4.5 Jaringan Transportasi dan Aksesibilitas
Pada Kawasan Pecinan Suryakencana terdapat beberapa jalan seperti Jalan Suryakencana, Jalan Roda, Jalan Pedati dan lainnya. Jalan Suryakencana adalah
jalan arteri primer Kota Bogor. Letaknya yang strategis dan tegak lurus dengan Kebun Raya Bogor membuatnya aksesibilitasnya relatif mudah. Pada kawasan ini
juga terdapat trotoar yang beberapa bagiannya sudah mulai rusak, berlubang dan licin saat hujan. Karena sirkulasi hanya satu arah, maka kendaraan hanya dapat
melalui Jalan Suryakencana dan Jalan Roda dari arah Pasar Bogor, sementara Kampung Cincau hanya dapat dilalui dari arah Gang Aut.
Untuk mencapai Kawasan Pecinan Suryakencana dapat menggunakan berbagai alternatif sarana transportasi umum maupun pribadi. Bila menggunakan
sarana transportasi umum dapat menggunakan angkutan umum 02 dari Bubulak, 03 dari Ciapus, 04 dari Rancamaya, 04A dari Cihideung, 05 dari Cimahpar,
06 dari Ciheuleut, 08 dari Warung Jambu, 10 dari Merdeka, 11 dari Baranang Siang, 18 dari Mulyaharja dan bemo.
4.6 Sejarah Perkembangan Kawasan Pecinan Suryakencana
Pada masa penjajahan Belanda, orang-orang Cina telah berjasa menemukan teknik baru pengolahan padi, pompa berpedal, pemeras kelapa, bajak,
teknik pembuatan garam, serta teknik-teknik lainnya kepada penduduk setempat. Organisasi Cina di Hindia-Belanda yang pada mulanya berkecimpung dalam
bidang sosial-budaya juga mulai mengarah kepada politik, dengan tujuan menghapuskan perlakukan diskriminatif terhadap orang-orang Cina di Hindia
Belanda dalam bidang pendidikan, hukumperadilan, status sipil, beban pajak, hambatan bergerak dan bertempat tinggal.
Melihat kenyataan ini pemerintah Hindia Belanda kemudian mulai melakukan politik pecah belah atau segregasi dengan memaksa orang-orang Cina
bermukim di tempat-tempat tertentu Wijkenstelsel untuk memisahkan orang- orang Cina dari penduduk setempat. Untuk keluar dari permukiman tersebut
orang-orang Cina harus dibekali surat ijin tertentu Passenstelsel . Bagi yang melanggar akan diadili oleh politie roll, sebuah pengadilan tanpa hak membela
diri. Puncak dari politik segregasi Belanda ini adalah dengan membagi-bagi
kedudukan hukum penduduk Hindia Belanda menjadi tiga kelompok, yaitu yang pertama kelompok orang Eropa termasuk di dalamnya orang Indo Eropa, Yang
kedua kelompok Vreemde Oosterlingen atau Orang Timur Asing yang terdiri dari orang Cina, Arab dan orang Asia lainnya. Yang ketiga adalah kelompok Inlander
atau bumiputera http:www.hikmahbudhi.orgnews.php?id=63. Di Buitenzorg, J.J. Rochussen 1845-1851 pada tanggal 6 Juli 1845
menetapkan keputusan pemerintah Hindia Belanda tentang peraturan pemukiman di Kota Bogor yang isinya antara lain :
- Orang Eropa dan yang disamakan haknya diberi izin membangun rumah di
sebelah barat Jalan Raya sekarang Jalan Sudirman mulai dari Pal Putih Witte Paal atau Pilar Pabaton sampai sebelah selatan kebun raya dan
Paledang. -
Orang Cina diberi peruntukan lahan di daerah yang berbatasan dengan Jalan Raya sepanjang Jalan Suryakencana Handelstraat atau Jalan
Perniagaan sesuai dengan fungsinya sebagai sentra ekonomi kota yang terletak tepat di antara dua sungai Ciliwung di timur dan Cipakancilan di
barat sampai tanjakan Empang. Setelah dihapuskannya Wijkenstelsel pada 1915, pembauran permukiman
Cina dan Pribumi semakin pesat di kawasan ini. Kawasan Suryakencana sekarang tidaklah berbeda jauh dengan kawasan Suryakencana yang dulu. Kawasan ini
masih dihuni mayoritas masyarakat Tionghoa dan menjadi pusatsentral perekonomian dengan mayoritas pebisnisnya adalah masyarakat Tionghoa dan
beberapa tradisi serta budaya yang masih dipertahankan. Sayangnya karakter fisik Pecinan Suryakencana sendiri memudar seiring
dengan perkembangan zaman, kawasan ini semakin berkembang dan kurang tertata, bangunan lama sudah mulai tergusur dengan bangunan baru, dan sejumlah
masalah lainnya yang timbul karena kurangnya inisiatif dari masyarakat Cina untuk melestarikan objek-objek sejarah yang terdapat pada kawasan Pecinan
Suryakencana. Gambar 4 menunjukkan suasana Pecinan Suryakencana tahun 1880, sedangkan Gambar 5 menunjukkan suasana Pecinan Suryakencana tahun
2008.
Gambar 4. Suryakencana tahun 1880 Gambar 5. Suryakencana tahun 2008
Sumber : www.kitlv.nl
4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat