Aspek Legal dan Pengelolaan

Bangunan yang telah berstatus BCB pun belum tentu memiliki kondisi fisik yang baik.

6.2.2 Elemen Non-Fisik Intangible

Karakteristik Chinese yang masih terjaga tidak hanya dari keberadaaan bangunan-bangunan lama berarsitektur khas Cina, tetapi juga dari berbagai fungsi seperti fungsi budaya, ekonomi dan sosial kawasan. Kegiatan budaya masih sering dilaksanakan pada hari-hari tertentu dan masih dapat dilihat pada kawasan ini. Masyarakat kawasan Pecinan Suryakencana memiliki adat dan budaya yang sudah mereka miliki sejak pertama kalinya kedatangan bangsa Cina ke Indonesia. Adat dan budaya ini dilakukan secara turun temurun. Seperti yang dapat dilihat dari hasil persepsi masyarakat didapatkan hasil bahwa 90 masyarakat masih melaksanakan adat dan budayanya. Keberlanjutan adat dan budaya Tionghoa mulai terlihat lagi di kawasan ini sejak adanya Keputusan Presiden Kepres 62000 tentang pencabutan Inpres 141967 yang mengatur penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat Cina, tanpa memerlukan izin khusus. Hal ini baru terlihat pada acara Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh yang diadakan secara besar-besaran di kawasan Pecinan Suryakencana. Walaupun aktivitas adat dan budaya lainnya juga dilaksanakan secara rutin, tapi pelaksanaannya tidak semeriah Cap Go Meh dan lebih dilakukan oleh internal keluarga saja. Aktivitas ekonomi yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pecinan sejak dulu juga masih dilakukan. Kawasan Pecinan Suryakencana tetap dikenal sebagai salah satu kawasan perdagangan khususnya perdagangan Tionghoa. Kawasan Pecinan yang tetap menjadi kawasan pemukiman etnis Tionghoa dengan dominasi masyarakat Tionghoa juga merupakan elemen non- fisik yang mempengaruhi integritas lanskap.

6.3 Aspek Legal dan Pengelolaan

Setelah orde baru, pada 16 September 1998, Presiden BJ Habibie mengeluarkan Instruksi Presiden Inpres 26 1998 yang menghapuskan penggunaan istilah pribuminon-pribumi. Presiden Habibie juga mengeluarkan Inpres 41999 tentang penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia SBKRI, dan diperbolehkannya pelajaran Bahasa Mandarin. Menindaklanjuti kebijakan progresif tersebut, Presiden Abdurrahman Wahid menerbitkan Keputusan Presiden Kepres 6 2000 tentang pencabutan Inpres 141967 yang mengatur penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat Cina, tanpa memerlukan izin khusus. Selanjutnya, Presiden Megawati menerbitkan Kepres 19 2002 yang menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional. Puncak dari langkah revolusioner itu adalah lahirnya Undang-Undang UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan yang disahkan di Dewan Perwakilan Rakyat pada 11 Juli 2006. Setelah diberlakukannya peraturan-peraturan tersebut, berbagai aktivitas sosial budaya masyarakat Cina di kawasan Pecinan Suryakencana mulai terlihat kembali, seperti atraksi barongsai, liong, perayaan Cap Go Meh dan lainnya. Aktivitas ini juga tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Cina, tetapi oleh seluruh masyarakat Bogor. Sedangkan upaya pemerintah dalam pelestarian lanskap bersejarah adalah dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan mengenai pelestarian benda-benda bersejarah. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya BCB yang mengatur mengenai kriteria-kriteria BCB yang harus dilestarikan dan acuan pelestariannya, seperti pengaturan bagi penguasaan, pemilikan, penemuan, pencarian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan Benda Cagar Budaya. Pelaksanaan dari Undang- Undang No. 5 Tahun 1992 tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 Tahun 1993 yang diantaranya berisi kepemilikan, perlindungan dan pemeliharaan, serta pembinaan dan pengawasan BCB. Selain itu, juga terdapat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 087P1993 Tentang Pendaftaran Benda Cagar Budaya, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062U1995 Tentang Pemilikan, Penguasaan, pengalihan dan Penghapusan Benda Cagar Budaya danatau Situs, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 063U1995 Tentang Perlindungan dan Pemeliharaan Benda Cagar Budaya, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 064U1995 Tentang Penelitian dan Penatapan Benda Cagar Budaya dan atau Situs. Dan akhirnya, melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum di Jawa Barat. Walaupun sudah banyak peraturan yang dibuat namun dalam kenyataan pelaksanaan di lapang ditemukan masih banyak kendala yang harus dihadapi. Masih banyak bangunan tua yang terbengkalai dan memerlukan tindakan pemeliharaan, pengelolaan, bahkan perbaikan untuk mempertahankan keberadaannya. Beberapa bangunan tua yang yang bersejarah dihancurkan dan diganti dengan bangunan baru untuk kepentingan ekonomi. Selain itu dibutuhkan suatu peraturan untuk melindungi kawasan agar karakteristik Tionghoa tidak hilang seiring dengan berkembangnya kawasan. 6.4 Persepsi dan Dukungan Masyarakat 6.4.1 Persepsi Masyarakat