4.5   Hasil Analisis Sidik Ragam
Hasil  analisis  sidik  ragam  pada  selang  kepercayaan  95,  menunjukkan bahwa  nilai  F  hitung  lebih  kecil  dari  F  tabel,  sehingga  keputusan  yang  diambil
adalah  menerima  hipotesis  nol.  Hal  ini  berarti pemberian antibiotika pada kultur tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kontaminasi yang terjadi pada kultur in
vitro  pulai  Tabel  5,  sehingga  tidak  perlu  dilakukan  uji  lanjut  wilayah  Duncan. Hal ini diduga karena adanya jumlah ulangan yang tidak terlalu banyak sehingga
kurang  memberikan  hasil  yang  optimal.  Selain  itu,  waktu  pengamatan  8  minggu diduga  masih  belum  optimal  untuk  pengamatan  kultur  pohon  dikarenakan  jenis
pohon berkayu merupakan jenis yang pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan tanaman pertanian.
Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam tingkat kontaminasi pada kultur in vitro pulai
Signifikansi minggu ke- 1
2 3
4 5
6 7
8 Perlakuan
0.716 0.906
0.972 0.928
0.882 0.805
0.737 0.737
Keterangan : Signifikansi lebih dari 0,05, tidak berpengaruh nyata
Walaupun  berdasarkan  hasil  analisis  sidik  ragam  pemberian  antibiotika tidak  memberikan  pengaruh  yang  nyata,  namun  hasil  pengamatan  menunjukkan
bahwa  dengan  pemberian  antibiotika  pada  konsentrasi  tertentu  menghasilkan tingkat  keberhasilan  kultur  steril  dan  tumbuh  yang  lebih  tinggi  dibandingkan
dengan  dengan  kontrol.  Hal  ini,  berarti  pemberian  antibiotika  pada  konsentrasi tertentu PPM:0 mll + Propolis:1 mll A0B2, PPM:0,5 mll + Propolis:0,5 mll
A1B1,  PPM:0,5  mll  +  Propolis:  2  mll  A1B4,  PPM:1  mll  +  Prop:0mll A2B0,  PPM:1  mll  +  Propolis:0,5  mll  A2B1,  PPM:1  mll  +  Propolis:1  mll
A2B2,  PPM:2  mll  +  Prop:0mll  A4B0  memberikan  pengaruh  yang  positif terhadap tingkat keberhasilan kultur in vitro pulai.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari  total  250  eksplan  yang  ditanam  terdapat  126  eksplan  yang  tumbuh  atau
sekitar  50,4.  Kemudian  diikuti  oleh  kondisi  eksplan  yang  terkontaminasi  oleh jamur  sebanyak  74  eksplan  dan  kontaminasi  bakteri  sebesar  30  eksplan.
Fenomena  pencoklatan  juga  dapat  ditemukan  pada  penelitian  ini  dengan  jumlah 16 eksplan. Presentase terkecil terdapat pada kondisi eksplan yang  gugur. Gugur
50,40 12,00
29,60 6,40 1,60
Tumbuh Bakteri
Jamur Browning
Gugur
yang terjadi pada eksplan disini 3 dari 4 eksplan gugur pada minggu ke-5 setelah tanam  dan  1  eksplan  gugur  pada  minggu  ke-8  setelah  tanam.  Hal  ini  diduga
disebabkan  karena  terjadinya  proses  metabolisme  yang  lebih  besar  daripada proses  fotosintesis  sehingga  bahan  makanan  yang  diserap  lebih  sedikit  daripada
yang dibutuhkan.Adapun persentase total kondisi   eksplan dari  hasil pengamatan yakni dapat dilihat pada gambar 3 dan gambaran dari eksplan pada gambar 4.
Gambar 3 Persentase total kondisi eksplan.
a b
c
d e
Gambar 4    Kondisi  eksplan;  a  eksplan  tumbuh,  b  eksplan  terkontaminasi bakteri,  c  eksplan  terkontaminasi  jamur,  d  eksplan  browning,
e eksplan gugur.
4.6 Kontaminasi Jamur