kesukaan atau ketidak sukaan orangutan untuk memakan suatu jenis pakan yang diberikan. Kebiasaan makan orangutan yang baik akan terlihat apabila individu
orangutan dapat secara aktif untuk memakan makanan yang bervariasi karena dari jenis-jenis pakan yang disediakan tidak ada satu jenis pakan yang memiliki
kandungan gizi yang lengkap sehingga perlu dilengkapi dengan jenis pakan lainnya.
Berdasarkan pengamatan, diperoleh bahwa kebiasaan-kebiasaan makan orangutan selama makan di kandang berpengaruh terhadap durasi makan.
Kebiasaan makan orangutan yang diamati pada tiga tahap yaitu kebiasaan sebelum makan, saat makan dan setelah makan memiliki kebiasaan secara umum
dan khusus yang diekspresikan dari keenam individu yang menjadi sampel pengamatan. Kebiasaan-kebiasaan makan orangutan yang diamati sebelum makan
diantaranya ialah menggelantung dengan posisi tubuh terbalik atau pun menggelantung dengan posisi tubuh berdiri, berpindah ke suatu tempat, berdiri
sambil melihat-lihat ke arah petugas yang membawa makanan, mendekatkanmengarahkan tubuhnya ke sumber makanan, berputar-putar di
dalam kandang, mengelilingi kandang sambil melihat petugas yang akan memberikan makanan, berpindah posisi ke arah makanan dan duduk sambil
melihat makanan. Kebiasaan-kebiasaan makan ini timbul sebagai respon individu kepada
pengelola yang akan memberikan sejumlah makanan kepada orangutan di dalam kandang yang terjadi terus menerus selama orangutan berada di dalam kandang.
Respon yang diekspresikan orangutan tersebut bertujuan agar individu orangutan dapat segera diberi makan.
5.2.3 Implementasi terhadap pengelolaan pakan orangutan
Salah satu tujuan manajemen pakan orangutan adalah untuk mencapai keberhasilan reintroduksi orangutan. Berbagai data dan informasi yang ada pada
pengelola merupakan acuan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan manajemen pakan. Pada hakekatnya, faktor-faktor penting dalam manajemen
pakan adalah pengelola sendiri sebagai faktor yang berpengaruh untuk kelangsungan dan keberhasilan reintroduksi orangutan. Pengelola perlu terus
mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan kreasi untuk pelaksanaan kegiatan reintroduksi.
Implementasi terhadap manajemen pakan memerlukan pendekatan manajemen sumberdaya manusia. Pengelola sangat berperan dalam menerapkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang integratif. Pengembangan implementasi manajemen pakan dikembangkan untuk menghasilkan kinerja yang
efisien dan efektif. Selain itu juga peran sumberdaya manusia sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan terhadap reintroduksi orangutan. Berdasarkan hal
tersebut, implementasi terhadap pengelolaan di pusat reintroduksi ialah : 1. Pelepasan Orangutan ke Habitat Alam
Orangutan yang dinilai sudah berhasil untuk survive di alam maka akan dilepasliarkan ke habitat alam. Habitat alam yang menjadi pelepasliaran orangutan
berada di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi. Dengan demikian kegiatan pelepasliaran orangutan ini adalah sebagai bukti implementasi pengelolaan untuk
mewujudkan keberhasilan reintroduksi yakni memindahkan orangutan ke areal baru yang sesuai untuk habitat yang lebih baik dan dapat membentuk kantong-
kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya pelestarian. 2. Unit Pendidikan Keliling
Unit pendidikan keliling merupakan suatu divisi yang bertanggungjawab terhadap penyampaian informasi konservasi kepada masyarakat sekitar ekosistem
di Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Unit pendidikan keliling ini bertugas memberikan penyadartahuan masyarakat tentang konservasi, memberikan
pendidikan lingkungan kepada anak Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
3. Wildlife Protection Unit Wildlife protection unit
merupakan unit perlindungan kehidupan liar yang terdiri dari polisi kehutanan dan masyarakat yang memiliki ketrampilan khusus
dan dilengkapi dengan peralatan yang cukup untuk menanggulangi perburuan dan perdagangan satwaliar dilindungi di kawasan konservasi dan kawasan hutan
lainnya. Adapun tujuannya yakni mewujudkan perlindungan satwa dilindungi dan habitatnya secara efektif dan efisien yang melibatkan masyarakat secara aktif.
4. Community Development
Community development merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendukung aktivitas masyarakat di sekitar kawasan hutan dengan usaha membangun perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa usaha yang diberikan kepada masyarakat yang berada di sekitar pusat reintroduksi ialah memberikan alat-alat pertanian, memberikan bantuan keramba,
mesin traktor tangan dan sebagainya. Selain hal di atas, terkait juga mengenai upaya reintroduksi orangutan
terdapat informasi yang penting untuk diketahui oleh para pengelola, yaitu: 1. Keadaan orangutan selama berada di dalam kandang dan keberlanjutan
orangutan setelah pelepasliaran ke alam. Perkembangan keberadaan orangutan di pusat reintroduksi sangat
berhubungan erat dengan manajemen yang dilakukan pengelola khususnya dalam manajemen pakan. Orangutan yang terdapat di dalam kandang harus terus
dirawat, dipantau perkembangannya hingga orangutan memunculkan kembali perilaku alaminya. Keberhasilan orangutan untuk reintroduksi ditandai dengan
perkembangan orangutan di dalam kandang untuk memunculkan perilaku alaminya dan upaya pengelola harus dapat memberikan kesejahteraan animal
welfare bagi orangutan sehingga pada saat pelepasliaran ke habitat alam
orangutan akan dapat survive. 2. Pengaruh pemberian pakan orangutan selama berada di dalam kandang
terhadap kebiasaan makan orangutan yang akan dilepasliarkan. Pemberian pakan dan pengayaan perilaku bagi orangutan dapat menjadi
faktor yang menentukan keberhasilan di pusat reintroduksi. Selama berada di dalam kandang, antara pemberian makan dan kondisi perkembangan orangutan
merupakan faktor yang berbanding linear dimana makanan yang diberikan oleh pengelola adalah sebagai faktor pembatas limiting factor. Makanan sebagai
faktor pembatas akan menentukan apa saja jenis yang dimakan orangutan dan makanan tersebut berperan penting untuk proses metabolisme orangutan serta
berhubungan dengan kebiasaan makan orangutan. Kebiasaan makan orangutan selama berada pada kandang akan berkembang hingga orangutan dilepasliarkan.
Dengan demikian maka pengelola perlu mengupayakan ketersediaan dan kesesuaian pakan yang diberikan demi tercapainya reintroduksi orangutan.
3. Upaya pelaksanaan reintroduksi orangutan. Perlu dipahami bahwa kegiatan reintroduksi orangutan dalam manajemen
pakan berpotensi untuk menghasilkan dampak positif terhadap kelestarian populasi dan habitatnya. Dengan upaya yang dilaksanakan tersebut maka
stakeholder berperan serta mendukung dan terus berusaha untuk mewujudkan tujuan reintroduksi orangutan yang akan berdampak positif untuk kelestarian jenis
dan habitatnya. Berdasarkan kajian yang dilakukan pada manajemen pakan, dinilai bahwa implementasi manajemen pakan saat ini adalah sudah cukup baik.
Manajemen pakan yang dilaksanakan oleh pengelola secara signifikan berpengaruh nyata terhadap keberadaan dan kesuksesan kegiatan reintroduksi. Hal
ini berarti manajemen pakan yang dikelola harus dikembangkan lagi oleh pihak manajemen agar dapat mencapai target-target kinerja yang optimal. Beberapa
upaya wujud nyata yang telah dilakukan untuk melaksanakan reintroduksi juga dikembangkan melalui program-program kegiatan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada masyarakat sekitar stasiun yang diambil secara sampel, ada korelasi positif antara keberadaan pusat
reintroduksi dan masyarakat. Korelasi positif ini diantaranya adalah dalam hal kegiatan yakni tukar menukar barter hasil kebun untuk makanan orangutan
dengan kebutuhan sandang dari sebagian masyarakat yang menukar atau menjual hasil kebunnya kepada pihak di stasiun reintroduksi. Selain itu, adanya perbaikan
sarana jalan yang dibangun oleh pusat reintroduksi dapat membantu masyarakat yang berada dekat dengan stasiun untuk mobilisasi. Hal lain yang juga sangat
membantu adalah adanya program pendidikan lingkungan yang pernah diadakan oleh pihak di pusat reintroduksi dapat membantu mengajari dan meningkatkan
pengetahuan anak-anak yang berada di dusun dekat stasiun reintroduksi tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan