tersebut  yakni  sifat  dari  eksplan  itu  sendiri,  karena  setiap  eksplan  akan memberikan reaksi yang berbeda untuk setiap pemberian perlakuan.
4.12 Pertambahan Tinggi Tunas
Pertambahan tinggi
merupakan salah
satu parameter
yang mengindikasikan  adanya  pertumbuhan.  Pertambahan  tinggi  eksplan  yang  terlihat
sudah  terlihat  pada  minggu  pertama  setelah  tanam.  Pertambahan  tinggi  tiap eksplan berbeda-beda.
Gambar  12    Rata-rata  pertambahan  tinggi  tunas  per  minggu  pada  perlakuan kontrol A0B0, A1B0, dan A4B3.
Berdasarkan Gambar 12 dapat diketahui  bahwa pertambahan tinggi tunas hampir terjadi pada semua perlakuan, namun dengan rata-rata pertambahan tinggi
yang berbeda-beda. Perlakuan kontrol A0B0 umumnya mengalami pertambahan tinggi  pada  tiap  minggunya  hingga  akhir  pengamatan  dengan  rata-rata
pertambahan yang cukup besar. Kemudian, pada perlakuan penambahan PPM 0,5 mll  juga  menunjukkan  adanya  pertambahan  tinggi  tunas  yang  cukup  besar  pada
tiap minggunya, namun pada minggu ke 5-7 tunas tidak mengalami pertambahan tinggi.  Kemudian  kembali  tumbuh  pada  minggu  7  menuju  ke  minggu  8.  Hal  ini,
kemungkinan  karena  kerja  hormon  pada  minggu  ke  5-7  tidak  efektif  sehingga tidak  mampu  menyokong  proses  pertumbuhan  tunas  pada  perlakuan  tersebut.
Sedangkan  pada  perlakuan  penambahan  PPM  2  mll  dan  propolis  1,5  mll,  rata-
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9
2 4
6 8
10 P
er ta
m b
ah an
ti n
ggi c
m
Minggu ke- A0B0
A1B0 A4B3
rata  pertambahan  tinggi  tunasnya  kecil  dan  cenderung  tidak  tumbuh  atau mengalami  stagnasi  pada  minggu  ke  3-5  dan  minggu  ke  6-7.  Hal  ini,  diduga
karena adanya pemberian antibiotika pada media dengan dosis yang cukup tinggi sehingga mampu mempengaruhi pertumbuhan eksplan.
Hasil analisis  sidik ragam  menunjukkan  bahwa  nilai  F  hitung  lebih  besar dari  nilai  F  tabel  sehingga  keputusan  yang  diambil  adalah  menerima  hipotesis
satu.  Hal  ini  berarti  pemberian  antibiotika  berpengaruh  nyata  terhadap  tinggi tunaspada  minggu  ke-2.  Namun,  pada  minggu-minggu  berikutnya  tidak  terlihat
adanya pengaruh nyata dari penambahan antibiotika tersebut Tabel 8. Tabel 8  Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertambahan tinggi tunas
Signifikansi minggu ke- 1
2 3
4 5
6 7
8 PPM
0.164
tn
0.010 0.601
tn
0.843
tn
0.749
tn
0.608
tn
0.500
tn
0.442
tn
Keterangan : Signifikansi lebih dari 0,05, tidak berpengaruh nyata
tn = Tidak berpengaruh nyata = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95
Kemudian,  untuk  melihat  beda  antar  perlakuan  dilakukan  uji  lanjut wilayah Duncan Tabel 9.
Tabel 9  Hasil uji Duncan rata-rata pertambahan tinggi tunas
Jenis media
Minggu ke- 1
2 3
4 5
6 7
8 A0B0
0.05ab 0.28de
0.33ab 0.48a
0.68a 0.75a
0.78a 0.78a
A1B0 0.13c
0.35e 0.38ab
0.52a 0.63a
0.63a 0.63a
0.70a A4B3
0.05ab 0.05a
0.10a 0.10a
0.10a 0.13a
0.13a 0.18a
Keterangan  :  Nilai  dalam  kelompok    pada  kolom  yang  sama  dan  diikuti  oleh  huruf  yang  sama menunjukkan  adanya  pengaruh  yang  tidak  berbeda  nyata  berdasarkan  uji  Duncan  pada  selang
kepercayaan 95.
Hasil analisis uji  lanjut wilayah Duncan pada  minggu ke-2 setelah tanam menunjukkan  bahwa  pertambahan  tinggi  tunas  yang  tertinggi  terdapat  pada
perlakuan penambahan ppm 0,5  mll  yakni  sebesar 0,35 cm. Hal  ini karena pada penggunaan  PPM  dengan  dosis  yang  optimum  sangat  efektif  dan  tidak
mempengaruhi  vitro  germination,  proliferasi  kalus  dan  regenerasi  kalus  Syatria 2010. Namun, bila dibandingkan dengan perlakuan pada kontrol A0B0 dengan
pertambahan  sebesar  0,28  cm,  pertambahan  tinggi  tunas  pada  penambahan
PPM0,5 mll  tidak  menunjukkan adanya perbedaan  yang terlalu  besar atau tidak berpengaruh nyata.
Sedangkan  pertambahan  tinggi  terendah  terdapat  pada  perlakuan penambahan  PPM  2  mll  +  propolis  1,5  mll    A4B3  pada  media  dengan
pertambahan  tinggi  sebesar  0,05  cm.  Jika  dibandingkan  dengan  perlakuan  pada kontrol A0B0 yang memiliki pertambahan tinggi sebesar 0,28 cm, pertambahan
tinggi pada perlakuan penambahan ppm 2  mll  +  propolis 1,5  mll  menunjukkan adanya  perbedaan  yang  cukup  besar  sehingga  perlakuan  A4B3  memberikan
pengaruh  nyata  terhadap  pertambahan  tinggi  tunas  pulai.  Adanya  penambahan PPM  2  mll  +  propolis  1,5  mll  dapat  menghambat  pertumbuhan  tunas  dari
eksplan pulai. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhannya yaitu pertambahan tinggi tunas hanya terjadi pada minggu ke- 3, 6, dan 8 dengan pertambahan sebesar 0,05
cm,  0,03  cm  dan  0,05  cm  akhir  pengamatan.Hal  ini  diduga  karena  adanya penambahan  kombinasi  antibiotika  ppm  dan  propolis  dengan  konsentrasi  yang
tinggi  sehingga  mampu  mempengaruhi  proses  pertumbuhan  dan  perkembangan dari  eksplan  tersebut.  Santoso  dan  Nursandi  2003  menyatakan  bahwa  stagnasi
pertumbuhan  dapat  disebabkan  oleh  tindakan  sterilisasi  yang  berlebihan    yaitu dengan  pemberian  antibiotika  konsentrasi  tinggi.  Darmono  2003  menyatakan
bahwa pemberian konsentrasi  antibiotika  yang terlalu tinggi pada tanaman dapat menyebabkan  terjadinya  efek  fitotoksik  pada  tanaman  sehingga  dapat
menyebabkan kematian.
4.13 Jumlah Daun