Sifat Anatomis Sifat Fisis Sifat Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bambu Secara Umum

Bambu merupakan sumberdaya hutan bukan kayu yang termasuk dalam keluarga Graminae, suku Bambuseae, dan sub famili Bambusoideae. Bambu memiliki karakteristik seperti kayu. Bambu terdiri atas batang, akar rhizoma yang kompleks dan mempunyai sistem percabangan dan tangkai daun yang menyelubungi batang Dransfield dan Widjaja 1995. Bambu merupakan tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas, berongga, mempunyai cabang, berimpang, dan mempunyai daun buluh yang menonjol Heyne 1987. Barly 1999 menyatakan bahwa bambu memiliki bentuk batang bulat, lancip, dan tidak ada pertumbuhan ke samping radial growth seperti pada kayu. Batangnya melengkung di bagian ujung sebagai akibat beban dari daun. Bagian batang yang lurus kurang lebih 23 dari keseluruhan panjang batang. Kulit batang tidak mengelupas, melekat kuat dan sukar ditembus oleh cairan. Dalam keadaan utuh, bambu relatif sukar atau lambat kering. Apabila pengeringan terlalu cepat akan mengalami pecah atau retak. Bambu merupakan tanaman serbaguna yang pertumbuhannya cepat dan mudah dalam pengerjaannya Dransfield dan Widjaja 1995. Bambu dapat berkembang baik di daerah tropis dan sub tropis dengan preferensi iklim yang disukai adalah wilayah yang memiliki hujan lebat. Tanaman bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air.

2.1.1. Sifat Anatomis

Kolom bambu terdiri atas sekitar 50 parenkim, 40 serat dan 10 sel penghubung pembuluh dan sieve tubes. Parenkim dan sel penghubung lebih banyak ditemukan pada bagian luar. Sedangkan susunan serat pada ruas penghubung antar buku memiliki kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang Dransfield dan Widjaja 1995.

2.1.2. Sifat Fisis

Kadar air cenderung bertambah dari bawah ke atas pada bambu yang berumur 1 - 3 tahun dan lebih banyak presentasenya saat musim penghujan dibandingkan dimusim kemarau. Biasanya bila batang bambu sudah berumur lebih dari tiga tahun akan mengalami penurunan kadar air. Kadar air batang bambu muda berkisar antara 50 - 99 dan dewasa berkisar 80 - 150 sedangkan pada batang bambu tua bervariasi antara 12 - 18 Dransfield dan Widjaja 1995. Hasil penelitian Hadjib dan Karnasudirdja 1986 menunjukkan berat jenis bambu berkisar antara 0.55 - 0.71 kgcm 2 . Nuriyatin 2000 menujukkan bahwa berat jenis bagian ujung bambu lebih tinggi daripada bagian pangkal bambu. Distribusi ikatan vaskuler dapat dijadikan sebagai indikasi nilai berat jenis bambu. Menurut Dransfield dan Widjaja 1995, dimensi digunakan sebagai parameter dalam penentuan berat jenis.

2.1.3. Sifat Kimia

Penelitian sifat kimia bambu telah dilakukan oleh Gusmailina dan Sumadiwangsa 1988 meliputi penetapan kadar selulosa, lignin, pentosan, kadar abu, silika, serta kelarutan dalam air dingin, air panas, dan alokhol benzen. Hasil pengujian menunjukan bahwa kadar selulosa berkisar antara 42.4 - 53.6. Kadar lignin bambu berkisar antara 19.8 -26.6, sedangkan kadar pentosan 1.24 - 3.77. Kadar abu 1.24 – 3.77, kadar silika 0.10 - 1.78, kadar ekstraktif kelarutan dalam air dingin 4.5 - 9.9, kadar ekstraktif kelarutan dalam air panas 5.3 - 11.8 , kadar ekstraktif kelarutan dalam alkohol benzen 0.9 - 6.9.

2.2. Bambu Tali Giganthochloa apus BI. Ex Schult.f. Kurz