Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik

Penelitian mengenai finishing dengan menggunakan teknik batik ini menerapkan kombinasi beberapa urutan proses pengerjaan. Pada kombinasi pertama tahapan awal yang dilakukan adalah dengan mengaplikasikan wood filler berpelarut oil pada permukaan anyaman bambu sebelum proses pembatikan. Pada proses pembatikan tahapan yang dilakukan adalah pemalaman, pewarnaan dan penglorotan. Hasil yang diperoleh pada kombinasi ini ternyata tidak bagus. Wood filler yang diberikan menutup pori-pori dari anyaman bambu sehingga pewarna napthol tidak dapat menyerap secara sempurna ke dalam pori-pori anyaman yang mengakibatkan tampilan warna yang dihasilkan kurang baik. Kombinasi kedua dicobakan dengan mengaplikasikan wood filler yang berpelarut air dengan harapan pewarna napthol dapat meresap dengan baik kedalam pori-pori anyaman bambu. Proses selanjutnya sama yaitu pemalaman, pewarnaan, dan penglorotan. Hasil yang diperoleh pada kombinasi kedua ternyata tidak berbeda jauh dengan kombinasi pertama. Wood filler yang telah berikatan dengan pewarna napthol sebagian tercuci pada saat penglorotan yaitu perebusan dengan menggunakan air panas pada saat palarutan malam. Hal ini mengakibatkan warna yang dihasilkan tidak terlalu tegas atau pudar. Bahkan pada anyaman bambu yang berbahan campuran daging dan kulit bambu, warna yang menempel dapat terkelupas dari bahan kulit bambu. Hal ini dapat disebabkan karena kulit bambu memiliki lapisan seperti lilin sehingga wood filler sekaligus pewarna napthol tidak dapat menembus dan berikatan dengan baik dengan kulit bambu. Tahapan proses finishing teknik batik kombinasi pertama dan kedua disajikan pada Gambar 4. Penampilan permukaan teknik batik yang dicobakan pada kombinasi pertama dan kedua disajikan pada Gambar 5. Gambar 4. Tahapan proses finishing kombinasi pertama dan kedua. Ampelas dengan kertas ampelas nomer 180 untuk menghilangkan debu, kotoran dan bulu- bulu pada anyaman ANYAMAN BAMBU Wood filler oil base SH 113 diaplikasikan dengan kuas kemudian diampelas dengan kertas ampelas nomer 240 FILLING oil base Wood filler water base AWF 911 diaplikasikan dengan kuas kemudian diampelas dengan kertas ampelas nomer 240 FILLING water base Menggunakan alat berupa canting, malam, dan kompor NYANTING Pembuatan motif dengan pensil Pewarnaan dilakukan 3 tahap: 1. Pewarna napthol ASG, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah B. 2. Pencantingan kembali, lalu pewarnaan kedua dengan pewarna napthol ASOL, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah GG. 3. Pencantingan kembali, lalu pewarnaan kedua dengan pewarna napthol Soga 91, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah B. PEWARNAAN NGLOROT Proses penghilangan malam dengan perebusan dengan air mendidih yang dicampur soda abu Pembuatan motif dengan pensil Menggunakan alat berupa canting, malam, dan kompor NYANTING Pewarnaan dilakukan 3 tahap: 1. Pewarna napthol ASG, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah B. 2. Pencantingan kembali, lalu pewarnaan kedua dengan pewarna napthol ASOL, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah GG. 3. Pencantingan kembali, lalu pewarnaan kedua dengan pewarna napthol Soga 91, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah B. PEWARNAAN Proses penghilangan malam dengan perebusan dengan air mendidih yang dicampur soda abu NGLOROT Gambar 5. Penampilan permukaan anyaman bambu hasil proses finishing teknik batik kombinasi pertama dan kedua. Tampilan anyaman bambu setelah pemberian filler oil base kiri dan filler water base kanan Tampilan anyaman bambu setelah proses nyanting Tampilan anyaman bambu setelah proses pewarnaan Tampilan anyaman bambu setelah proses nglorot Penampilan penggunaan wood filler pada Gambar 5 mengindikasikan bahwa wood filler pada finishing dengan menggunakan teknik batik tidak dapat diterapkan, hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawan 2006. Selanjutnya dicobakan kombinasi tahapan yang tidak diawali dengan pemberian wood filler melainkan langsung dengan pembatikan pada media anyaman bambu, yaitu pemalaman, pewarnaan, dan penglorotan. Hasil yang ditampilkan pada proses ini sangat baik yaitu pewarna napthol dapat meresap secara sempurna ke dalam anyaman bambu dan menghasilkan warna yang tegas. Hasil pewarnaan ini dapat memberi saran bahwa bahan pembatik harus berikatan langsung dengan lapisan bambu dan tidak boleh ada lapisan lain yang menghalanginya. Pada tahapan finishing selanjutnya diaplikasikan 3 jenis bahan finishing yang berbeda, yaitu Melamin, NC Nitro Cellulose, dan Aqua Water Based Lacquer. Ketiga jenis bahan ini dipilih karena banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan mebel dan juga untuk mengetahui kualitas tampilan akhir dari ketiga jenis bahan finishing. Berbeda dengan Kurniawan 2006, pada anyaman bambu tidak dibutuhkan pemberian sanding sealer yang banyak dengan pertimbangan pori-pori bambu tidak terlalu besar. Sanding sealer hanya diaplikasikan 1 kali saja dan tidak diperlukan juga pengaplikasian microfiller untuk mengurangi pengaplikasian sanding sealer. Tahapan proses finishing teknik batik kombinasi ketiga, keempat, dan kelima disajikan pada Gambar 6. Penampilan permukaan teknik batik yang dicobakan pada kombinasi ketiga, keempat, dan kelima disajikan pada Gambar 7. Hasil akhir finishing terhadap anyaman bambu disajikan pada Gambar 8. Gambar 6. Tahapan proses finishing kombinasi ketiga, keempat, dan kelima. Ampelas dengan kertas ampelas nomer 180 untuk menghilangkan debu, kotoran dan bulu-bulu pada anyaman Pembuatan motif dengan pensil Menggunakan alat berupa canting, malam, dan ko mpor NYANTING Pewarnaan dilakukan 3 tahap: 1. Pewarna napthol ASG, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah B. 2. Pencantingan kembali, lalu pewarnaan kedua dengan pewarna napthol ASOL, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah GG. 3. Pencantingan kembali, lalu pewarnaan kedua dengan pewarna napthol Soga 91, soda kostik dan TRO dengan bahan pembangkit merah B. PEWARNAAN Proses penghilangan malam dengan perebusan dengan air mendidih yang dicampur soda abu NGLOROT ANYAMAN BAMBU Melamine sanding sealer diaplikasikan menggunakan spray gun SEALING Melamine SEALING Nitrocellulose Nitrocellulose sanding sealer diaplikasikan menggunakan spray gun SEALING Aqua Aqua sanding sealer diaplikasikan menggunakan spray gun Pengampelasan dengan kertas ampelas 400 Pengampelasan dengan kertas ampelas 400 Pengampelasan dengan kertas ampelas 400 Gunakan spray gun untuk aplikasinya, lakukan 1-2 kali untuk hasil akhir yang lebih baik gunakan ampelas nomer 1000 TOP COATING Melamine Lacquer Gunakan spray gun untuk aplikasinya, lakukan 1-2 kali untuk hasil akhir yang lebih baik gunakan ampelas nomer 1000 Gunakan spray gun untuk aplikasinya, lakukan 1-2 kali untuk hasil akhir yang lebih baik gunakan ampelas nomer 1000 TOP COATING Nitroselulosa Lacquer TOP COATING Aqua Lacquer Gambar 7. Penampilan permukaan anyaman bambu hasil proses finishing teknik batik kombinasi ketiga, keempat, dan kelima. Tampilan setelah proses nyanting Tampilan setelah proses pewarnaan Tampilan setelah proses nglorot Tampilan setelah pemberian melamine sanding sealer Tampilan setelah pemberian nitrocellulose sanding sealer Tampilan setelah pemberian aqua sanding sealer Tampilan setelah pemberian melamine lacquer Tampilan setelah pemberian nitrocellulose lacquer Tampilan setelah pemberian aqua lacquer Gambar 8 . Penampilan anyaman bambu yang telah di finishing. Keterangan: A = Anyaman bambu betung berbahan daging bambu yang diaplikasikan melamin. B = Anyaman bambu betung berbahan daging bambu yang diaplikasikan nitroselulosa. C = Anyaman bambu betung berbahan daging bambu yang diaplikasikan aqua. D = Anyaman bambu betung berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan melamin. E = Anyaman bambu betung berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan nitroselulosa. D E F G H I J K L A B C F = Anyaman bambu betung berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan aqua. G = Anyaman bambu tali berbahan daging bambu yang diaplikasikan melamin. H = Anyaman bambu tali berbahan daging bambu yang diaplikasikan nitroselulosa. I = Anyaman bambu tali berbahan daging bambu yang diaplikasikan aqua. J = Anyaman bambu tali berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan melamin. K = Anyaman bambu tali berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan nitroselulosa. L = Anyaman bambu tali berbahan campuran daging dan kulit bambu yang diaplikasikan aqua.

4.2. Pengaruh Jenis dan Bahan Bambu Terhadap Penampilan Finishing-nya