Perlakuan Penambahan Plant Preservative Mixture PPM Perlakuan Kombinasi Propolis dan Plant Preservative Mixture PPM

menstimulasi pertumbuhan bakteri Lactobacillus casei subsp. Rhamnosus dan aktivitas bakteri Streptococcus thermophillus yaitu dengan menstimulasi produksi asam laktat. Hasil pengamatan visual pada eksplan yang berhasil steril, ditemukan bahwa eksplan tersebut tidak mengalami pertumbuhan maupun perkembangan sehingga tunas yang tumbuh dari eksplan tersebut pun tidak mengalami perubahan. Fenomena tersebut dapat disebut bahwa eksplan yang ditanam mengalami stagnasi. Santoso dan Nursandi 2003 menyatakan bahwa stagnasi pertumbuhan dapat disebabkan oleh penggunaan bahan yang tidak merismatik atau potensial merismatik. Selain itu juga dapat disebabkan oleh tindakan sterilisasi yang berlebihan, media yang tidak cocok atau llingkungan yang tidak mendukung.

4.3 Perlakuan Penambahan Plant Preservative Mixture PPM

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 4 jenis perlakuan penambahan antibiotika PPM dihasilkan 2 jenis perlakuan yang memperoleh persentase keberhasilan tumbuh tertinggi yakni penambahan PPM 1mll A1B0 dan 2 mll A2B0. Perlakuan A1B0dan A2B0mendapatkan hasil yang baik dengan persentase keberhasilan yang cukup tinggi 70. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan antibiotika PPM dengan konsentrasi 1mll dan 2 mll pada media mampu memberikan respon yang positif terhadap adanya kontaminasi pada eksplan dan pertumbuhan eksplan sendiri. Plant Preservative Mixture PPM merupakan biosida dengan spektrum yang luas sehingga mampu mencegah atau menurunkan tingkat kontaminasi mikroba pada kultur jaringan. Syatria 2010 menyatakan bahwa bahan aktif yang ada dalam PPM dapat menghambat tumbuhnya jamur atau menembus dinding sel bakteri dan menghambat aktivitas enzim kunci dalam siklus metabolisme sentral seperti siklus asam sitrat dan transpor elektron. Selain itu juga dapat menghambat proses pengangkutan monosakarida dan asam amino dari medium ke dalam sel bakteri. Adapun kandungan zat aktif yang terkandung dalam ppm yakni 5-Chloro-2 methyl-3- CH-isothiazolone 0,1350 dan 2-methyl-3H-isothiazolone 0,0412 dan komposisi lain 99,82338. Syatria 2010 mengemukakan bahwa dosis penggunaan PPM yang baik berdasar rekomendasi pabrik yaitu konsentrasi antara 1-2 mll media.

4.4 Perlakuan Kombinasi Propolis dan Plant Preservative Mixture PPM

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 16 jenis kombinasi propolis dan PPM dengan masing-masing konsentrasinya didapatkan 4 jenis kombinasi yang menghasilkan tingkat keberhasilan tumbuh tertinggi yakni kombinasi PPM 0,5 mll dan propolis 0,5 mll A1B1, kombinasi PPM 0,5 mll dan propolis 2 mll A1B4,kombinasi PPM 1 mll dan propolis 0,5 mll A2B1,serta kombinasi PPM dan propolis 1 mll A2B2 Penambahan PPM 0,5 mll dan propolis 0,5 mll A1B1 mampu menghasilkan persentase keberhasilan yang cukup tinggi dikarenakan adanya kandungan zat aktif pada propolis dikombinasikan dengan kandungan zat antibiotika yang ada pada PPM dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri maupun jamur.Plant Preservative Mixture PPM merupakan antibiotika sintetik yang memiliki spektrum luas sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif. Sedangkan propolis merupakan antibiotika alami yang juga memiliki spektrum luas dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan positif. Selain itu terdapat kandungan zat antibakteri, di dalam propolis juga terdapat kandungan zat antifungi dan antiviral. Pada konsentrasi ini antara antibiotika PPM dan propolis mampu bekerja secara efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri ataupun jamur. Pengamatan secara visual, memperlihatkan bahwa hasil pertumbuhan eksplan dalam perlakuan ini memiliki pertumbuhan yang cukup baik dengan adanya pertambahan tinggi tunas tiap minggu, jumlah tunas yang tumbuh cukup banyak Adanya kombinasi perlakuan penambahan PPM 0,5 mll dan propolis 2 mll A1B4 dilihat dari perhitungan persentase keberhasilan memiliki persentase yang cukup tinggi. Hal tersebut diduga pada penambahan antibiotika dengan perbandingan konsentrasi tersebut mampu menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri, namun masih kurang efektif dalam proses menghambat pertumbuhan jamur karena 3 eksplan dari 10 eksplan yang terkontaminasi disebabkan oleh tumbuhnya jamur. Untuk pertumbuhan eksplan pada perlakuan ini sebagian besar kurang terlalu baik karena jumlah tunas dan daun serta pertambahan tinggi tunas pada tiap minggunya tidak terlalu berbeda. Perlakuan penambahan PPM 1 mll dan propolis 0,5 mll A2B1 berdasarkan hasil perhitungan persentase keberhasilan memperlihatkan persentase yang cukup baik yakni sebesar 70. Hal ini, selain disebabkan karena antibiotika PPM dan propolis yang bersifat antibakteri dan antifungi juga karena perbandingan konsentrasi yang diberikan masih dalam selang pemberian konsentrasi yang efektif untuk menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri dan jamur. Adanya kombinasi antibiotika pada konsentrasi tersebut memberikan hasil yang baik pula pada pertumbuhan eksplan. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur yang terjadi pada perlakuan ini cukup kecil yakni masing- masing hanya 10. Berdasarkan hasil perhitungan persentase keberhasilan kombinasi penambahan PPM dan propolis 1 mll A2B2 pada media juga menghasilkan persentase keberhasilan yang cukup tinggi. PPM dan propolis merupakan antibiotika yang sama-sama memiliki spektrum luas sehingga mampu menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif. Diduga adanya kombinasi dari antibiotika sintetik dan alami mampu memberikan respon positif terhadap adanya kontaminasi baik berasal dari bakteri maupun jamur yang terjadi pada kultur jaringan pulai. Adanya konsentrasi 1 mll pada masing-masing antibiotika yang ditambahkan pada media juga merupakan konsentrasi yang umumnya efektif ditambahkan pada media untuk menekan terjadinya kontaminasi. Berdasarkan hasil pengamatan visual terhadap eksplan pada perlakuan ini, walaupun persentase keberhasilannya cukup tinggi namun terdapat 3 eksplan dari 7 eksplan yang steril mengalami stagnasi dalam pertumbuhan. Hal ini diduga terjadi karena adanya penambahan PPM dan propolis dengan konsentrasi yang cukup tinggi sehingga membuat media menjadi kurang cocok untuk pertumbuhan dari eksplan itu sendiri. Santoso dan Nursandi 2003 menyatakan bahwa adanya stagnasi pertumbuhan dapat disebabkan karena adanya tindakan sterilisasi yang berlebihan dan media yang tidak cocok.

4.5 Hasil Analisis Sidik Ragam