yang didasarkan atas Rencana Pengembangan dan Penataan Ruang Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2002-2012 tentang Rencana Pembagian Sub Bagian
Wilayah Kota Sub BWK. Dengan demikian lanskap sejarah kawasan Pecinan Suryakencana dan budayanya akan tetap lestari dan pembangunan ekonomi
daerah serta kesejahteraan masyarakat juga dapat tetap berkelanjutan.
6.2 Integritas Karakter Lanskap
Kawasan Pecinan Suryakencana ini masih memiliki karakteristik Cina yang masih terjaga. Keberadaaan bangunan-bangunan lama berarsitektur khas
Cina, keberadaan sungai yang mengapit kawasan Pecinan, suasana kehidupan masyarakatnya dan kegiatan budaya yang masih sering dilaksanakan pada hari-
hari tertentu masih dapat dilihat pada kawasan ini. Kondisi dan suasana Chinese ini dapat dilihat dan dirasakan terutama di sekitar Jalan Suryakencana dan Jalan
Roda.
6.2.1 Integritas Fisik
Integritas kawasan Pecinan secara fisik dapat terlihat pada orientasi kawasan yang masih dapat diidentifikasi. Keberadaan kawasan Pecinan tetap
dekat dengan sungai dan gunung sesuai dengan konsep awal kawasan. Jalan Suryakencana dan Jalan Siliwangi yang menjadi jalur naga juga tidak mengalami
perubahan berarti, perubahan yang dilakukan hanya berupa pelebaran jalan dan pembuatan trotoar. Kelenteng Hok Tek Bio tetap terletak di sebelah utara kawasan
dan tetap menghadap ke arah kawasan Pecinan. Perubahan yang terlihat adalah letak gerbang kelenteng. Letak gerbang awalnya menghadap arah selatan dan
sekarang menghadap ke arah barat karena adanya pembangunan pasar dan Yogya Plaza.
Integritas kawasan juga dapat terlihat pada pertokoan-pertokoan yang masih menunjukkan karakteristik Chinese. Baik pada arsitektur bangunan atau
jenis komoditi yang dijual. Lanskap kawasan masih merupakan lanskap perdagangan dan pemukiman dengan bangunannya yang masih berdempet rapat
dan tanpa adanya halaman. Banyak rumah makan atau kaki lima yang masih menjual makanan khas Tionghoa seperti Ngo Hiang, mie ayam, bakpau, bakcang,
kue bulan dan makanan khas Tionghoa lainnya. Berbagai ornamen Chinese juga banyak dijual di toko-toko, terutama saat menjelang Hari Raya Imlek. Namun
pembangunan kembali pertokoan di kawasan ini tidak lagi mengikuti arsitektur Chinese
sehingga semakin mengurangi karakter kawasan. Selanjutnya, elemen lanskap sejarah yang terdapat di kawasan Pecinan
Suryakencana, khususnya elemen lanskap bersejarah yang dijelaskan dalam studi, masing-masing memiliki nilai sejarah dan berarsitektur khas Chinese yang sangat
penting untuk dijaga. Adapun nilai integritas elemen lanskap sejarah secara sederhana dipengaruhi oleh kondisi fisik elemen dan kondisi lingkungannya.
Kondisi fisik elemen lanskap sejarah dilihat berdasarkan keaslian, keutuhan dan kualitas fisik elemenTabel 8..
Tabel 8. Nilai Integritas Elemen Lanskap Sejarah
Faktor Keberlanjutan Lanskap
Sejarah Nilai
Historis Status
Pengelola Kondisi
Fisik Elemen Lingkungan
Nilai Integritas
Kelenteng Hok Tek Bio
BCB Yayasan
Dhanagun 3 1 4
Rumah Kapitan Tan
BCB Pribadi 3
2 5
Rumah Keluarga Thung
BCB Pribadi 3
2 5
Bangunan Bekas Hotel Pasar
Baroe BCB Pribadi
1 1
2 Jalan
Suryakencana Tinggi
Pribadi dan Pemda
Bogor 2 2 4
Rumah Abu Keluarga Thung
BCB Pribadi 2
2 4
Yayasan Kematian
Pulasara BCB
Yayasan Pulasara
3 2 5 Kelenteng Pan
Koh Vihara
Mahabrahma BCB
Yayasan Dhanagun
2 1 3 Vihara
Dharmakaya BCB Pribadi
3 2
5 Rumah Bekas
Keluarga Thung BCB Pribadi
1 1
2 Jalan Roda
Tinggi Pribadi dan
pemda Bogor
2 2 4 Rumah Tinggal
BCB Pribadi
2 2 4
Rumah Tinggal kosong
BCB Pribadi
1 1 2
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 2 4
Tan Ek Tjoan BCB Pribadi
1 1 2
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 2 4
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 1 3
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 1 3
Bioskop City BCB Pribadi
1 1 2
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 1 3
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 1 3
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 1 3
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 2 5
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 2 5
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 2 5
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 2 5
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 2 5
Perusahaan Meubel Rumah
Tinggal BCB Pribadi
2 2 4
Salon “LELY” BCB Pribadi
3 1 4
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 2 4
Sekolah Minggu Gereja Kristus
BCB Pengelola
Gereja
3 3 6
Kantor Perhutani BCB
Perum Perhutani
3 2 5
Mardi Yuana BCB
Yayasan Mardi
Yuana
3 2 5
Asrama IPB BCB
Pengelola asrama
3 2 5
Sukasari Rumah Tinggal
BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Pabrik Ban “PT. Mutu Mas”
BCB Pribadi
1 1 2
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
3 3 6
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 3 5
Rumah Tinggal kosong
BCB Pribadi
1 2 3
Rumah Tinggal BCB Pribadi
2 3 5 Keterangan : baik = 3
Σ Nilai 4-6 = nilai baik sedang = 2
2-3 = nilai tidak baik kurang = 1
Tinggi = karena elemen utama pada kawasan Pecinan sejak awal pembentukan Dari seluruh elemen lanskap sejarah terdapat dua elemen yang bukan
berstatus BCB yang keberadaannya dilindungi oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya. Meskipun begitu keberadaannya tidak boleh diabaikan, pemerintah harus memberi perhatian yang serius untuk menjaga keberlanjutannya mengingat
elemen lanskap sejarah ini juga berumur lebih dari 50 tahun dan sarat dengan nilai
sejarah di dalamnya. Letak elemen yang berstatus BCB terpusat pada Jalan Suryakencana, Jalan Roda dan Jalan Siliwangi.
Elemen lanskap yang mempunyai kondisi fisik yang baik dapat lebih terjaga keberlanjutannya dibandingkan dengan elemen lanskap yang kondisi
fisiknya kurang terawat atau walaupun kondisi fisiknya cukup baik akan tetapi terancam dengan pertumbuhan ekonomi dan maraknya bangunan baru.
Setiap elemen lanskap ini dikelola oleh masing-masing pengelola, ada organisasi internal pengelola yang secara langsung mengelola elemen lanskap
sejarah, namun ada pula yang berperan sebagai pengontrol aktivitas pengelolaan seperti Kelenteng Hok Tek Bio yang dikelola oleh Yayasan Dhanagun di bawah
pengawasan Direktorat Purbakala dan Permuseuman. Tindakan pelestarian dan pengelolaan yang dilakukan pada masing-masing elemen berbeda-beda sesuai
dengan kondisi fisik dan fungsinya saat ini. Untuk menjaga kelestarian elemen lanskap sejarah ini perlu adanya pengukuhan secara tertulis bahwa bangunan yang
ada dilindungi oleh negara dan dalam pengelolaannya pemerintah juga perlu turut serta. Tidak hanya tertulis saja, tapi diperlukan juga bentuk yang nyata dalam
upaya perlindungan dan pelestarian elemen lanskap sejarah tersebut. Masing-masing elemen lanskap sejarah pada studi ini memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda-beda. Lingkungan yang dapat mendukung kelestarian dan keberlangsungan lanskap dan elemen lanskap sejarah sebaiknya adalah
lingkungan dapat berfungsi juga sebagai daerah penyangga sehingga akan dapat menonjolkan nilai-nilai yang terkandung pada sebuah lanskap sehingga dapat
diinterpretasikan dengan lebih baik dan dapat menjadi pembatas bagi pengaruh dari lingkungan di sekitarnya. Selain itu, kondisi sosial lingkungan yang kondusif
yaitu berupa dukungan dari masyarakat sekitar yang peduli akan keberadaan elemen lanskap sejarah juga dapat mendukung keberlanjutan lanskap sejarah.
Kebijakan pelestarian yang ada sudah cukup untuk mendukung keberlanjutan lanskap kawasan dan elemen lanskap bersejarah yang ada di
dalamnya. Meskipun berbagai kebijakan pelestarian telah dibuat namun dalam pelaksanaanya belum memperlihatkan hasil yang signifikan, salah satu contohnya
adalah bangunan bekas Hotel Pasar Baroe yang kondisinya memprihatinkan.
Bangunan yang telah berstatus BCB pun belum tentu memiliki kondisi fisik yang baik.
6.2.2 Elemen Non-Fisik Intangible
Karakteristik Chinese
yang masih terjaga tidak hanya dari keberadaaan bangunan-bangunan lama berarsitektur khas Cina, tetapi juga dari berbagai fungsi
seperti fungsi budaya, ekonomi dan sosial kawasan. Kegiatan budaya masih sering dilaksanakan pada hari-hari tertentu dan masih dapat dilihat pada kawasan ini.
Masyarakat kawasan Pecinan Suryakencana memiliki adat dan budaya yang sudah mereka miliki sejak pertama kalinya kedatangan bangsa Cina ke Indonesia. Adat
dan budaya ini dilakukan secara turun temurun. Seperti yang dapat dilihat dari hasil persepsi masyarakat didapatkan hasil bahwa 90 masyarakat masih
melaksanakan adat dan budayanya. Keberlanjutan adat dan budaya Tionghoa mulai terlihat lagi di kawasan ini
sejak adanya Keputusan Presiden Kepres 62000 tentang pencabutan Inpres 141967 yang mengatur penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan
adat istiadat Cina, tanpa memerlukan izin khusus. Hal ini baru terlihat pada acara Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh yang diadakan secara besar-besaran di
kawasan Pecinan Suryakencana. Walaupun aktivitas adat dan budaya lainnya juga dilaksanakan secara rutin, tapi pelaksanaannya tidak semeriah Cap Go Meh dan
lebih dilakukan oleh internal keluarga saja. Aktivitas ekonomi yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat
Pecinan sejak dulu juga masih dilakukan. Kawasan Pecinan Suryakencana tetap dikenal sebagai salah satu kawasan perdagangan khususnya perdagangan
Tionghoa. Kawasan Pecinan yang tetap menjadi kawasan pemukiman etnis Tionghoa dengan dominasi masyarakat Tionghoa juga merupakan elemen non-
fisik yang mempengaruhi integritas lanskap.
6.3 Aspek Legal dan Pengelolaan