2.4 Manajemen Pakan Orangutan
Maple 1980 menyatakan orangutan yang hidup di penangkaran memiliki waktu aktif yang berkorelasi positif dengan waktu pemberian pakan. Berdasarkan
hal tersebut dapat diperoleh bahwa jenis pakan orangutan di habitat aslinya adalah buah-buahan 60, bunga dan daun muda 25, kulit kayu 15, akar alang-
alang air, serangga rayap, ulat, semut, belalang, jangkrik, kutu, jamur, telur dalam sarang burung, vertebrata kecil tupai, tokek, kukang, madu, pangkal,
batang tunas rotan muda, tanaman jalar, pakis dan palma kecil dan terkadang orangutan memakan kepompong untuk menambah bobot badan mereka Rijksen
2001. Sinaga 1992 juga menyatakan bahwa keaktifan harian orangutan dari hari ke hari terutama digunakan untuk makan dan beristirahat, menyusul berjalan dan
keaktifan lainnya. Pada umumnya, keaktifan makan orangutan yang tertinggi terjadi pada pagi
hari dan sore hari sedangkan pada siang hari menurun dengan keadaan cuaca semakin panas. Apabila dalam satu hari dibagi ke dalam 3 bagian yaitu antara
pukul 6-10, pukul 10-14 dan pukul 14-18 maka pada periode pukul 6-10 dan pukul 14-18, orangutan sedang aktif untuk makan sedangkan pada periode pukul
10-14 kegiatan orangutan tersebut mengalami penurunan. Pola makan orangutan sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan cara hidupnya. Oleh karena itu,
distribusi jumlah dan kualitas makanannya menurut waktu dan tempat tertentu merupakan faktor penentu adanya perilaku pergerakan, kepadatan populasi yang
akhirnya menentukan organisasi sosialnya.
2.5 Kegiatan Reintroduksi Orangutan
Keberadaan orangutan di habitat alaminya saat ini mengalami permasalahan keterancaman. Penyebab utama penurunan populasi orangutan di alam adalah
hilangnya hutan alam sebagai habitat orangutan akibat perubahan fungsi hutan dan penyebaran orangutan terbatas. Dengan keadaan tersebut, berbagai Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM, pemerintah dan pihak swasta bekerjasama untuk memberikan perhatiannya dalam mendukung upaya konservasi orangutan
khususnya bagi orangutan sumatera. Salah satu lokasi baru bagi reintroduksi orangutan yang menjadi pilihan
adalah Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Hasil pilihan itu diperoleh dengan
pertimbangan bahwa tipe ekosistem yang berada di Taman Nasional Bukit Tigapuluh sangat mirip dengan tipe ekosistem Leuser. Hal lainnya juga adalah
diperolehnya berbagai jenis vegetasi yang menghasilkan buah sebagai sumber pakan orangutan yang dapat mempertahankan kehidupannya. Kegiatan
reintroduksi orangutan merupakan kegiatan rehabilitasi modern dengan melepasliarkan kembali beberapa individu satwa ke kondisi liar atau juga
mempersiapkan satwa hasil sitaan peliharaan menjadi jenis feral ke suatu kawasan hutan konservasi sebagai habitat barunya yang sesuai di mana satwa
jenis ini tidak ada di kawasan tersebut Siregar 2007. Kegiatan reintroduksi orangutan sumatera ini sepenuhnya dilaksanakan oleh
LSM-NGO Frankfurt Zoological Society FZS yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Kegiatan
reintroduksi orangutan sumatera adalah salah satu kegiatan dari Program Konservasi Orangutan Sumatera PKOS yang memiliki tujuan untuk mencegah
dari kepunahan serta membuat suatu populasi baru orangutan sumatera. Secara umum, tujuan dari kegiatan reintroduksi orangutan adalah untuk membuat
kantong-kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya mencegah dari kepunahan spesies orangutan di alam liar. Kegiatan reintroduksi orangutan
sumatera dilakukan di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh TNBT dan ekosistemnya.
Beberapa prinsip mengenai pelaksanaan reintroduksi tersebut dinyatakan oleh Meijaard et al. 2001 sebagai berikut :
1. Orangutan harus diperiksa secara profesional dalam hal penyakit yang menular, diobati dan dikarantina tidak lebih dari enam bulan untuk direhabilitasi dan
termasuk sosialisasi setelah karantina selesai; 2. Karantina dipisahkan dari reintroduksi sosialisasi;
3. Reintroduksi orangutan bekas tangkapan dilakukan di kawasan hutan yang telah diteliti dengan cermat kelestarian habitatnya;
4. Beberapa spesimen dipelihara bersama sebagai sebuah kelompok hingga 20 individu dan kemudian dilepaskan ke dalam kondisi liar;
5. Seluruh kelompok dibiarkan di lokasi di mana kelompok ini direintroduksi, yaitu lokasi reintroduksi itu sendiri dibiarkan dan karena banyak orangutan
baru maka lokasi baru akan didirikan di lokasi lain; 6. Kehadiran pengunjung tidak diizinkan pada tahap apapun sebelum orangutan
mampu mandiri sepenuhnya dan berhasil hidup di kawasan liar; 7. Staf penjaga yang bertugas untuk menyediakan dan memantau harus terbukti
bebas dari penyakit menular dan melakukan tugasnya berdasarkan kerangka acuan tugas yang ketat dalam hal kontak dekat dengan orangutan dan
perilakunya terhadap kelompok umur orangutan yang berbeda; 8. Proses reintroduksi dievaluasi teratur oleh suatu badan yang mandiri.
Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera memiliki beberapa tujuan. Adapun
tujuan utama Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera - Provinsi Jambi adalah :
a. Membentuk populasi-populasi baru orangutan untuk melestarikan keberlangsungan populasi dan habitatnya;
b. Memfasilitasi penegakan hukum terhadap satwa yang dilindungi secara efektif; c. Menegakkan prosedur formal karantina dan rehabilitasi;
d. Mengaplikasikan program reintroduksi dalam rangka memperluas area network yang dilindungi;
e. Mendorong kesadaran terhadap isu nyata dalam konservasi orangutan dan habitatnya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian