36
F. Desain Rumah
1. Definisi dan Konsep Desain Rumah Modular
Penggunaan sistem modular mengarah pada sistem penggunaan komponen berupa modul-modul yang seragam yang berfungsi memberikan kemudahan dan percepatan
dalam pelaksanaan pembangunan. Maka diharapkan akan menghemat tenaga kerja, biaya, bahan dan waktu tanpa mengurangi kualitas bangunan sehingga dapat menekan harga per
m
2
a. Efisiensi bahan bangunan, melalui penerapan koordinasi modular bangunan yang berdampak murahnya harga satu satuan unit rumah.
Konsep dasar sistem desain rumah modular ini meliputi beberapa hal berikut :
b. Kecepatan kerja pembangunan yang tinggi c. Efisiensi penggunaan lahanorang pada bangunan
d. Teknologi pembangunan yang masih labour intensive e. Biaya pemeliharaan yang murah
f. Bangunan harus hemat energi g. Kenyaman huni yang cukup tinggi
h. Bangunan mendukung komunikasi penghuni yang akrab. Pelaksanaan struktur bangunan, sebagai kerangka bangunan harus dapat
memberikan kontribusi bagi penurunan harga biaya bangunan. Sistem Struktur Kerangka yang open system dipergunakan untuk menampung beberapa bentuk komponen yang
telah sesuai dengan Standar Koordinasi Modular sehingga bangunan mempunyai fleksibilitas yang tinggi. Sistem PelaksanaanEreksi Struktur di lapangan dipergunakan
sistem membangun di tempat sehingga masih bersifat labour intensive
2. Modul
Sistem panel dengan komponen berukuran lebar 1,20 m dan tinggi 2,40 m sesuai dengan kondisi di Indonesia. Melalui komponen-komponennya, modul ruang yang dapat
dibentuk adalah 2,40 x 2,40 ; 2,40 x 3,60 ; 3,60 x 3,60 dan 3,60 x 4,80 untuk bangunan satu dan dua lantai dan tidak ada batas luas bangunan, pengembangan luas bangunan
berdasarkan kelipatan ukuran lebar panel 1,20 m, sehingga disebut rumah tumbuh, baik vertikal maupun horizontal Kamil, 1970.
Bentuk rumah bisa satu lantai, dua lantai, atau rumah panggung. Meski teknologinya sederhana, rumah ini sangat layak huni. Tinggal menyesuaikan bahan dan
finishingnya. Gaya arsitekturnya bisa apa saja, termasuk gaya tradisional atau minimalis.
37
III. KARAKTERISTIK, TEGANGAN IJIN DAN KELAS MUTU KAYU MANGIUM SEBAGAI BAHAN KAYU STRUKTURAL RUMAH
PREFABRIKASI A.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan nilai kekuatan karakteristik, tegangan ijin, reference resistance dan kelas mutu kayu Mangium umur 8 tahun untuk merancang struktur rumah kayu
prefab.
2. Menyusun dan membandingkan data primer dan data sekunder yang meliputi distribusi kelenturan, kekakuan dan kekuatan dalam format ASD dan LRFD serta
kelas mutu kayu Mangium. B.
Waktu dan Tempat Penelitian.
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, mulai bulan Juni sampai Juli 2010 di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.
C. Jenis Kegiatan Penelitian
Penelitian dilakukan 2 tahap yaitu pengujian sifat dasar untuk menentukan karakteristik kayu dan penentuan tegangan ijin beserta kelas mutu kayu Mangium.
1. Pengujian Sifat Dasar Kayu Mangium
a. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah kayu Mangium umur 8 tahun ukuran contoh kecil bebas cacat CKBC dan skala pemakaian Full scaleFS dari HTI PT INHUTANI II
Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Alat yang digunakan adalah timbangan elektronik, oven, desikator, kaliper,
deflektometer, alat tulis, UTM Instron, Mesin Pemilah Kayu MPK Panter dan
komputer.
b. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui pentahapan sebagai berikut :
1 Persiapan Bahan
Dilakukan pemilahan secara visual pada balok bahan rangka shearwall ukuran 5 x 7 x 400 cm berupa identifikasi cacat terutama cacat mata kayu hasil optimasi
penggergajian dan pengolahan kayu untuk memastikan kondisi papan kayu Mangium, berupa nilai strength ratio SR dengan standar pengujian ASTM D 245-05.
38
2 Pembuatan Contoh Uji
Pembuatan contoh uji CKBC mengacu pada ASTM D 143-00 metode sekunder ukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 cm untuk pengujian sifat fisis kayu dan ukuran 2,5 x 2,5 x 41
cm untuk sifat mekanis lentur berjumlah masing-masing 100 buah. Pembuatan contoh uji skala pemakaian Full scale ukuran 1,8 x 10,5 x 210 cm untuk sifat mekanis
lentur berjumlah 63 buah mengacu pada ASTM D 198-05.
3 Pengujian Benda Uji
a. Uji Sifat Fisis
Pengujian sifat fisis dilakukan terhadap contoh uji berukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 cm untuk kadar air KA, kerapatan dan berat jenis BJ.
Gambar 2.
Contoh uji kadar air, kerapatan dan berat jenis
1. Kadar Air
Contoh uji ditimbang berat awal berupa berat kering udara BKU, selanjutnya dioven selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 ºC. Setelah pengovenan contoh uji
diletakkan dalam desikator selama 20 menit, selanjutnya timbang berat kering tanur BKT nya. Contoh uji kembali dioven selama tiga jam dengan perlakuan yang sama
sampai didapatkan berat yang konstan. Nilai KA didapat dengan cara membandingkan pengurangan berat kering udara dan berat kering tanur terhadap berat kering tanurnya
menggunakan rumus : 9
dimana: KA = Kadar Air
BKU = Berat Kering Udara g BKT = Berat Kering Tanur g
2. Kerapatan