah apabila bebas dari pembusukan atau gejala-gejalanya, keadaannya lebih keras atau sama dengan kayu
sekitarnya dengan warna biasanya lebih gelap dari warna kayu sekitarnya.
Gambar 24.
Mata kayu sehat intergrown knots pada papan kayu Mangium • Mata kayu busuklepas encased knots yaitu mata kayu yang telah
mengalami pembusukan, sehingga kayunya lebih lunak dari kayu di sekitarnya, biasanya dihasilkan oleh cabang atau ranting yang mati. Di dalam
pengujian yang mempengaruhi mutu adalah diameter, jumlah dan jarak antara mata kayu yang satu dengan yang lainnya.
Gambar 25. Mata kayu busuklepas encased knots pada papan kayu Mangium
Cacat alami berupa mata kayu hampir terdapat pada setiap papan akibat tumbuhnya cabang pada batang. Serat di sekitar mata kayu tumbuh melingkar
mengelilingi mata kayu. Orientasi serat yang mengalami penyimpangan di sekitar mata kayu ini disamping daya kohesi antara mata kayu dengan kayu sekitarnya
109 yang lebih lemah dibandingkan antar serat kayu yang menyebabkan reduksi
kekuatan kayu pada umumnya. Ada dua macam mata kayu yaitu mata kayu sehat intergrown knot dan mata
kayu lepas encased knot. Mata kayu sehat adalah mata kayu yang masih sehat, terikat erat pada kayu yang dihasilkan dari cabang yang masih hidup. Sedangkan
mata kayu lepas yaitu mata kayu yang tidak terikat erat ke kayu hingga mudah terlepas dan dapat menjadi berlubang, dihasilkan dari cabang yang sudah mati.
Pengaruh mata kayu terhadap kekuatan lentur dan kekakuan kayu adalah akibat penyimpangan orientasi serat. Lokasi mata kayu pada daerah tegangan tarik akan
mengurangi kekuatan lentur. Dalam penelitian ini tidak dilakukan penghitungan jumlah mata kayu tersebut,
baik mata kayu sehat maupun mata kayu lepasbusuk, karena untuk mata kayu lepas yang besar langsung dibuang, yang kecil dilakukan pendempulan. Mata
kayu sehat tidak dihitung sebagai cacat, karena produk lumber shearing ini untuk kebutuhan lokal yang tetap mengikutsertakan mata kayu sehat yang dianggap
bukan sebagai cacat karena hanya berfungsi sebagai sheathing pada rangka dinding kayu shearwall.
b Kayu gubal sapwood adalah bagian terluar dari kayu yang berbatasan dengan kulit dan merupakan bagian batang yang masih hidup berwarna lebih terang dan
berisi zat makanan cadangan. Penilaian kayu gubal dalam penentuan mutu molding hanya pada ada tidaknya noda. Noda ini termasuk dianggap perubahan
warna discoloration.
Gambar 26.
Kayu gubal sapwood pada papan kayu gergajian Mangium Tebal kayu teras pada kayu Mangium lebih besar dibanding kayu gubalnya.
Diameter kayu Mangium di HTI yang berumur 8 tahun ini berkisar antara 22 – 42 cm dengan tebal kayu terasnya mencapai 14 – 18 cm. Tebal kayu gubal dan kayu
110 teras berpengaruh terhadap kekuatan kayu. Oleh karena kayu gubal lebih bersifat
inferior maka keadaannya akan menurunkan mutu dolog. Dalam rangka menurunkan daur teknis agar kayu teras lebih tebal dibanding pada pertumbuhan
normalnya, dapat dipacu dengan prunning dan mempersempit jarak tanam Pandit, 1995.
Cacat alami berupa kayu gubal hampir terdapat pada setiap papan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan penghitungan jumlah kayu gubal, karena produk
lumber shearing ini untuk kebutuhan lokal yang menganggap kayu gubal bukan
merupakan cacat. c Cacat bentuk umumnya terjadi akibat sistem pengeringan bahan baku kayu
gergajian yang tidak baik, sehingga KA kayu pada waktu pembentukan tidak merata dan dapat mengakibatkan terjadinya lengkungan croocking, membusur
bowing, mencawan cupping atau memuntir twisting.
Gambar 27
. Cacat bentuk mencawan cupping pada papan kayu gergajian Mangium Dalam penelitian ini jenis cacat bentuk yang ditemukan adalah mencawan
cupping, sedangkan cacat bentuk yang lain tidak diketemukan. Cacat bentuk mencawan akibat pengeringan ini dapat dibuat efektif dengan membuat
laminasi, karena kalau dipaksakan solid papan tidak akan terpakai. Rendemen dari proses pengolahan kayu Mangium adalah rendemen untuk pasar lokal yang
mengikutsertakan mata kayu sehat, retak, pinhole dan kayu gubal. Kayu Mangium memiliki tegangan pertumbuhan yang tinggi. Tegangan-
tegangan yang dibebaskan pada kayu Mangium lebih besar dibandingkan beberapa jenis kayu daun lebar lainnya Wahyudi et al. 1998. Ini
mengindikasikan bahwa tegangan-tegangan pertumbuhan juga tinggi, oleh karenanya resiko terjadinya cacat pada kayu Mangium juga tinggi.
111 Tegangan tumbuh internal stress, reaction wood dan spring adalah aksi
dari dolog yang ingin kembali ke bentuk asalnya karena dalam masa pertumbuhan, pohon mengalami tegangan karena miring, bengkok menyusup
mencari sinar matahari, tiupan angin dan lain-lain. Tegangan tumbuh mudah terbentuk pada kayu-kayu cepat tumbuh pada hutan tanaman walaupun batangnya
tidak miring selama pertumbuhan Haygreen dan Bowyer, 1982. Tegangan tumbuh terjadi karena adanya gaya-gaya longitudinal, yaitu tension yang
berkembang mulai dari empulur ke arah tepi dolog dan compression yang berkembang mulai dari tepi dolog ke arah empulur.
Reaksi tegangan tumbuh ini dapat dilihat pada saat dolog pertama kali atau beberapa kali digergaji, tegangan tumbuh menyebabkan pecahnya kayu gergajian
dan bengkoknya sisa dolog. Keadaan ini tampak jelas pada jenis kayu Mangium. Kerugian lain adalah pengaruh penyusutan longitudinal yang tinggi. Pengerutan
longitudinal yang tinggi akan menyebabkan bengkoknya kayu terutama sewaktu pengeringan. Tegangan tumbuh dapat menimbulkan serat berbulu pada
permukaan kayu gergajian yang menimbulkan panas pada bilah gergaji sehingga bilah tersebut tidak dapat menggergaji lurus karena menurunnya tegangan
tension bilah. Tegangan-tegangan pertumbuhan adalah penyebab utama timbulnya pecah
pada pohon yang masih berdiri maupun pada log-log hasil penebangan, perubahan bentuk pada kayu gergajian seperti membusur dan mencawan setelah digergaji
dari log serta brittle heart dan compression failures pada pohon berdiri Panshin dan de Zeeuw, 1980. Retak dan pecah disebabkan adanya penurunan KA pada
permukaan kayu sampai pada titik rendah tertentu dan mengakibatkan timbulnya tegangan tarik maksimum tegak lurus serat yang cenderung menyebabkan
terpisahnya serat-serat kayu dan menyebabkan cacat. Hal ini yang menyebabkan kayu Mangium mempunyai cacat pecah dan retak yang cukup banyak. Retak dan
pecah berpengaruh terhadap kekuatan tarik, kekuatan tekan dan kekuatan geser. Untuk mengurangi cacat retak dan pecah yang terjadi pada pohon Mangium akibat
tegangan pertumbuhan dapat dihindari dengan teresan sebelum dilakukan penebangan dan pembuatan takikalur pada batang pohon Mangium.
Berdasarkan analisa macam-macam cacat teknis akibat proses pengeringan disimpulkan beberapa hal berikut :
112 1 Jumlah cacat pada proses pengeringan dengan metode konvensional yang
dimodifikasi sebesar 20,07 contoh uji yang mengalami cacat pada semua pola penggergajian. Jumlah cacat berdasarkan pola penggergajian dari yang
terbesar sampai yang terkecil adalah pola satu sisi dengan MOP sebanyak 24,88 , pola satu sisi sebanyak 19,79 dan pola penggergajian
konvensional sebanyak 15,10 . 2 Urutan jenis cacat dari yang terbesar sampai yang terkecil berturut-turut
adalah mencawan sebanyak 34 buah, pecah terbuka sebanyak 33 buah, retak sebanyak 30 buah dan pecah tertutup sebanyak 22 buah.
3 Dolog yang digergaji dengan pola satu sisi dan pola MOP menghasilkan kayu gergajian datar yang memiliki stabilitas dimensi dan keausan permukaan yang
relatif rendah, sehingga presentase cacatnya lebih tinggi dibanding pola konvensional.
4 Cacat berat pada kayu gergajian Mangium berupa retak checks, pecah tertutup splits, pecah dalam honeycomb defect, pecah terbuka open split
dan belah shake. 5 Cacat ringan pada kayu gergajian Mangium berupa mata kayu knots, kayu
gubal sapwood dan cacat bentuk tipe mencawan cupping.
4. Proses Pengerjaan Kayu Mangium untuk Pembuatan Molding