BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Pulai Alstonia scholaris L. R. Br
Pulai Alstonia scholaris L. R. Br merupakan salah satu jenis yang tumbuhan obat yang termasuk dalam kategori langka LIPI 2001. Berdasarkan
taksonominya tumbuhan pulai tergolong ke dalam : Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Contortae Famili
: Apocynaceae Genus
: Alstonia Spesies
: Alstonia scholaris L. R. Br Daerah penyebaran pulai Alstonia scholaris L. R. Br, antara lain
meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara dan Jawa Rifai et al 1992. Pada umumnya pulai tumbuh di daerah yang terbuka,
bersemak atau hutan campuran pada ketinggian 50-1500 mdpl Hendrian Hadiah 1999 diacu dalam Sutomo Putri 2005. Sedangkan menurut Heyne
1987 di pulau Jawa pulai tumbuh pada ketinggian kurang dari 900 m diatas permukaan laut. Pulai dapat tumbuh pada tanah liat dan tanah berpasir yang
kering atau digenangi air dan terdapat juga pada lereng bukit berbatu pada ketinggian 0-1000 m di atas permukaan air laut Martawijaya et al. 2005
Pulai umumnya dapat mencapai tinggi 20 hingga 25 m dan diameter 40 hingga 60 cm. Pulai memiliki pertumbuhan yang sangat baik dan dapat dibiakkan
dengan setek dan cabang Heyne 1987. Adapun ciri morfologinya yakni memiliki batang lurus dengan kulit batang yang rapuh, rasanya pahit dan bergetah putih.
Daun tunggal warna hijau berbentuk lonjong hingga lanset atau lonjong hingga bulat telur sungsang dengan permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi
daun rata, pertulangan daun menyirip dengan panjang 10-23 cm, lebar 3-7,5 cm dan tersusun melingkar antara 4-9 helai Yuniarti 2008.
Keterangan : 1 Daun; 2 Susunan bunga; 3 Irisan memanjang bunga;
4 Kelopak bunga; 5 Buah; 6 Benih.
Sumber: Plant Reources of South East Asia 5:1 diacu dalam Sutomo dan Putri 2005.
Gambar 1. Bagian-bagian tumbuhan pulai Pulai termasuk ke dalam jenis yang selalu hijau atau tidak gugur daun
dengan jenis benih ortodoks. Benih pulai yang segar memiliki daya kecambah yang tinggi yaitu mendekati 100, akan tetapi cepat pula kehilangan
viabilitasnya IFSP 2001. Menurut Martawijaya et al. 2005 biji pulai yang telah dijemur selama 2 hari dan disimpan dalam kaleng tertutup selama 2 bulan masih
mampu berkecambah hingga 90. Dalimartha 1999, Hikmat dan Zuhud 2010 menyatakan bahwa kulit
kayu pulai mengandung alkaloida ditamin, ekitamin ditamin, ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, porfirin,dan triterpen α-amyrin dan lupeol,
daun mengandung pikrinin, dan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.
2.2 Manfaat Pulai