Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Gambar 4. Suryakencana tahun 1880 Gambar 5. Suryakencana tahun 2008 Sumber : www.kitlv.nl

4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Penduduk Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari berbagai macam etnis yang tersebar di seluruh wilayah, diantaranya etnis Cina, Arab dan penduduk pribumi yang merupakan pendatang dan tinggal secara turun-temurun di kota ini. Pendatang yang dimaksud berasal dari berbagai daerah baik dari wilayah Jawa Barat khususnya dari hinterland Kota Bogor melalui proses urbanisasi, sehingga masyarakat Kecamatan Bogor Tengah menjadi masyarakat yang heterogen. Umumnya etnis Cina di Kecamatan Bogor Tengah bermukim di Kelurahan Gudang dan Babakan Pasar yang juga mencakup Jalan Suryakencana, sementara etnis Arab bermukim di daerah Empang. Berbagai macam etnis dan budaya tersebut kemudian berbaur dan menciptakan kebudayaan baru yang unik, kebudayaan ini dapat terlihat pada saat Perayaan Cap Go Meh. Etnis Cina yang tinggal di Kelurahan Babakan Pasar dan Gudang memiliki persentase sebesar 30 dan sudah berbaur dengan masyarakat lokalpribumi sehingga jumlah mereka tidak terdata di kelurahan sebagai warga keturunan melainkan sebagai WNI Warga Negara Indonesia. Jumlah penduduk Kecamatan Bogor Tengah berdasarkan etnis dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Bogor Tengah berdasarkan Etnis Jumlah Orang Suku Bangsa etnis Laki-laki Perempuan Total Sunda Priangan 30.742 31.187 61.929 68,2 Jawa 4.438 4.046 8.484 9,3 Banten 29 32 61 0,07 Betawi 831 715 1.546 1,7 Cirebon 24 22 46 0,05 Batak Tapanuli 844 691 1.535 1,7 Cina 3.961 3.823 7.784 8,6 Minangkabau 1.298 1.127 2.425 2,7 Lainnya 3.560 3.486 7.046 7,8 Total 45.727 45.129 90.856 100 Sumber : BPS Bogor, 2007 Data tersebut didapatkan dari hasil sensus penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali 1990-2000, oleh karena itu jumlah penduduknya berbeda dengan sensus yang dilakukan pada tahun 2005. Pada tahun 2005, jumlah penduduk Kecamatan Bogor Tengah adalah 103.176 jiwa dengan kepadatan penduduk 127 jiwaHa, laju pertumbuhan penduduk selama 2001-2005 tercatat sebesar 2,79 pertahun. Kelurahan Babakan Pasar mencatat laju pertumbuhan rata-rata terbesar, yaitu 9,84 pertahun, sedangkan Kelurahan Gudang mencatat laju pertumbuhan rata-rata terendah, yaitu sebesar 0,09 pertahun. Jumlah penduduk di Kelurahan Babakan Pasar pada tahun 2005 adalah 10.251 jiwa dengan kepadatan penduduknya 244 jiwaHa, sedangkan Kelurahan Gudang pada tahun 2005 memiliki jumlah penduduk 7.655 jiwa dengan kepadatan penduduk 239 jiwaHa. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Bogor Tengah memiliki jumlah terbesar pada bidang jasa dan perdagangan. Fasilitas perniagaan di Kelurahan Babakan Pasar memiliki jumlah 129 unit warung, 217 unit toko dan 1unit pasar regional.Sedangkan fasilitas perniagaan di Kelurahan Gudang hanya terdiri dari 334 unit toko.

4.7.1 Sistem Kemasyarakatan

Dalam sistem kemasyarakatan orang Tionghoa, dikenal dua golongan masyarakat, yaitu golongan masyarakat Tionghoa totok dan golongan masyarakat Tionghoa peranakan. Menurut Tan 2008, golongan masyarakat Tionghoa totok adalah golongan masyarakat yang biasanya bukan berasal dari keturunan campuran, dimana keluarganya sudah berada di Indonesia selama 2 atau 3 generasi, telah memperoleh pendidikan bahasa Cina dan berorientasi budaya Cina, terutama diindikasikan dengan fakta bahwa mereka berbicara Mandarin atau salah satu dari dialek Cina lainnya di rumah, atau setidaknya generasi tertua yang melakukannya. Sedangkan masyarakat Tionghoa golongan peranakan adalah golongan masyarakat yang berasal dari keturunan campuran, dimana keluarganya sudah berada di Indonesia setidaknya selama 3 generasi, yang mungkin telah bersekolah pendidikan bahasa Cina tapi tidak berbicara Cina sebagai bahasa dirumahnya, dan orientasi budayanya lebih kearah budaya daerah tempat mereka tinggal. Golongan masyarakat Tionghoa peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkian, merasa dirinya lebih tinggi dari golongan Tionghoa totok karena mereka menganggap golongan Tionghoa totok umumnya berasal dari kuli dan buruh. Sebaliknya golongan masyarakat Tionghoa totok memandang rendah golongan Tionghoa peranakan karena mereka dianggap memiliki darah campuran. Dari segi pekerjaan, golongan Tionghoa peranakan banyak yang mendapatkan pendidikan universitas dan memiliki pekerjaan seperti dokter, pengacara dan lainnya tapi cukup banyak juga yang melakukan usaha bisnis dan perdagangan. Sementara golongan Tionghoa totok umumnya yang melakukan usaha bisnis dan perdagangan. Saat ini kawasan Pecinan Suryakencana masih didominasi oleh golongan Tionghoa totok walaupun generasi mudanya sudah mendapatkan pendidikan universitas dan memiliki pekerjaan seperti dokter, pengacara dan lainnya. Dari segi pergaulan, golongan masyarakat Tionghoa totok lebih erat berhubungan dengan dan antara sesama mereka sekalipun berbeda kelompok bahasanya daripada golongan masyarakat Tionghoa peranakan. Sampai saat ini beberapa orang tua golongan Tionghoa totok masih suka berkumpul di kelenteng setiap hari hanya untuk sekedar ngobrol. Dulu Lawang Seketeng dan Kampung Cincau yang merupakan kawasan industri Pecinan adalah pusat komunitas golongan masyarakat Tionghoa totok.

4.7.2 Pimpinan Masyarakat

Dulu Pemerintah Belanda mengangkat seseorang yang dipilih dari masyarakat sebagai pimpinan kawasan Pecinan. Pemimpin-pemimpin yang diangkat oleh Belanda itu memiliki pangkat Majoor pangkat tertinggi, Kapitein, Luitenant , dan Wijkmeester Ketua RW. Pemimpin ini mempunyai tugas sebagai perantara yang menghubungkan orang Tionghoa yang ingin mengurus sesuatu hal dengan pemerintah Belanda. Para pemimpin orang Tionghoa ini disebut Kongkoan dan sistem ini ada sampai kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemimpin–pemimpin tersebut sudah tidak berfungsi lagi. Tugas utama dari para pemimpin tersebut adalah menjaga ketertiban dan keamanan dari masyarakat Tionghoa, mengurus hal adat istiadat, kepercayaan, perkawinan, perceraian dan memutuskan segala hal. Kongkoan ini mempunyai hak mengadili segala perkara. Mereka juga dapat memberi nasehat pada pemerintah Belanda, terutama dalam masalah penarikan pajak, dan merupakan saluran dari peraturan-peraturan pemerintah terhadap masyarakat Tionghoa. Di kawasan Pecinan Suryakencana hanya terdapat Kapitein, Luitenant dan Wijkmeester saja. Mereka sangat dihormati oleh masyarakat setempat dan umumnya dipilih karena mereka mempunyai pengaruh yang besar dan dihormati di antara orang-orang Tionghoa dan orang kaya. Tugas kapitan Cina pada awalnya terpusat pada hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan dan ketertiban. Selain itu, tugasnya yang lain adalah mengumpulkan pajak kepala hoofdgeld der Chineezen , yang harus dibayarkan kepadanya pada tanggal satu setiap bulan. Untuk itu setiap hari pembayaran pajak ditandai dengan pengibaran bendera di depan kediaman Kapitan Cina. Berdasarkan wawancara dengan David Kwa 2 2008, pada kawasan ini terdapat dua keluarga yang paling berpengaruh dan kaya, yaitu keluarga Tan dan 2 Keterangan dari David Kwa 2008, pemerhati budaya Tionghoa Thung. Dapat dilihat pada Tabel 6 beberapa nama kapitan dan letnan Cina yang pernah ada di Bogor sejak tahun 1829-1934 didominasi oleh Keluarga Tan. Nama-nama kapitan dan letnan Cina lainnya sebelum tahun 1829 tidak tercatat sehingga tidak terdata dalam Regerings almanak. Saat ini pimpinan masyarakat mengikuti sistem pemerintahan Indonesia. Terdapat lurah untuk masing-masing kelurahan, dan ketua untuk RT dan RW di setiap kelurahan. Tabel 6. Daftar Nama Kapitan dan Letnan Tionghoa No Nama Kapitein Kapitein Titulair Luitenant Luitenant Titulair 01 Tan Oe Ko 1829-1860 02 Tan Soey Tiong 1860-1866 1839-1860 03 Phoa Tjeng Tjoan 1866-1878 1878-1880 1861-1866 Tan Kong Tjan 1869-1882 1861-1869 04 Tan Goan Piauw 1878-1883 1883-1890 1865-1878 Thio Tian Soe 1869-1879 Tan Keng Boen 1878-1879 05 Tan Goan Pouw 1883-1891 1891-1892 1879-1883 Thio Sian Lok 1879-1886 Thio Sian Tjiang 1883-1886 Khouw Oen Tek 1886-1889 06 Khouw Kim Tjiang 1891-1902 1886-1891 Tan Tjoen Hong 1891-1893 Tan Tjoen Kiat 1892-1898 Tan Tjoen Kie 1893-1895 07 Oey Ban Tjie 1903-1911 1895-1903 Thung Tjoen Ho 1910-1913 08 Tan Tjoen Tjiang 1912-1913 1911-1912 Lie Tjoe Tjin 1911-1913 Lie Beng Hok 1912-1913 Tan Hong Joe 1913-1919 Tan Hong Tay 1913-1926 Tan Tjoen Lien 1914-1919 Tan Hong Yoe 1925-1934 Tjan Soen Hay 1926-1934 Sumber : David Kwa, 2008

4.7.3 Sistem Perdagangan

Di tanah asalnya, orang Tionghoa bertani. Tapi di Indonesia berbeda karena pemilikan tanah ada di tangan orang pribumi dan orang Tionghoa sama sekali tidak diperbolehkan memiliki tanah. Kebebasan bergerak juga dihalang- halangi oleh suatu sistem surat jalan yang sangat mengekang dan tidak dapat dengan bebas bermukim di daerah pedalaman. Dengan demikian, sejak dulu orang Tionghoa di Indonesia harus mencari nafkah terutama di dalam bidang-bidang bukan pertanian, yaitu dalam bidang perdagangan perantara dan pertukangan. Aktivitas ekonomi masyarakat Tionghoa di kawasan Pecinan Suryakencana sepanjang masa kolonial berlangsung secara konstan. Mereka berfungsi sebagai perantara antara produsen pribumi dan pedagang grosir Belanda. Masyarakat Tionghoa mengontrol distribusi dan perdagangan eceran yang terkonsentrasi di perkotaan. Umumnya pedagang eceran inilah, yang berdagang makanan dan keperluan rumah tangga harian pada ruko. Dulu Lawang Seketeng merupakan pusat perdagangan ikan asin dan hasil bumi yang sangat besar di Kota Bogor. Hasil perdagangan banyak dijual ke Jakarta dan daerah lainnya. Meskipun saat ini Lawang Seketeng tetap menjadi tempat perdagangan ikan asin, tapi lebih untuk konsumsi warga lokal saja. Organisasi perdagangan orang Tionghoa di Indonesia berdasarkan sistem hubungan kekerabatannya sistem famili. Sebagian besar dari usaha orang Tionghoa adalah usaha kecil dan hanya cukup diurus oleh satu keluarga tanpa membutuhkan pekerja dari luar keluarga. Usaha tersebut dapat terdiri dari sebuah kantor dagang, toko atau sebuah gudang. Apabila usaha perdagangan itu menjadi besar, biasanya mereka membuka sebuah cabang di kota lain dalam bentuk yang sama, dipegang oleh seorang saudara atau kerabat lainnya. Hak milik dipegang seluruhnya dalam lingkungan keluarga dan famili dekat. Sehingga usaha anggota keluarga dapat dengan mudah dipersatukan, kalau mau membuat sebuah perseroan terbatas, kadang-kadang tidak perlu dari satu keluarga saja, tapi dapat pula dari satu she nama keluargamarga. Beberapa ruko lama seperti Puncak Foto Studio, Toko Ngesti dan Toko Dumbo yang terletak di Jalan Suryakencana masih bertahan dan dilanjutkan oleh generasi penerusnya.

V. IDENTIFIKASI LANSKAP PECINAN 5.1 Orientasi Kawasan