b. Tingkat Kesukaan Aroma
Hasil uji Anova pada lampiran 27, 31, dan 35 menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis pada parameter aroma dalam 9 formulasi pada setiap
tingkat kematangan tidak berbeda nyata p0.05. Aroma yang dihasilkan pada 9 formulasi dalam setiap kelompok tingkat kematangan tidak signifikan diduga
disebabkan karena flavor yang ditambahkan pada masing-masing formulasi tidak berbeda yaitu 0.1.
Hasil uji Kruskal-Wallis H uji ranking pada lampiran 38 menunjukkan bahwa pada kematangan matang tidak masak, aroma yang paling disukai adalah
aroma dengan formulasi tingkat kemanisan 20 dan penambahan asam sitrat 0.1. Hasil uji Kruskal-Wallis H uji ranking pada lampiran 34 menunjukkan
bahwa pada kematangan agak masak, aroma yang paling disukai adalah aroma dengan formulasi tingkat kemanisan 20 dan penambahan asam sitrat 0.2.
Pada parameter aroma, hasil uji Kruskal-Wallis H uji ranking pada lampiran 30 menunjukkan bahwa formulasi dengan tingkat kemanisan 10 dan penambahan
asam sitrat 0.3 adalah formulasi yang paling disukai pada kematangan masak penuh.
c. Tingkat Kesukaan Rasa
Hasil uji Anova pada lampiran 27, 31, dan 35 pada parameter rasa, 9 formulasi pada setiap kelompok tingkat kematangan berbeda sangat nyata
p0.01. Hal ini diduga disebabkan karena variasi yang dihasilkan dari tingkat kemanisan dan taraf penambahan asam sitrat yang berbeda. Pada kematangan
matang tidak masak, hasil uji Duncan’s Multiple Range Test pada lampiran 36
rasa menunjukkan bahwa formulasi 0.3 asam sitrat dan 10 kemanisan berbeda nyata dengan 7 formulasi lainnya. Rasa pada formulasi dengan
penambahan 0.1 asam sitrat dan 20 kemanisan berbeda nyata dengan formulasi 10 kemanisan dan 0.1 dan 0.2 asam sitrat, dengan formulasi
0.2 asam sitrat dan 15 kemanisan serta dengan formulasi 0.3 asam sitrat dan 20 kemanisan.
Pada kematangan agak masak, hasil uji Duncan’s Multiple Range Test
pada lampiran 32 rasa menunjukkan bahwa formulasi dengan penambahan 0.3 asam sitrat dan 10 kemanisan berbeda nyata dengan formulasi 15
kemanisan dan 0.1, 0.2, dan 0.3 asam sitrat serta dengan formulasi 20 kemanisan dan 0.1 dan 0.2 asam sitrat. Rasa pada formulasi dengan
penambahan 0.2 asam sitrat dan 10 kemanisan berbeda nyata dengan
formulasi 15 kemanisan dan 0.1 dan 0.2 asam sitrat serta dengan formulasi 0.2 asam sitrat dan 20 kemanisan. Rasa pada formulasi dengan
penambahan 0.3 asam sitrat dan 20 kemanisan berbeda nyata dengan formulasi 0.2 asam sitrat dan 20 kemanisan.
Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test rasa pada kematangan masak
penuh pada lampiran 28, menunjukkan bahwa formulasi dengan penambahan 10 kemanisan dan 0.1 dan 0.3 asam sitrat berbeda nyata dengan 6
formulasi lainnya kecuali formulasi 0.2 asam sitrat dan 10 kemanisan. Rasa pada formulasi 0.2 asam sitrat dan 10 kemanisan berbeda nyata dengan
formulasi 20 kemanisan dan 0.2 dan 0.3 asam sitrat. Hasil uji Kruskal-Wallis H uji ranking pada lampiran 38 menunjukkan
bahwa pada kematangan matang tidak masak, rasa yang paling disukai adalah rasa dengan formulasi tingkat kemanisan 20 dan penambahan asam sitrat
0.1. Hasil uji Kruskal-Wallis H uji ranking pada lampiran 34 menunjukkan bahwa pada kematangan agak masak, rasa yang paling disukai adalah rasa
dengan formulasi tingkat kemanisan 20 dan penambahan asam sitrat 0.2. Hasil uji Kruskal-Wallis H uji ranking pada lampiran 30 menunjukkan bahwa
pada kematangan masak penuh, rasa yang paling disukai adalah rasa dengan formulasi tingkat kemanisan 20 dan penambahan asam sitrat 0.2.
d. Tingkat Kesukaan secara Keseluruhan