EKSTRAKSI TEPUNG BELALANG Implementasi Algoritme Enkripsi Advanced Encryption Standard secara Paralel dengan GPU NVIDIA CUDA

21 Tepung belalang juga diekstrak menggunakan pelarut semi-polar dan non-polar. Dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat semi-polar didapat rendemen 9,88 , sedangkan dari pelarut heksan non-polar didapat rendemen sebesar 9,77 . Pelarut heksan sendiri pada umumnya digunakan untuk memisahkan lemak dari bahan. Durst et al. 2008 mengatakan bahwa nilai kandungan lemak pada belalang kayu sangat rendah, yaitu sekitar 1,5 bb sehingga hasil ekstraksi dengan heksan menghasilkan ekstrak yang sedikit. Proses ekstraksi dipengaruhi oleh lama ektraksi, suhu, dan jenis pelarut yang digunakan. Semakin dekat tingkat kepolaran pelarut dengan komponen yang akan diekstrak, semakin sempurna proses ekstraksi Hadittama 2009.

C. PERSIAPAN KULTUR BAKTERI

S. aureus ditandai dengan morfologi bakteri yang terlihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x berwarna biru dan berbentuk kokusbulat Gambar 14. Morfologi tersebut menandakan bahwa S. aureus termasuk bakteri gram positif. Jumlah awal bakteri S. aureus pada penelitian ini sebesar 1,74 x 10 8 CFUml Lampiran 2. Gambar 14. Bentuk morofologi bakteri S. aureus dengan pewarnaan gram E. coli Gambar 15 ditandai dengan morfologi yang terlihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x berwarna merah dan berbentuk batang pendek. Jumlah awal bakteri E. coli pada penelitian ini sebesar 1,74 x 10 8 CFUml Lampiran 2. Hasil pewarnaan yang dilakukan menunjukkan kultur bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini tidak terkontaminasi oleh bakteri lain. Campbell et al. 2003 menyatakan sebagian besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan dan akan menjerap warna violet. Berbeda dengan bakteri gram negatif yang hanya memiliki sedikit peptidoglikan yang terletak di suatu gel periplasmik antara membran plasma dan suatu membran bagian luar, selnya tetap menahan zat warna merah. Gambar 15. Bentuk morfologi bakteri E. coli dengan pewarnaan gram Bakteri uji dalam penelitian ini diduga telah mencapai fase pertumbuhan stasionernya. Menurut Fardiaz 1992 pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh 22 sama dengan jumlah sel yang mati. Bakteri S. aureus mencapai fase pertumbuhan akhir setelah inkubasi 16 jam Parhusip 2006. Fase pertumbuhan bakteri berpengaruh pada sensitivitas bakteri terhadap senyawa bakteri.

D. PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK AIR, ETANOL,

ETIL ASETAT DAN HEKSAN BELALANG KAYU Ekstrak belalang yang diperoleh ekstrak A, B, C, dan D diuji aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan metode difusi sumur Branen dan Davidson 1993. Aktivitas antimikroba ekstrak belalang dapat diketahui melalui pengukuran diameter zona bening yang terbentuk di sekitar sumur pada media NA yang diisikan ekstrak sampel. Zona bening yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong. Adanya zona bening menunjukkan bakteri tidak tumbuh pada zona tersebut. Zona hambat diukur dari selisih diameter zona bening yang terbentuk dengan diameter sumur seperti yang terlihat pada Gambar 16. Nilai zona hambat ekstrak belalang dapat dilihat pada Tabel 3, Gambar 17 dan Lampiran 3. Gambar 16. Zona bening ekstrak belalang pada bakteri uji Tabel 3. Zona hambat ekstrak belalang konsentrasi 60 terhadap bakteri uji Bakteri Zona Hambat Ekstrak mm A B C D S. aureus 7,1 9,4 E. coli 6,8 9,1 Keterangan: A: ekstrak air belalang; B: ekstrak etanol belalang; C; ekstrak etil asetat belalang; D: ekstrak heksan belalang Gambar 17. Hasil pengujian aktivitas antimikroba ekstrak belalang konsentrasi 60 7.1 9.4 6.8 9.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C D D iam e te r Pe n g h am b atan m m Ekstrak S. aureus E. coli A B D C