Kegiatan Reintroduksi Orangutan Manajemen Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS) Provinsi Jambi

2.4 Manajemen Pakan Orangutan

Maple 1980 menyatakan orangutan yang hidup di penangkaran memiliki waktu aktif yang berkorelasi positif dengan waktu pemberian pakan. Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh bahwa jenis pakan orangutan di habitat aslinya adalah buah-buahan 60, bunga dan daun muda 25, kulit kayu 15, akar alang- alang air, serangga rayap, ulat, semut, belalang, jangkrik, kutu, jamur, telur dalam sarang burung, vertebrata kecil tupai, tokek, kukang, madu, pangkal, batang tunas rotan muda, tanaman jalar, pakis dan palma kecil dan terkadang orangutan memakan kepompong untuk menambah bobot badan mereka Rijksen 2001. Sinaga 1992 juga menyatakan bahwa keaktifan harian orangutan dari hari ke hari terutama digunakan untuk makan dan beristirahat, menyusul berjalan dan keaktifan lainnya. Pada umumnya, keaktifan makan orangutan yang tertinggi terjadi pada pagi hari dan sore hari sedangkan pada siang hari menurun dengan keadaan cuaca semakin panas. Apabila dalam satu hari dibagi ke dalam 3 bagian yaitu antara pukul 6-10, pukul 10-14 dan pukul 14-18 maka pada periode pukul 6-10 dan pukul 14-18, orangutan sedang aktif untuk makan sedangkan pada periode pukul 10-14 kegiatan orangutan tersebut mengalami penurunan. Pola makan orangutan sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan cara hidupnya. Oleh karena itu, distribusi jumlah dan kualitas makanannya menurut waktu dan tempat tertentu merupakan faktor penentu adanya perilaku pergerakan, kepadatan populasi yang akhirnya menentukan organisasi sosialnya.

2.5 Kegiatan Reintroduksi Orangutan

Keberadaan orangutan di habitat alaminya saat ini mengalami permasalahan keterancaman. Penyebab utama penurunan populasi orangutan di alam adalah hilangnya hutan alam sebagai habitat orangutan akibat perubahan fungsi hutan dan penyebaran orangutan terbatas. Dengan keadaan tersebut, berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, pemerintah dan pihak swasta bekerjasama untuk memberikan perhatiannya dalam mendukung upaya konservasi orangutan khususnya bagi orangutan sumatera. Salah satu lokasi baru bagi reintroduksi orangutan yang menjadi pilihan adalah Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Hasil pilihan itu diperoleh dengan pertimbangan bahwa tipe ekosistem yang berada di Taman Nasional Bukit Tigapuluh sangat mirip dengan tipe ekosistem Leuser. Hal lainnya juga adalah diperolehnya berbagai jenis vegetasi yang menghasilkan buah sebagai sumber pakan orangutan yang dapat mempertahankan kehidupannya. Kegiatan reintroduksi orangutan merupakan kegiatan rehabilitasi modern dengan melepasliarkan kembali beberapa individu satwa ke kondisi liar atau juga mempersiapkan satwa hasil sitaan peliharaan menjadi jenis feral ke suatu kawasan hutan konservasi sebagai habitat barunya yang sesuai di mana satwa jenis ini tidak ada di kawasan tersebut Siregar 2007. Kegiatan reintroduksi orangutan sumatera ini sepenuhnya dilaksanakan oleh LSM-NGO Frankfurt Zoological Society FZS yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Kegiatan reintroduksi orangutan sumatera adalah salah satu kegiatan dari Program Konservasi Orangutan Sumatera PKOS yang memiliki tujuan untuk mencegah dari kepunahan serta membuat suatu populasi baru orangutan sumatera. Secara umum, tujuan dari kegiatan reintroduksi orangutan adalah untuk membuat kantong-kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya mencegah dari kepunahan spesies orangutan di alam liar. Kegiatan reintroduksi orangutan sumatera dilakukan di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh TNBT dan ekosistemnya. Beberapa prinsip mengenai pelaksanaan reintroduksi tersebut dinyatakan oleh Meijaard et al. 2001 sebagai berikut : 1. Orangutan harus diperiksa secara profesional dalam hal penyakit yang menular, diobati dan dikarantina tidak lebih dari enam bulan untuk direhabilitasi dan termasuk sosialisasi setelah karantina selesai; 2. Karantina dipisahkan dari reintroduksi sosialisasi; 3. Reintroduksi orangutan bekas tangkapan dilakukan di kawasan hutan yang telah diteliti dengan cermat kelestarian habitatnya; 4. Beberapa spesimen dipelihara bersama sebagai sebuah kelompok hingga 20 individu dan kemudian dilepaskan ke dalam kondisi liar; 5. Seluruh kelompok dibiarkan di lokasi di mana kelompok ini direintroduksi, yaitu lokasi reintroduksi itu sendiri dibiarkan dan karena banyak orangutan baru maka lokasi baru akan didirikan di lokasi lain; 6. Kehadiran pengunjung tidak diizinkan pada tahap apapun sebelum orangutan mampu mandiri sepenuhnya dan berhasil hidup di kawasan liar; 7. Staf penjaga yang bertugas untuk menyediakan dan memantau harus terbukti bebas dari penyakit menular dan melakukan tugasnya berdasarkan kerangka acuan tugas yang ketat dalam hal kontak dekat dengan orangutan dan perilakunya terhadap kelompok umur orangutan yang berbeda; 8. Proses reintroduksi dievaluasi teratur oleh suatu badan yang mandiri. Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan utama Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera - Provinsi Jambi adalah : a. Membentuk populasi-populasi baru orangutan untuk melestarikan keberlangsungan populasi dan habitatnya; b. Memfasilitasi penegakan hukum terhadap satwa yang dilindungi secara efektif; c. Menegakkan prosedur formal karantina dan rehabilitasi; d. Mengaplikasikan program reintroduksi dalam rangka memperluas area network yang dilindungi; e. Mendorong kesadaran terhadap isu nyata dalam konservasi orangutan dan habitatnya. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian