2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Padang Lamun
Menurut Romimohtarto dan Juwana 2001, lamun seagrass adalah satu- satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut.
Tumbuh-tumbuhan ini hidup di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai
yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh- tumbuhan laut lainnya alga dan rumput laut, lamun berbunga, berbuah dan
menghasilkan biji. Lamun juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.
Kuriandewa 2009 menyebutkan sekitar tiga belas jenis lamun telah dilaporkan terdapat di perairan Indonesia. Terdapat dua jenis yakni Halophila
beccari dan Ruppia maritima yang dipercaya terdapat di Indonesia, meskipun keberadaan keduanya hanya diketahui dari herbarium lama yang tersimpan di
Herbarium Bogor. Jenis-jenis lamun tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Klasifikasi tumbuhan lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia adalah
sebagai berikut: Divisi
: Magnoliophyta sebelumnya masuk divisi Spermatophyta Kelas
: Liliopsida Famili
: Cymodoceaceae Hydrocharitaceae
I CYMODOCEACEAE 1
Halodule pinifolia Hp 2
Halodule uninervis Hu 3
Cymodocea rotundata Cr 4
Cymodocea serrulata Cs 5
Syringodium isoetifolium Si 6
Thalassodendron ciliatum Tc II HYDROCHARITACEAE
1 Enhalus acoroides Ea
2 Thalassia hemprichii Th
3 Halophila decipiens Hd
4 Halophila ovalis Ho
5 Halodule spinulosa Hs
6 Halodule minor Hm
7 Halodule Sulawesi Hsu ditemukan oleh Kuo tahun 2007
• Halophila beccarii • Ruppia maritima
Hanya terdapat specimennya saja di Kebun Raya Bogor
Sumber: Kuriandewa 2009
Gambar 3 Jenis tumbuhan lamun di Indonesia
Hutomo dan Azkab 1987 menambahkan bahwa padang lamun mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
1 Produsen primer, lamun menjadi sumber makanan alami bagi ikan herbivora
seperti dugong. Proses dekomposisi daun lamun dapat dikonsumsi langsung oleh hewan pemakan serasah;
2 Habitat biota, padang lamun memberikan perlindungan dan tempat menempel
berbagai hewan dan tumbuhan. Lamun dapat juga berfungsi sebagai daerah perlindungan;
3 Tempat perkembangbiakan spawning grounds, pengasuhan nursery
grounds, serta tempat mencari makanan feeding grounds bagi biota-biota perairan Kiswara 2009;
4 Penangkap sedimen, komunitas lamun yang lebat dapat memperlambat gerakan
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, yang menyebabkan perairan mangrove tenang, maka dapat disimpulkan ekosistem lamun bertindak sebagai
pencegah erosi dan penangkap sedimen. Rimpang dan akar lamun menangkap dan menggabungkan sedimen di padang lamun sehingga meningkatkan
stabilitas permukaan di bawahnya dan menjadikan air lebih jernih; 5
Pendaur zat hara, lamun memegang peranan yang penting dalam mendaur ulang material organik dan elemen-elemen langka di lingkungan laut;
6 Makanan dan kebutuhan lain, lamun dapat dipergunakan sebagai makanan
yang dikonsumsi secara langsung. Buah Enhalus di Kepulauan Seribu sering dicampur dengan kelapa atau di Australia sering dimakan setelah dimasak.
Beberapa jenis lamun dapat dipergunakan sebagai makanan tetap di Papua Nugini. Zostera dalam beberapa percobaan dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan kertas; 7
Penghasil oksigen dan mereduksi CO
2
di dasar perairan Nybakken 1988. Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan padang lamun menurut
Nybakken 1988 yaitu perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir, kedalamannya tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat menembus, suhu antara 20-
30
o
C, kadar garam antara 25-35 ‰mil serta kecepatan arus sekitar 0,5 mdetik.
Beberapa lamun dapat hidup pada kisaran salinitas 10- 45 ‰ dan umumnya lamun
membutuhkan kisaran tingkat kecerahan 4-29 untuk dapat tumbuh dengan rata- rata 11 Hemminga dan Duarte 2000.
Mengingat bahwa padang lamun merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai fungsi dan peningkatan aktivitas manusia dapat
menyebabkan kerusakan padang lamun, maka pada tahun 2004 Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan keputusan tentang kriteria baku kerusakan dan
pedoman penentuan status padang lamun. KEPMEN LH 2004 ini menyebutkan bahwa status padang lamun adalah tingkatan kondisi padang lamun pada suatu
lokasi tertentu dalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan padang lamun dengan menggunakan persentase luas tutupan lamun dan
area kerusakan. Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi padang
lamun KEPMEN LH 2004 adalah metode transek dan petak contoh transect plot. Metode transek dan petak contoh adalah metode pencuplikan contoh
populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut. Status padang lamun dinilai
baik dengan kondisi kayasehat apabila persentase penutupan ≥ 60 , namun untuk kondisi kurang kayakurang sehat 30-59,9 dan pada
kondisi miskin ≤ 29,9
status padang lamunnya dinilai rusak. Luas area kerusakan ≥ 50 menunjukkan tingkat kerusakan tinggi, 30-49,9 menunjukkan tingkat kerusakan
sedang dan ≤ 29,9 menunjukkan tingkat kerusakan rendah.
2.2 Ekologi Plankton