7
E. coli
Dalam bidang pangan banyak bakteri yang mempunyai peranan, baik peranan positif memberikan keuntungan ataupun peranan negatif menimbulkan kerugian Budiyanto 2002.
E. coli merupakan salah satu mikroba patogen gram negatif yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia Doyle et al. 2001. Mikroba ini merupakan bagian dari mikroflora
normal di saluran pencernaan pada sebagian besar hewan berdarah panas dan kebanyakan tidak berbahaya Omaye 2004. Bakteri ini termasuk dalam gram negatif, berbentuk batang dengan
ukuran 1,1 – 1,5 µm x 2 – 6 µm, bersifat motil karena adanya flagella Gambar 2.
Gambar 2. Bentuk morfologi sel bakteri E. coli sumber: britannica.com Menurut Supardi dan Sukamto 1999, E. coli patogen menimbulkan beberapa gejala,
diantaranya: 1
gastroenteritis akut yang menyerang terutama anak-anak di bawah 2 tahun. 2
infeksi saluran kemih, abses usus buntu, peritonitis, radang empedu, dan infeksi pada luka bakar.
Kontaminasi bakteri E. coli pada pangan biasanya berasal dari kontaminasi air yang digunakan Rahayu 2011.
S. aureus
S. aureus merupakan mikroba flora normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut, dan tenggorokan. S. aureus banyak mencemari
pangan karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan Adam dan Moss 1995. Bakteri ini berbentuk bulat, berkelompok seperti buah anggur dengan diamaeter antara 0,8
– 1,0 mikron Gambar 3.
Keracunan pada pangan dapat terjadi karena tertelannya toksin yang merupakan hasil metabolisme sel-sel mikroorganisme tertentu. Salah satu mikroba penyebab intoksikasi adalah S.
aureus yang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung protein. Suhu optimum untuk pertumbuhan S. aureus adalah 35-37 °C, dengan suhu minimum 6,7 °C dan suhu maksimum
45,5 °C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0-9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0-7,5 Supardi dan Sukamto 1999.
8 Gambar 3. Bentuk morfologi sel bakteri S. aureus sumber: microbeworld.com
Terdapat 23 spesies staphilokoki, tetapi bakteri S. aureus merupakan jenis yang paling banyak menyebabkan keracunan pada makanan. Jumlah enterotoksin yang dibutuhkan untuk
menghasilkan penyakit dari bakteri ini antara 0,1 hingga 1 mikrogram Omaye 2004. Gejala pertama dari keracunan tersebut mual, muntah, kram perut, dan diare akan muncul selama 1-6
jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi S. aureus. Berkeringat, dehidrasi, lemah, anoreksia, dan shock juga dapat terjadi. Proses pemulihan biasanya membutuhkan waktu
selama 1-3 hari. Kematian jarang terjadi akibat bakteri ini Pusa 2008.
E. BELALANG
Pracaya 1995 menyebutkan Valanga nigricornis belalang kayu adalah sejenis belalang berwarna kuning kehijauan yang memiliki kisaran hidup yang hemimetabola yaitu bermula dari
telur, nimfa, dan akhirnya tumbuh menjadi belalang dewasa Gambar 4. Belalang kayu merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas,
meliputi rumput, padi, jagung, kelapa, dan palem. Penduduk di daerah Wonosari, Jawa Tengah, menjual belalang di pasar atau di pinggir jalan, kemudian digoreng menjadi makanan yang gurih
Amir dan Kahono 2003. Berdasarkan taksonomi, belalang kayu termasuk dalam: Kingdom
: Animalia
Philum :
Arthropoda Class
: Insecta
Ordo :
Orthoptera Family
: Acriididae
Genus :
Valanga Spesies
: Valanga nigricornis
Gambar 4. Valanga nigricornis belalang kayu Secara umum bagian tubuh belalang terbagi atas tiga bagian utama, yaitu kepala, dada
thorax, dan perut abdomen Gambar 5.