dilakukan dengan pengendalian hasil dan jenis tangkapan. Salah satu tujuan pengaturan ini adalah untuk menurunkan kematian akibat penangkapan fishing
mortality. 4
Manipulasi ekosistem Manipulasi ekosistem dapat dilakukan dengan mencegah degradasi habitat,
merehabilitasi habitat, pengembangan habitat buatan dan penebaran benih restocking ikan.
2.6 Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan
ikan merupakan
wilayah perairan
tempat berkumpulnya ikan, dimana alat tangkap dapat dioperasikan sesuai teknis untuk
mengeksploitasi sumberdaya ikan yang terdapat didalamnya Simbolon 2006. Keberhasilan operasi penangkapan ikan dapat ditingkatkan dengan memenuhi
paling sedikit persyaratan berikut: 1
Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna pada daerah penangkapan ikan tersebut;
2 Daerah penangkapan ikan dapat dijangkau oleh kapal ikan;
3 Daerah penangkapan ikan mengandung sumberdaya ikan yang banyak dan
bernilai ekonomis penting. Salah satu langkah dalam proses optimasi penentuan daerah penangkapan
ikan yang ekonomis dan menguntungkan, yaitu perlu mempertimbangkan tiga aspek utama sebagai berikut:
1 Aspek sumberdaya ikan;
2 Lingkungan perairan sebagai habitat sumberdaya ikan;
3 Teknologi alat penangkapan ikan.
2.7 Alat Tangkap Jaring Insang Tetap Set Gillnet
Jaring insang tetap set gillnet yaitu alat penangkap ikan yang khusus dikonstruksikan untuk menangkap ikan dengan menjerat insang, dioperasikan
secara pasif dan menetap di perairan. Jaring insang tetap dioperasikan di danau dan perairan pesisir untuk menangkap ikan-ikan komersial. Jaring insang tetap
diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring insang gillnet von Brandt 2005.
Jaring insang biasanya dioperasikan dengan menghadang arah migrasi ikan, sehingga ikan-ikan harus melewati mata jaring pada jaring insang. Jaring insang
tetap di dasar perairan dioperasikan untuk menangkap ikan demersal. Perairan tempat jaring insang tetap digunakan merupakan perairan jernih, arusnya tidak
terlalu kuat dan tidak ada tumbuh-tumbuhan terapung.
2.8 Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Panjang ikan dapat diukur dengan menggunakan sistem metrik Effendie 1979. Ada tiga macam pengukuran, yaitu:
1 Panjang total atau panjang mutlak, ialah panjang ikan yang diukur mulai dari
ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya; 2
Panjang cagak atau fork length, ialah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan sampai ujung bagian luar lekukan ekor;
3 Panjang standar atau panjang baku, ialah panjang ikan yang diukur mulai dari
ujung terdepan dari kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya. Ujung tersebut letaknya sebelum pangkal jari-jari sirip ekor.
Menurut Effendie 1979 alat pengukur panjang ikan yang baik digunakan di lapangan adalah alat pengukur yang terbuat dari kayu. Bentuk yang perlu
diperhatikan dari alat ini adalah bagian depannya, yaitu tempat menempel dari bagian depan ikan harus bertepatan dengan angka nol. Alat penimbangan
diusahakan yang praktis dan tidak mudah rusak tetapi ketelitiannya cukup tinggi. Hasil studi hubungan panjang dan berat ikan memungkinkan nilai panjang
ikan berubah ke harga berat ikan atau sebaliknya. Berat ikan dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjangnya dan hubungan panjang-berat ini hampir
mengikuti hukum kubik yang dinyatakan dengan persamaan: W = aL
3
W adalah berat ikan, L adalah panjang ikan dan a adalah konstanta. Hal tersebut disertai
dengan anggapan bahwa bentuk serta berat jenis ikan itu tetap selama hidupnya tetapi karena ikan itu tumbuh, dimana bentuk tubuh, panjang dan beratnya selalu
berubah, maka menurut Hile 1936 vide Effendie 1979, persamaan umumnya adalah W = aL
b
a dan b adalah konstanta. Logaritma persamaan tersebut menjadi: log W = log a + b log L yang menunjukkan hubungan linier Effendie
1979.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat