2.6 Total Asam Tertitrasi Apriyantono et al 1989
Total asam diukur dengan melarutkan sebanyak 25-50 gram sampel ke dalam labu takar 250 ml dan diencerkan sampai tanda tera. Campuran
dikocok, kemudian disaring. Fitrat sebanyak 25 ml ditetesi indikator PP phenolphthalein dan dititrasi dengan NaOH 0.1 N hingga terbentuk warna
merah muda. Besarnya total asam tertitrasi dinyatakan sebagai ml NaOH 0.1 N100 g. Total asam tertitrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Total Asam Tertitrasi = V x faktor pengenceran x 100 Berat Sampel
Keterangan: V
: volume NaOH ml
2.7 pH AOAC 1995
Pengukuran derajat keasaman menggunakan alat pH meter. Sebelum digunakan, alat distandarisasi dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH
4.0 dan pH 7.0. Formula minuman sampel diambil + 100 ml dalam gelas piala. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel, kemudian dilakukan
pembacaan pH sampel setelah dicapai nilai yang konstan.
2.8 Total Antosianin Prior et al., 1998
Konsentrasi antosianin dapat diukur berdasarkan metode pH- differential. Sebanyak masing-masing 0.05 ml sampel dimasukkan ke dalam
2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambah larutan buffer potasium klorida 0.025 M pH 1 sebanyak 4.95 ml dan tabung reaksi kedua
ditambahkan larutan buffer sodium asetat 0.4 M pH 4.5 sebanyak 4.95 ml. Pengaturan pH dalam pembuatan buffer potasium klorida menggunakan HCl
dan pengaturan pH dalam pembuatan buffer sodium asetat menggunakan asam asetat. Absorbansi dari kedua perlakuan pH diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm dan 700 nm setelah didiamkan selama 15 menit.
Nilai absorbansi sampel ekstrak dihitung dengan menggunakan persamaan: A ={A
516
-A
700 pH 1
– A
516
-A
700 pH 4.5
}. Konsentrasi antosianin dihitung sebagai sianidin-3-glikosida menggunakan koefisien ekstingsi molar
sebesar 29 600 L mol
-1
cm
-1
dan berat molekul sebesar 448.8.
Konsentrasi antosianin mg L
-1
= A x BM x FP x 1000 ε x diameter kuvet 1 cm
Keterangan: A
: absorbansi BM
: berat molekul FP
: faktor pengenceran 5 ml 0.05 ml ε
: koefisien ekstingsi molar 29 600 L mol
-1
cm
-1
Konsentrasi antosianin selanjutnya dinyatakan dalam mg CyEg sampel CyE = sianidin equivalen.
2.9 Total Vitamin C dengan Metode Titrasi Iod Jacobs 1958
Sebanyak 10 gram sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tepat tanda tera. Campuran dikocok dan disaring.
Filtrat sebanyak 25 ml ditetesi indikator kanji 1 beberapa tetes, lalu difiltrasi dengan larutan iod 0.01 N sampai terbentuk warna biru.
Kadar vitamin C = V x N x 0.88 x Faktor Pengenceran x 100 Berat sampel
Keterangan: V : ml larutan iod 0.01 N yang dipakai ml
N : normalitas iod hasil standarisasi
2.10 Aktivitas Antioksidan DPPH Kubo et al., 2002
Buffer asetat sebanyak 4 ml ditambahkan dengan 7.5 ml methanol dan 400 µl larutan DPPH. Campuran larutan, kemudian dihomogenisasi.
Setelah homogen, sampel sebanyak 100 µl ditambahkan ke dalam campuran dan diinkubasi selama 20 menit dengan suhu 25
o
C, kemudian sampel diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm. Untuk mengetahui kapasitas
antioksidan sampel, data hasil absorbansi dibandingkan dengan kurva standar. Untuk formula 0, hanya bahan tambahan pada formula saja yang
diukur sedangkan sampel tidak ditambahkan. Perhitungan sampel dibandingkan dengan kurva standar asam askorbat dan kapasitas dinyatakan
dalam mgg AEAC Ascorbic Acid Equivalent Antioxidant Capacity. Aktivitas antioksidan mg AEACg =
C x faktor pengenceran bobot sampel kering gramx FK
Keterangan: C
: kapasitas antioksidan dari kurva standar mgg FK
: faktor konversi
Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil penelitian diolah dengan Microsoft Excell for Windows lalu dianalisis dengan program SPSS 16.0 for windows. Pada penelitian pembuatan
minuman serbuk buah buni, hasil hedonik dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan nilai modus dan rata-rata dan persentase panelis yang dapat
menerima. Untuk mengetahui pengaruh jenis formula terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap minuman serbuk buah buni, data hasil uji hedonik dianlisis
secara statistik dengan uji beda “Analysis of Variance ANOVA”, apabila hasil uji ini menunjukkan adanya perbedaan di antara perlakuan maka dilakukan uji
lanjutan “Duncan’s Multiple Comparison Test” uji lanjut ini dapat menentukan secara rinci mana perlakuan yang berbeda dan yang sama. Untuk menentukan
formulasi terbaik terpilih maka hasil hedonik dilakukan uji Kruskal-Wallis H uji ranking. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok RAK dengan satu faktor perlakuan yaitu tingkat kematangan. Desain Rancangan Acak Kelompok adalah sebagai berikut:
Yij : Unit eksperimen ke-j hasil uji organoleptik karena pengaruh tingkat
kematangan μ
: Nilai tengah atau pengaruh rata-rata yang sebenarnya : Efek perlakuan tingkat kematangan
: Kekeliruan berupa efek acak yang berasal dari unit eksperimen ke-j hasil uji organoleptik karena dikenai perlakuan ke-I jenis formula
i : Banyak taraf jenis kematangan I = kematangan A, B, C
j : Banyak ulangan j= 1,2
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI BUAH BUNI