Pengaruh Jenis dan Bahan Bambu Terhadap Penampilan Finishing-nya Berat Labur Bahan Finishing yang Digunakan

F = Anyaman bambu betung berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan aqua. G = Anyaman bambu tali berbahan daging bambu yang diaplikasikan melamin. H = Anyaman bambu tali berbahan daging bambu yang diaplikasikan nitroselulosa. I = Anyaman bambu tali berbahan daging bambu yang diaplikasikan aqua. J = Anyaman bambu tali berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan melamin. K = Anyaman bambu tali berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan nitroselulosa. L = Anyaman bambu tali berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan aqua.

4.2. Pengaruh Jenis dan Bahan Bambu Terhadap Penampilan Finishing-nya

Jenis bambu yang digunakan pada penelitian ini adalah bambu Betung dan bambu Tali dengan 2 jenis variasi bahan yaitu daging bambu serta campuran daging dan kulit bambu. Dari finishing dengan teknik batik didapatkan hasil bahwa bambu Betung menghasilkan warna yang lebih gelap dibandingkan dengan bambu Tali Gambar 9. Hal ini disebabkan karena anyaman bambu Betung memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan bambu Tali sehingga pewarna napthol dapat dengan baik diserap oleh bahan anyman bambu Betung. Dari variasi yang digunakan, kulit bambu menghasilkan warna yang tidak bagus atau warna yang dihasilkan tidak begitu jelas Gambar 10. Hal ini disebabkan karena kulit bambu memiliki lapisan seperti lilin sehingga cairan tidak dapat menembus kulit termasuk pewarna napthol. Gambar 9. Penampilan finishing batik pada anyaman berbahan daging bambu Betung A dan bambu Tali B. A B Gambar 10. Perbedaan penampilan finishing batik antara kulit bambu dan daging bambu.

4.3. Berat Labur Bahan Finishing yang Digunakan

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa wood filler kurang cocok diaplikasikan pada finishing teknik batik karena penggunaan wood filler menghasilkan warna yang kurang tegas pada bahan yang dibatik. Dengan demikian penggunaan wood filler tidak disarankan pada finishing teknik batik. Hal ini berbeda dengan teknik finishing pada umumnya yang mensyaratkan penggunaan wood filler terlebih dahulu untuk mencapai hasil yang baik. Berat labur rata-rata wood filler untuk kedua jenis bambu dan variasinya berkisar antara 0.0058 - 0.0067 grcm 2 . Pada penelitian ini digunakan 3 jenis sanding sealer, yaitu impra Melamine Sanding Sealer MSS-123, Sanding Sealer SS-121, dan Impra Aqua Sanding Sealer ASS-941. Sanding sealer dipilih karena tampilan akhir yang diinginkan adalah flat atau close pore. Sanding sealer memiliki lebih banyak talc dibandingkan dengan sealer. Sanding sealer dipergunakan untuk membantu meratakan permukaan sehingga dapat berfungsi pula sebagai pengganti wood filler. Pada penelitian ini sanding sealer diaplikasikan 1 kali. Berat labur sanding sealer yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Kulit Daging Tabel 2. Berat labur sanding sealer. No. Sampel Berat Labur grcm 2 Melamin Nitroselulosa Aqua 1 BD 0.0033 0.0032 0.0024 2 BC 0.0036 0.0022 0.0011 3 TD 0.0026 0.0023 0.0028 4 TC 0.0035 0.0026 0.0020 Keterangan: Bambu Betung B, bambu Tali T; bahan daging bambu D, bahan campuran daging dan kulit bambu C. Berat labur sanding sealer pada masing-masing aplikasi tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan pengaplikasian sanding sealer sama-sama menggunakan spray gun dengan tekanan 4.5 kgcm 2 . Dari hasil tabel di atas didapatkan berat labur rata-rata sanding sealer untuk jenis melamin sebesar 0.0033 grcm 2 , untuk nitroselulosa sebesar 0.0026 grcm 2 , dan aqua sebesar 0.0021 grcm 2 . Pada sistem melamin berat labur yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan yang lain. Hal ini disebabkan kadar padatan melamin cukup tinggi, yaitu 52-58 untuk komponen A dan ± 29 untuk komponen B hardener dengan jumlah pelarut thinner 616 dari campuran total. Pada sistem nitoselulosa kadar padatannya sebesar 33-35 dengan jumlah pelarut thinner 12 dari campuran total. Pada sistem aqua pelarut yang diberikan berupa air dengan jumlah pelarut sebesar 12 dari campuram total, berbeda dengan kedua sistem yang lain pada sistem aqua penguapan pelarut lebih lama karena penguapan air lebih lama bila dibandingkan dengan thinner. Tabel 3. Berat labur top coat. No Sampel Berat Labur grcm 2 Melamin Nitroselulosa Aqua 1. BD 0.0046 0.0042 0.0047 2. BC 0.0053 0.0050 0.0026 3. TD 0.0060 0.0053 0.0047 4. TC 0.0073 0.0072 0.0048 Keterangan: Bambu Betung B, bambu Tali T; bahan daging bambu D, bahan campuran daging dan kulit bambu C. Hasil pada Tabel 3 menyajikan berat labur rata-rata top coat untuk jenis melamin tidak berbeda jauh dengan nitroselulosa, yaitu 0.0058 grcm 2 untuk melamin dan 0.0054 grcm 2 untuk nitroselulosa. Sedangkan pada aqua berat labur rata-rata yang didapat adalah sebesar 0.0042 grcm 2 . Pada produk impra melamine lacquer mempunyai beberapa kelebihan, yaitu lapisan film keras dan tebal hingga dapat menutup serat substrat, tahan solvent dan air, harga relatif murah, namun produk ini juga memiliki kekurangan yaitu bahannya bersifat racun. Pada produk impra nitrocellulose lacquer memiliki beberapa kelebihan, yaitu tidak beracun, terlihat alami, dan mudah di-refinish sedangkan kekurangan pada produk ini adalah daya tahan mekanis dan kimia rendah, sensitif terhadap kelembaban, dan solid content-nya rendah. Impra aqua wood finish merupakan produk dari PT. Propan Raya dengan sistem finishing kayu yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia. Impra aqua wood finish terdiri dari serangkaian produk finishing kayu water based berpelarut air yang diformulasikan dari bahan-bahan yang tidak mengandung logam berat heavy metal seperti timah hitam lead, Pb dan air raksa mercury, Hg, dan bahan kimia lain yang dapat menyebabkan kanker, gangguan pernapasan, gangguan sistem hormonal, dan gangguan kesehatan lainnya. Produk impra aqua wood finish mengandung kadar VOC Volatile Organic Compound yang sangat rendah, disebut “Low VOC”. VOC yang terlepas ke udara bebas, baik pada saat pengecatan maupun saat pengeringan, akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan manusia. Karena menggunakan air sebagai pelarutnya, produk impra aqua wood finish hanya mengeluarkan emisi pelarut organik yang sangat rendah, di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh peraturan internasional. Selain itu, impra aqua wood finish juga tidak berbau, dan tidak mengandung formaldehida.

4.4. Cacat yang Terjadi Selama Proses Finishing