Pelestarian, Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap Bersejarah

inti yang dapat dikembangkan untuk difungsikan sebagai sarana sosial, ekonomi dan budaya yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian BCB dan situsnya.

2.3 Pelestarian, Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap Bersejarah

Menurut Nurisjah dan Pramukanto 2001, pelestarian lanskap bersejarah adalah usaha manusia untuk melindungi peninggalan atau sisa budaya dan sejarah terdahulu yang bernilai dari berbagai perubahan negatif yang merusak keberadaanya atau nilai yang dimilikinya. Tujuan dari upaya ini adalah untuk memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasar kekuatan aset-aset budaya lama, dan melakukan pencangkokan program-program yang menarik dan kreatif, berkelanjutan, partisipatif dengan memperhitungkan estimasi ekonomi. Nurisjah dan Pramukanto 2001 juga mengemukakan bahwa tujuan pelestarian lanskap terkait dengan aspek dan budaya secara lebih spesifik adalah untuk : 1. Mempertahankan warisan budayasejarah yang memiliki karakter spesifik suatu kawasan, seperti Jalan Malioboro di Yogyakarta, berbagai kawasanareal Pecinan, kota-kota peninggalan budayasejarah terdahulu. 2. Menjamin terwujudnya ragam dan kontras yang menarik dari suatu kawasan tertentu yang relatif modern akan memiliki kesan visual dan sosial yang berbeda. 3. Memenuhi kebutuhan psikis manusia, untuk dapat melihat dan merasakan eksistensi dalam alur kesinambungan masa lampau-masa kini-masa depan yang tercermin dalam objeklanskap untuk selanjutnya dikaitkan dengan harga diri, percaya diri, dan sebagai identitas diri suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. 4. Menjadikan motivasi ekonomi, dapat mendukung perekonomian kotadaerah bila dikembangkan sebagai kawasan tujuan wisata. 5. Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu. Sementara Goodchild 1990 mengemukakan beberapa alasan untuk melestarikan lanskap bersejarah, yaitu : 1. Lanskap bersejarah merupakan bagian yang penting dan integral dari warisan budaya cultural heritage. Keberadaannya dapat mendefinisikan warisan alam sebagai suatu referensi atau landmark yang dapat dimengerti dan juga bernilai penting.. 2. Lanskap bersejarah dapat menjadi bukti fisik dan arkeologi dari sejarah suatu warisan budaya. 3. Lanskap bersejarah memberi kontribusi untuk keberlanjutan pembangunan kehidupan berbudaya, keberadaannya dapat dimanfaatkan sebagai obyek yang dapat dikunjungi dan dipelajari. 4. Lanskap bersejarah dapat memberikan suatu kenyamanan publik public amenity , karena dapat menjadi tempat bersantai, rileks, rekreasi, serta dapat membangkitkan semangat dan menemukan inspirasi. 5. Lanskap bersejarah memiliki nilai ekonomis karena dapat memberikan keuntungan serta mendorong kepariwisataan. Ada beberapa tindakan pelestarian yang dapat diterapkan pada suatu kawasan atau bagiannya, yang terdiri dari satu tindakan atau campuran dari beberapa tindakan dengan kombinasi yang berbeda Goodchild, 1990. Beberapa tindakan pelestarian tersebut diantaranya adalah : 1. Rekontruksi, yaitu mengembalikan keadaan suatu obyek atau tempat yang pernah ada, tetapi sebagian besar telah hilang atau sama sekali hilang. 2. Preservasi, yaitu menjaga suatu obyek pada kondisi yang ada, dengan mencegah kerusakan dan perubahan. 3. Pemberian informasi, sebagai pedoman atau saran kepada pengelola, penghuni, dan pihak yang terkait, seperti pemerintah. 4. Meningkatkan pengelolaan dan perawatan pada tapak. 5. Perbaikan obyek, yaitu memperbaiki obyek yang telah rusak atau keadaannya telah memburuk dengan tidak merubah karakter atau keutuhan obyek. 6. Meningkatkan karakter sejarah pada tapak melalui tindakan perbaikan, rekonstruksi, atau pembuatan disain baru berdasarkan nilai sejarah. 7. Stabilitas dan konsolidasi, yaitu memperbaiki dan menyelamatkan obyek dari segi struktur tanpa mengubah atau dengan perubahan yang minimal pada penampakan dan keutuhan sejarahnya. 8. Memperbaiki karakter estetis dari tapak melalui tindakan perbaikan, pembaharuan, rekonstruksi, atau disain baru berdasarkan nilai sejarah. 9. Adaptasi atau revitalisasi, yaitu menyesuaikan suatu obyek pada suatu kawasan untuk keadaan atau penggunaan baru yang sesuai, yang dilakukan dengan pemahaman yang mendalam terhadap karakter sejarah yang dimiliki obyek, sehingga karakter dan keutuhan kawasan asli dapat tetap terpelihara. Selanjutnya Nurisjah dan Pramukanto 2001 juga mengemukakan beberapa pilihan bentuk tindakan teknis yang umumnya dilakukan dalam upaya pengelolaan lanskap bersejarah, yaitu sebagai berikut : 1. Adaptive use penggunaan adaptif Mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasikan berbagai penggunaan, kebutuhan, dan kondisi masa kini. Kegiatan model ini memerlukan pengkajian yang cermat dan teliti terhadap sejarah, penggunaan, pengelolaan dan faktor lain yang turut berperan dalam pembentukan lanskap tersebut. Pendekatan ini akan memperkuat arti sejarah dan memepertahankan warisan sejarah yang terdapat pada lanskap itu dan mengintergrasikannya dengan kepentingan, penggunaan dan kondisi sekarang yang relevan. 2. Rekonstruksi Pembangunan ulang suatu bentuk lanskap, baik secara keseluruhan atau sebagian dari tapak asli, yang dilakukan pada kondisi : - Tapak tidak dapat bertahan lama pada kondisi yang asli atau mulai hancur karena faktor alam - Suatu babakan sejarah tertentu yang perlu untuk ditampilkan - Lanskap yang hancur sama sekali sehingga tidak terlihat seperti kondisi awalnya - Alasan kesejarahan yang harus ditampilkan Pendekatan ini dapat diterapkan bila memenuhi syarat : - Tidak terdapat lagi peninggalan bersejarah, baik yang disebabkan karena hilang, hancur, rusak atau berubah. - Data sejarah, arkeologi, etnografis, dan lanskap memungkinkan pelestarian dapat dilakukan secara akurat dengan persyaratan minimal - Rekonstruksi dilakukan pada lokasi tapak asli original site - Tindakan yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya lain - Alternatif kebijakan dan studi kelayakan sudah dipertimbangkan dan pilihan alternatif dilakukan sejauh hanya untuk kepentingan tertenu, yaitu agar dapat memperlihatkan kepada masyarakat akan suatu makna sejarah dan untuk meningkatkan apresiasi terhadap nilai tersebut 3. Rehabilitasi Merupakan tindakan untuk meperbaiki utilitas, fungsi atau penampilan suatu lanskap bersejarah. Pada kasus ini, keutuhan lanskap dan struktursusunannya secara fisik dan visual serta nilai yang terkandung harus dipertahankan. Tindakan ini dilakukan dengan pertimbangan terhadap kenyamanan, lingkungan, sumber daya alam, dan segi administratif. 4. Restorasi Merupakan model pelestarian yang paling konservatif, yaitu pengembalian penampilan lanskap pada kondisi aslinya dengan upaya mengembalikan penampilan sejarah dari lanskap ini sehingga apresiasi terhadap karya lanskap ini tetap ada. Tindakan ini dilakukan melalui penggantian atau pengadaan elemen yang hilang atau yang tidak ada, atau menghilangkan elemen tambahan yang mengganggu. Tindakan ini dapat dilakukan secara keseluruhan murni atau hanya sebagian. 5. Stabilisasi Merupakan tindakan dalam melestarikan lanskap atau objek yang ada dengan memperkecil pengaruh negatif terhadap tapak. 6. Konservasi Merupakan tindakan yang pasif dalam upaya pelestarian untuk melindungi suatu lanskap bersejarah dari kehilangan atau pelanggaran atau pengaruh yang tidak tepat. Tindakan ini bertujuan untuk melestarikan apa yang ada saat ini, mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung serta mengarahkan perkembangan di masa depan, tindakan ini juga bertujuan untuk memperkuat karakter spesifik yang menjiwai lingkungantapak dan menjaga keselarasan antara lingkungan lama dan pembangunan baru mendekati perkembangan aspirasi masyarakat. Dasar tindakan yang dilakukan, umumnya adalah hanya untuk tindakan pemeliharaan. 7. Interpretasi Merupakan usaha pelestarian mendasar untuk mempertahankan lanskap aslialami secara terpadu dengan usaha yang dapat menampung kebutuhan dan kepentingan baru serta berbagai kondisi yang akan dihadapi masa ini dan yang akan datang. Pendekatan pelestarian dengan tindakan interpretasi ini mencakup pengkajian terhadap tujuan desain dan juga penggunaan lanskap sebelumnya. Desain yang baru haruslah mampu untuk memperkuat integritas nilai historis lanskap ini dan pada saat yang bersamaan juga mengintegrasikannya dengan program kegiatan tapak yang baru diintroduksikan. 8. Period setting, replikasi dan imitasi Merupakan tindakan penciptaan suatu tipe lanskap pada tapak tertentu yang non orginial site. Tindakan ini memerlukan adanya data dan dokumentasi yang dikumpulkan dari tapak serta berbagai pengkajian akan sejarah tapaknya sehingga pembangunan lanskap tersebut akan sesuai dengan suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya rencana baru. Penerapannya, umumnya tida secara luas tetapi hanya untuk situasi atau kasus tertentu. 9. Release Merupakan tindakan pengelolaan yang memperbolehkan adanya suksesi alam yang asli. Misalnya adalah diperbolehkannya vegetasi menghasilkan suatu produk tertentu secara alami pada suatu lanskap sejauh tidak merusak keutuhan atau merusak nilai historiknya. Tetapi tindakan ini memiliki kekurangan karena dapat memberikan andil terhadap kemungkinan hilang atau terhapusnya arti dan nilai sejarah dari lanskap dalam sistem budaya tersebut. 10. Replacement Merupakan tindakan substitusi atas suatu komuniti biotik dengan lainnya. Misalnya adalah penggunaan jenis tanaman penutup tanah ground cover yang dapat menampilkan bentukan lahan, contoh yang lain adalah substitusi spesies dengan spesies lain yang berkarakter sama pada taman- taman barat. Hal yang sama tidak dapat dilakukan pada taman timur karena taman timur memiliki nilai spiritual sehingga tidak dapat disubstitusikan atau digantikan dengan spesies lain. Sedangkan menurut Harvey dan Buggey 1988, beberapa tindakan yang perlu dilakukan terhadap lanskap bersejarah adalah : 1. Preservasi, yaitu mempertahankan tapak sebagaimana adanya tanpa memperkenankan adanya tindakan perbaikan dan perusakan pada obyek. Campur tangan rendah. 2. Konservasi, yaitu tindakan pelestarian untuk mencegah kerusakan lebih jauh dengan campur tangan secara aktif. 3. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki lanskap ke arah standar-standar modern dengan tetap menghargai dan mempertahankan karakter-karakter sejarah. 4. Restorasi, yaitu meletakkan kembali seakurat mungkin apa yang semula terdapat pada tapak. 5. Rekonstruksi, yaitu menciptakan kembali apa yang dulunya ada tetapi sudah tidak ada lagi pada tapak. 6. Meletakkan apa yang sesuai pada suatu periode, skala, penggunaan, dan seterusnya. Menurut Budihardjo 1997, konservasi arsitektur bukan berarti mengawetkan bangunan seperti keadaan aslinya, tapi bisa juga mewadahi kegiatan dan bahkan membangun baru, asal tidak bertentangan frontal dengan bangunan lama. Konsep konservasi yang dianjurkan adalah dengan menyuntikkan fungsi baru yang menguntungkan dari segi ekonomi. Adapun langkah-langkah konservasi yang dikemukakan oleh Goodchild 1990, terdiri atas : 1. Identifikasi tapak, yang meliputi identifikasi lokasi dan batas-batasnya 2. Deskripsi awal, yang memuat informasi yang tersedia serta karakter yang menonjol di kawasan 3. Asssesment awal, yang meliputi kondisi, karakter, dan general significance dari kawasan serta masalah yang mempengaruhinya 4. Penetapan tindakan yang diperlukan beserta pelakunya 5. Formulasi proposal atau kebijakan yang memerlukan assesment lebih detail 6. Pelaksanaan proposalkebijakan yang telah disetuji 7. Pengawasan tapak dan konservasinya, dan 8. Review, yang meliputi manajemen, pemeliharaan, konservasi, dan waktu. Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum pada Bab 1 Pasal 1, pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pengkajian, perlindungan, pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisonal, dan museum Bab 3 menjelaskan tentang wewenang dan tanggung jawab pengelolaan. Bagian pertama pasal 4 menjelaskan bahwa : 1. Gubernur memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional, dan museum 2. Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dilaksanakan oleh Dinas.

2.4 Lanskap Sejarah di Perkotaan