ARDY. F24080098. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Belalang Terhadap Bakteri E. coli dan
S. aureus serta Aplikasinya pada Bakso Daging. Di bawah bimbingan Joko Hermanianto dan
Suliantari. 2013.
RINGKASAN
Belalang kayu merupakan salah satu jenis serangga yang tumbuh di Indonesia. Di samping sifatnya yang merusak dan dianggap sebagai hama pengganggu bagi petani, belalang kayu telah
digunakan sebagai makanan untuk sebagaian orang, terutama bagi masyarakat Wonosari Jogjakarta. Selain bermanfaat sebagai bahan pangan, belalang kayu juga memiliki kemampuan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri patogen, seperti E. coli dan S. aureus. Hal tersebut menjadikan belalang kayu sebagai pengawet alami yang potensial untuk dikembangkan, terlebih bagi produk
berbahan dasar daging yang mudah sekali rusak. Penelitian antimikroba pada belalang ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
persiapan sampel dan kultur bakteri uji, ekstraksi dengan metode maserasi, uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumur, penentuan konsentrasi hambat minimal, serta uji aplikasinya pada
produk bakso daging. Pada penelitian ini, belalang kayu yang diperoleh dari Wonosari Jogjakarta terlebih dahulu dibuat menjadi tepung belalang kayu. Tepung belalang kayu ini kemudian diekstrak
menggunakan empat macam pelarut, antara lain air, etanol, etil asetat, dan heksan dengan perbandingan tepung dan pelarut 1:4. Sebanyak empat jenis ekstrak tepung belalang ini kemudian
diuji aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan metode difusi sumur. Ekstrak etanol dan etil asetat menghasilkan diameter penghambatan pada saat pengujian yang menandakan
adanya aktivitas antimikroba. Ekstrak etanol menghasilkan diameter penghambatan sebesar 6,8 cm dan 7,1 cm terhadap bakteri E. coli dan S. aureus, sedangkan ekstrak dari pelarut etil asetat
menghasilkan penghambatan yang lebih besar pada bakteri yang sama, yaitu sebesar 9,4 cm dan 9,1 cm. Ekstrak dari pelarut lainnya tidak menunjukkan adanya aktvitas penghambatan.
Ekstrak etil asetat yang memiliki diameter penghambatan terbesar memiliki nilai MIC sebesar 6 , dan diaplikasikan sebagai pengawet di bakso daging pada tahap selanjutnya. Bakso
disimpan pada suhu ruang dan diamati pada 0 jam, 6 jam, 17 jam, 20 jam, dan 24 jam. Dari pengamatan diketahui bahwa bakso yang ditambahkan dengan ekstrak belalang mampu
memperlambat kerusakan akibat mikroba hingga 17 jam, lebih baik dari bakso kontrol yang sudah rusak pada jam ke-6.
KAJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BELALANG TERHADAP BAKTERI E. coli DAN S. aureus SERTA APLIKASINYA PADA BAKSO DAGING
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh ARDY
F24080098
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
Judul Skripsi : Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Belalang Terhadap Bakteri E. coli dan
S. aureus serta Aplikasinya pada Bakso Daging Nama
: Ardy NIM
: F24080098
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Joko Hermanianto Dr. Dra. Suliantari MS
NIP 195905281985031001 NIP195009281980032001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc NIP 196805261993031004
Tanggal ujian tugas akhir: 6 Mei 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Belalang Terhadap Bakteri
E. coli dan S. aureus serta Aplikasinya pada Bakso Daging
adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Mei 2013 Yang membuat pernyataan,
Ardy F24080098
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,
fotokopi, microfilm, dan sebagainya.