4.5 Struktur Komunitas Plankton di Perairan Pulau Pramuka
Komposisi fitoplankton yang dijumpai di perairan Pulau Pramuka pada pengamatan bulan Oktober, November dan Desember 2004 yang dilakukan oleh
Asmara 2005 terdiri dari 3 kelas, yaitu Bacillariophyceae 25 jenis, Dinophyceae 5 jenis dan Cyanophyceae 1 jenis. Kelas Baciilariophyceae yang
sering dijumpai pada setiap pengamatan memiliki kelimpahan yang relatif tinggi adalah Nitzschia sp. dan Fragillaria sp. Kelas Dinophyceae yang sering dijumpai
adalah dari jenis Peridinium sp. dan dari kelas Cyanophyceae yang sering dijumpai adalah dari jenis Tricodesmium sp. Tabel 12 menunjukkan kelimpahan
fitoplankton pada masing-masing stasiun. Tabel 12 Kelimpahan fitoplankton selm
3
di perairan Pulau Pramuka Stasiun
Oktober November
Desember Jumlah
Jenis Kelimpahan
Jumlah Jenis
Kelimpahan Jumlah
Jenis Kelimpahan
1 15
17100 20
74700 14
104400 2
17 305100
10 51900
16 137700
3 17
65700 17
116400 16
180600 4
12 70200
12 27000
9 51300
5 20
46500 17
21000 14
40500 6
17 102600
14 64500
12 90900
Sumber: Asmara 2005
Komposisi zooplankton yang dijumpai terdiri dari 5 kelas, yaitu Ciliata 4 jenis, Crustacea 4 jenis, Sagittoidea 1 jenis, Sarcodina 1 jenis dan
Polychaeta 1 jenis. Semua jenis zooplankton ditemukan merata di tiap kelasnya seperti yang disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13 Kelimpahan zooplankton indm
3
di perairan Pulau Pramuka Stasiun
Oktober November
Desember Jumlah
Jenis Kelimpahan
Jumlah Jenis
Kelimpahan Jumlah
Jenis Kelimpahan
1 3
2100 4
2700 6
8400 2
5 3300
5 1800
5 5400
3 6
5400 5
3600 5
3300 4
3 2700
4 8700
3 1800
5 4
4500 6
3600 3
2700 6
6 5700
6 5100
6 10800
Sumber: Asmara 2005
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Komposisi Hasil Tangkapan
Ikan yang tertangkap selama penelitian di bulan Januari dan Maret 2012 berjumlah 69 ekor yang terdiri dari 12 spesies 10 famili. Frekuensi tertinggi
hasil tangkapan terdapat pada bulan Maret 2012 yaitu berjumlah 41 ekor yang terdiri dari 11 spesies 9 famili jika dibandingkan dengan hasil tangkapan pada
bulan Januari 2012 dengan jumlah 28 ekor yang terdiri dari 8 spesies 10 famili. Berat total hasil tangkapan mencapai 15413 gr atau 15,413 kg. Perbandingan
frekuensi hasil tangkapan ini dapat dilihat pada histogram berikut Gambar 12.
Gambar 12 Jumlah hasil tangkapan pada bulan Januari dan bulan Maret 2012
Hasil tangkapan pada bulan Maret 2012 lebih banyak daripada bulan Januari 2012 karena berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, bulan Januari-Februari
adalah musim paceklik dan bulan Maret adalah musim biasa dimana pasang lebih tinggi, sehingga ikan lebih banyak tertangkap. Hal ini dihubungkan dengan
pendapat Elliott dan Hemingway 2002 yang menyatakan bahwa tingginya pasang surut memengaruhi ukuran populasi ikan.
Data hasil tangkapan diuji dengan metode statistik non parametrik menggunakan Uji Mann-Whitney U test
dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai asymp. Sigasymptotic significance yaitu
0,276 atau probabilitas di atas 0,05 0,276 0,05 maka berdasarkan hipotesis, dapat disebutkan bahwa distribusi hasil tangkapan menyebar normal. Analisis
data dengan metode parametrik menggunakan Uji-F ANOVA juga digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan setiap bulan dan hasilnya
menunjukkan nilai P-value yaitu 0,427 atau lebih besar di atas 0,05 0,427 0,05. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
untuk jumlah hasil tangkapan pada bulan Januari dan bulan Maret 2012. Hasil wawancara dengan nelayan menjelaskan bahwa 61 responden
menyebutkan hasil tangkapan utama di padang lamun yaitu ikan baronang dari famili Siganidae; kemudian 23 responden menyebutkan ikan lingkis yang
masih satu famili dengan ikan baronang sebagai hasil tangkapan utama. Sisanya yaitu ikan cendro dari famili Belonidae. Menurut data statistik perikanan Provinsi
DKI Jakarta tahun 2010, jenis ikan yang terhitung nilai produksinya di Kepulauan Seribu dan juga terdapat di padang lamun adalah ikan cendro Belonidae, lencam
Lethrinidae, kerapu lumpursunu Serranidae dan baronang Siganidae. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa famili Holocentridae dan Belonidae
merupakan hasil tangkapan utama. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu dan metode penangkapan ikan yang berbeda.
Tabel 14 Komposisi hasil tangkapan nelayan pada habitat padang lamun di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
No. Nama Umum
Spesies Famili
Jumlah ekor
Panjang Total ± SD cm
Berat ± SD gr
1 Baronang
Siganus guttatus Siganidae
1 18,0
109 2
Belanak Mugil cephalus
Mugilidae 1
28,5 232
3 Cendro
Tylosurus strongylura Belonidae
18 65,9 ± 21,7 584 ± 245
4 Jarang gigi
Choerodon anchorago Labridae
5 16,9 ± 4,6
106 ± 78 5
Kalam pute Leiognathus nuchalis
Leiognathidae 1
14,1 37
6 Kerapu koko
Epinephelus quoyanus Serranidae
2 20,9 ± 3,3
147 ± 76 7
Lencam Lethrinus reticulatus
Lethrinidae 4
17,8 ± 0,6 71 ± 29
8 Lingkis
Siganus canaliculatus Siganidae
5 18,1 ± 0,8
81 ± 19 9
Pasir Pentapodus trivittatus
Nemipteridae 1
18,1 73
10 Serak
Scolopsis lineata Nemipteridae
10 17,4 ± 1,4
77 ± 19 11
Swanggi Sargocentron rubrum
Holocentridae 18
16,5 ± 1,6 87 ± 30
12 Tanda-tanda
Lutjanus ehrenbergii Lutjanidae
3 24,3 ± 1,4
103 ± 30
Tabel 14 menunjukkan komposisi hasil tangkapan secara detail. Spesies dominan yang tertangkap adalah ikan swanggi Sargocentron rubrum dengan
jumlah 18 ekor atau setara dengan 1,574 kg. Selain ikan swanggi, hasil tangkapan
dengan jumlah dan proporsi yang sama dari total hasil tangkapan, yaitu cendro Tylosurus strongylura. Jumlah cendro yang tertangkap setara dengan 10,507 kg,
merupakan penyumbang terbesar bagi berat total hasil tangkapan. Hasil tangkapan dominan berikutnya adalah ikan serak Scolopsis lineata. Ikan serak
berjumlah 10 ekor yang setara dengan 0,770 kg. Famili Holocentridae dengan proporsi 26 dari total hasil tangkapan
merupakan hasil tangkapan dominan. Selain Holocentridae, hasil tangkapan dengan proporsi yang sama dari total hasil tangkapan yaitu famili Belonidae.
Hasil tangkapan dominan berikutnya adalah famili Nemipteridae dengan proporsi 15,9 dari total hasil tangkapan yang terdiri dari 2 spesies, yaitu ikan pasir
Pentapodus trivittatus dan ikan serak Scolopsis lineata. Bentuk grafik proporsi spesies yang tertangkap dikelompokkan dalam kategori famili dan
ditampilkan secara detail pada Gambar 13.
Gambar 13 Persentase hasil tangkapan total selama penelitian
Menurut Tomascik et al. 1997, ikan yang banyak ditemukan di padang lamun Indonesia adalah dari famili Siganidae, Lethrinidae dan Labridae. Ketiga
spesies ini termasuk dalam komunitas lamun yang terbentuk pada habitat padang lamun yang berdekatan dengan terumbu karang atau terkadang bersatu dengan
terumbu karang. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies terbanyak
yang tertangkap berasal dari famili Holocentridae dan Belonidae. Hal ini disebabkan Holocentridae menggunakan padang lamun sebagai tempat untuk
mencari makan, sehingga Holocentridae termasuk penghuni berkala yang menggunakan padang lamun sebagai tempat untuk mencari makan occasional
residents berdasarkan pengelompokan Tomascik et al. 1997. Metadata FishBase Froese dan Pauly 2012 mendukung pendapat ini dengan
mengemukakan bahwa habitat Holocentridae adalah di padang lamun. Pernyataan Setipermana 1996 vide Andriana et al. 2011 yang menyebutkan bahwa
Holocentridae termasuk ikan nokturnal aktif pada malam hari juga dapat dijadikan penyebab banyaknya Holocentridae yang tertangkap karena alat tangkap
nelayan set gillnet dioperasikan dari pukul 14.00-06.00 WIB. Famili Belonidae juga banyak tertangkap karena menggunakan padang
lamun sebagai tempat pengasuhan nursery grounds. Banyak ditemukan juvenil Belonidae di daerah lamun yang berdekatan dengan mangrove. Hal ini juga
didukung oleh ditemukannya telur-telur Belonidae pada waktu ikan tersebut dibedah. Jumlah Belonidae yang tertangkap adalah 18 ekor, namun 12 lambung
diantaranya ditemukan dalam keadaan kosong. Hal ini berarti Belonidae ke daerah lamun memang bukan untuk mencari makan. Selanjutnya, famili
Nemipteridae yang bersifat diurnal dan pada malam hari beristirahat di antara karang Andriana et al. 2011 banyak tertangkap di padang lamun karena sedang
mencari makan. Famili Siganidae, Labridae dan Lethrinidae yang tertangkap merupakan
spesies lamun yang termasuk penghuni yang ada di padang lamun hanya selama tahapan juvenilnya Tomascik et al. 1997, terutama Siganidae yang dijelaskan
oleh Kuncoro 2008 yaitu bersifat herbivora memakan tumbuhan laut, sehingga sering terdapat di daerah padang lamun maupun tempat yang banyak ditumbuhi
rumput lautnya. Namun, ketiga spesies ini tertangkap dalam jumlah yang sedikit. Effendie 1997 menjelaskan alasan yang dapat menjawab hal ini, yaitu mengenai
besarnya populasi ikan dalam suatu perairan itu antara lain ditentukan oleh jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan lama masa
pengambilan makanan ikan. Khusus untuk jenis ikan yang berasosiasi dengan padang lamun, Lestari 2010 mengungkapkan bahwa keanekaragaman dan
kelimpahan kumpulan ikan berubah sesuai dengan perubahan kondisi struktur lamun, sebab perubahan dalam indeks luas daun akan mengubah laju pemangsaan
yang memengaruhi kelimpahan juvenil ikan dan distribusi ikan predator besar.
5.2 Perbandingan Panjang dan Berat Ikan