Daya tahan ini didapat dengan perbandingan dengan 2 periode yang lalu. Adapun dasar penilaian KDT adalah sebagai berikut :
a. KDT 100 Tebu bisa ditahan
Bila KDT diatas angka 100, berarti tebu tersebut masih kuat ditahan. b.
KDT = 100 Tebu minta ditebang Bila KDT sama dengan 100 maka tebu tersebut sudah mencapai optimal,
sebentar lagi akan turun maka tebu sudah saatnya ditebang. c.
KDT 100 tebu harus segera ditebang Bila KDT dibawah angka 100, berarti daya tahan tebu sudah mulai
menurun maka tebu tersebut harus segera ditebang. Tebang angkut merupakan kegiatan akhir dari proses pemanenan tebu.
Tebang angkut adalah rangkaian kegiatan melakukan penebangan tanaman tebu di kebun dan pengangkutan ke pabrik untuk digiling menjadi gula. Tujuan utama
dari tebang angkut adalah memenuhi kapasitas giling pabrik dengan memberikan tebu yang BSM bersih, segar, manis kepada pabrik. Bersih artinya tebu yang
dibawa ke pabrik tidak tercampur dengan benda selain tebu kemudian pucuk dipotong satu ruas dari titik tumbuh, segar artinya tebu yang ditebang dan dibawa
ke pabrik harus langsung digiling dan tidak boleh lebih dari 36 jam, manis artinya umur 10-16 bulan tebu sudah masak dan layak untuk ditebang.
Tebangan dilakukan dengan sistem tebu ikat bundle cane dimana lonjoran tebu dibuang pucuknya lalu diikat dengan menggunakan pucuk atau kulit
tebu. Alat yang digunakan untuk menebang tebu adalah golok tebang dan sabit. Tebang diusahakan tebang mepet tanah TMT. Alat yang digunakan untuk
mengangkut tebu ikat dari kebun tebu ke pabrik yaitu truk dengan bak terbuka dengan kapasitas angkut 6
–8 ton. Kegiatan tebang angkut dilakukan oleh tenagan kerja musiman dari berbagai daerah. Kegiatan tebang dan angkut pengawasannya
dilakukan oleh mandor tebang dan sinder tebang.
7. Pengolahan hasil tebu
Pengolahan tebu menjadi gula di PG Madukismo dilakukan melalui proses sulfitasi. Tahapan proses pengolahan tebu menjadi gula yaitu pemerahan nira,
pemurnian nira, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, penyelesaian dan
gudang gula.
a. Pemerahan nira
Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan ekstraksi. Untuk dipisahkan antara bagian padat ampas dengan cairannya yang mengandung
gula nira mentah melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan. Ampas yang diperoleh sekitar 30 tebu untuk bahan bakar tebu
distasiun ketel pusat tenaga, sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena
bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.
b. Pemurnian nira
Pemurnian nira di PG Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70ºC-75ºC, direaksikan dengan susu kapur
dalam defecator dan diberi gas SO
2
dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100ºC-105ºC. Kotoran yang dihasilkan
diendapkan dalam peti pengendap dorr clarifier dan disaring menggunakan rotary vacum filter alat penapis hampa. Endapan padatnya blotong
digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blotong ini dibawah 2 . Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.
c. Penguapan nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan
padatan terlarut 16 dapat dinaikkan menjadi 64 dan disebut nira kental yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasistasiun masakan. Nira kental yang
berwarna gelap ini diberi gas SO
2
sebagai bleachingpemucatan dan siap untuk dikristalkan.
d. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD,
dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit seed, serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap
dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg sehingga suhu didihnya hanya 65ºC, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan
campuran kristal gula dan larutan stroop. Sebelum dipisahkan di stasiun putaran, gula terlebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin kultrog.
e. Putaran gula Centripuge
Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya stroop dengan gaya sentrifugal. Pada stasiun ini nira kental dijenuhkan sehingga
menghasilkan kristal-kristal gula agar mudah dipisahkan.
f. Penyelesaian dan gudang gula
Gula halus, gula kasar dan gula normal dari putaran SHS dipisahkan dengan alat penyaring gula kemudian dikirim ke gudang gula dan dikemas
dalam karung dengan kapasitas 50 kg netto. Produksi gula per hari tergantung dari rendemen gulanya, jika rendemen 8 maka pada kapasitas 3 000 TTH
ton tebu per hari diperoleh gula 2 400 ku atau 4 800 sak.
Aspek Manajerial Mandor lapangan
Mandor lapangan adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap kegiatan budidaya di lapangan. Pada setiap jenis kegiatan terdapat
khusus masing-masing mandor. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan dalam suatu wilayah kebun PG Madukismo. Di PG Madukismo
terdapat beberapa mandor lapang yang terdiri dari mandor kebun, mandor bibit, mandor pupuk dan mandor tebang angkut.
Mandor kebun adalah orang yang dipercaya SKW Sinder Kebun Wilayah untuk bertanggung jawab dalam kegiatan budidaya di lapangan. Tugas
mandor yaitu melaksanakan semua kegiatan yang telah dijadwalkan oleh SKW yang berhubungan dengan teknik budidaya. Selain itu mandor bertanggung jawab
mengurusi pengadaan tenaga kerja, mengawasi dan memonitoring hasil pekerjaan buruh serta mencatat setiap kegiatan yang telah dilakukan untuk dibuat laporan.
Mandor bibit sama seperti halnya mandor kebun tetapi dalam hal ini mandor bibit mengurusi tanaman yang akan dijadikan bibit, bukan tanaman yang
akan digiling. Mandor bibit bertugas dalam melaksanakan kegiatan pembibitan tanaman tebu.
Mandor tebang angkut adalah orang yang dipercaya SKW untuk melaksanakan pengawasan dalam kegiatan tebang dan angkut. Dengan
pengawasannya mandor tebang angkut berperan penting dalam mencapai tebu yang BSM bersih, segar, manis.
Mandor pupuk bertugas dan bertanggung jawab terhadap kegiatan pemupukan baik secara manual maupun secara mekanis. Kegiatan pemupukan ini
berpedoman pada jadwal kegiatan yang telah ditentukan oleh SKW. Jenis dan dosis pupuk yang akan digunakan berdasarkan rekomendasi pemupukan yang
terlebih dahulu dilakukan evaluasi mengenai jumlah luasan yang akan dipupuk dan juga persediaan pupuk yang ada. Tahapan kegiatan pemupukan yaitu dimulai
dari pengambilan pupuk di gudang, pengangkutan pupuk sekaligus tenaga kerja ke kebun dan aplikasi pupuk di kebun. Setiap pupuk yang keluar dan masuk
dalam gudang pupuk dicatat oleh mandor pupuk dan dilaporkan pada pihak administrasi.
Sinder kebun wilayah SKW
Sinder Kebun Wilayah SKW adalah orang yang memegang, mengendalikan serta bertanggung jawab terhadap satu wilayah kebun dengan luas
sekitar 150 – 200 ha. Dalam mengerjakan tugasnya, seorang sinder dibantu oleh
beberapa mandor lapang. Seorang SKW dapat memberikan peringatan kepada mandor lapangan apabila terjadi kesalahan dalam pekerjaannya. Dalam
mempertanggungjawabkan tugasnya, seorang sinder harus membuat laporan mingguan mengenai kelancaran dan hambatan di kebun ataupun mengenai
administrasi. Laporan yang dikerjakan oleh seorang sinder akan dievaluasi oleh Sinder Kepala Kebun SKK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Kemitraan Pabrik Gula Madukismo dengan Petani
Kemitraan adalah suatu ikatan yang terjalin atas kerjasama kedua belah pihak atau lebih dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Kemitraan dalam hal ini dilakukan oleh Pabrik Gula Madukismo dan petani tebu rakyat. Pabrik gula membutuhkan tebu
yang dihasilkan oleh petani tebu rakyat untuk memenuhi pasokan bahan baku tebu sedangkan petani tebu membutuhkan permodalan yang cukup tinggi yang dapat
diperoleh melalui kredit dengan Pabrik Gula. Kemitraan antara pabrik gula dan petani juga melibatkan bank sebagai pemilik modal.
Kewajiban utama Pabrik Gula adalah membantu petani dalam perencanaan produksi, permodalan, pengolahan, jaminan pendapatan dan memperoleh kredit.
Kewajiban utama petani adalah memproduksi tebu untuk diolah di Pabrik Gula. Prosedur menanam, menebang dan mengangkut tebu dilakukan sesuai dengan
standar yang telah disepakati. Selanjutnya petani berkewajiban mengembalikan semua pinjaman ketika mereka mendapat penerimaan dari penjualan gula mereka.
Kemitraan yang saling menguntungkan akan mamacu semangat petani untuk terus menekuni usaha budi daya tebu.
Adapun bentukbentuk kerja sama yang diberikan PG Madukismo kepada para petani tebu yaitu :
a. Tebu Rakyat Mandiri
Tebu berasal dari petani, para petani secara perorangan menggilingkan tebunya dengan sistem bagi hasil dimana petani mendapatkan 66 gula yang
dihasilkan dari tebu mereka dan 34 gula untuk PG Madukismo. Selain itu petani juga mendapatkan hak atas tetes gula. Pabrik Gula menyediakan
pinjaman biaya garap saprodi apabila dibutuhkan petani. b.
Tebu Rakyat Kerja Sama Usaha Bentuk kemitraan ini dikhususkan untuk lahan sawah berpengairan teknis.
Petani secara berkelompok menanam tebu dengan fasilitas Kredit Ketahanan Pangan Tebu Rakyat KKPTR atau bisa juga dikoordinasi melalui KUD.
Petani memperoleh Jaminan Pendapatan Minimal Petani JPMP agar petani