11
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah belalang kayu yang diperoleh dari Wonosari, Jogjakarta. Mikroba yang digunakan untuk pengujian aktivitas antimikroba dalam penelitian ini
adalah E. coli dan S. aureus. Media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba yaitu Nutrient Agar NA, Nutrient Broth NB, Plate Count Agar PCA, Eosin Metilen Blue Agar EMBA,
dan Baird-Parker Agar BPA. Bahan lainnya yang digunakan adalah bahan untuk membuat bakso, akuades, etil asetat, heksan, etanol, spirtus, kapas, kertas saring, alumunium foil,
membran filter serta larutan buffer fosfat.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan untuk keperluan analisis dalam penelitian ini antara lain cawan petri, jarum ose, batang pengaduk, sudip, tabung reaksi, inkubator, autoklaf, stomacher, hot
plate, blender, timbangan analitik, pipet mikro, tip, bunsen, corong, gelas ukur, erlenmeyer, labu takar, gelas piala, dan vortex.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan Gambar 7. Tahap pertama meliputi, persiapan tepung belalang dan persiapan kultur bakteri uji. Bakteri uji yang
digunakan antara lain E. coli dan S. aureus. Tahap kedua yaitu ekstraksi tepung belalang menggunakan pelarut air, heksan, etil asetat, dan etanol menggunakan metode maserasi. Tahap
ketiga meliputi pengujian aktivitas antimikroba. Tahap ini terdiri dari pengujian secara kualitatif menggunakan metode difusi sumur, penentuan konsentrasi hambat minimum, serta aplikasi pada
produk bakso daging.
Gambar 7. Diagram alir penelitian Ekstraksi dengan 4 pelarut
Persiapan kultur bakteri uji
Uji difusi sumur Tepung Belalang
Belalang
Ekstrak terpilih Penentuan MIC
MIC Ekstrak Tepung
Belalang
Aplikasi pada bakso MIC terpilih
12 Pada metode difusi sumur, aktivitas antimikroba dari sampel ditunjukkan dengan adanya
zona bening yang terbentuk di sekitar lubang sumur. Semakin besar zona bening yang terbentuk menandakan aktivitas antimikroba yang semakin besar. Ekstrak yang menunjukkan
penghambatan paling besar digunakan pada tahap penentuan konsentrasi hambat minimum MIC dan aplikasi pada produk bakso daging.
a. Pembuatan tepung belalang
Belalang yang akan digunakan dalam penelitian ini sebelumnya dihancurkan hingga ukurannya menjadi lebih kecil dan menjadi tepung Gambar 8. Belalang utuh yang telah
mati dibuang bagian sayap dan kakinya, kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada belalang. Setelah bersih, belalang dikeringkan dengan cara dijemur
menggunakan cahaya matahari. Setelah kering, belalang dihancurkan menggunakan blender hingga bentuknya menjadi tepung. Belalang yang telah menjadi tepung disimpan dalam
suhu ruang.
Gambar 8. Diagram alir pembuatan tepung belalang
b. Ekstraksi tepung belalang
Ekstrak dapat diperoleh dengan cara ekstraksi bubuk dengan pelarut organik, yaitu mencampur bahan yang akan diekstrak dengan pelarut organik selama waktu tertentu, diikuti
pemisahan filtrat terhadap residu bahan yang diekstrak terlebih dahulu dikeringkan atau dikurangi kandungan air dalam bahan Houghton dan Raman 1998.
Belalang yang akan diuji aktivitas antimikrobanya harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk cair dengan proses ekstraksi Gambar 9. Pelarut yang dipakai dalam penelitian ini
antara lain air, etanol, heksan, dan etil asetat. Tepung belalang sebanyak 25 gram dalam erlenmeyer ditambahkan dengan pelarut sebanyak 100 ml. Kemudian di-shaker
menggunakan rotary shaker selama 72 jam pada suhu ruang. Tepung belalang disaring hingga dihasilkan supernatan yang dilanjutkan dengan proses pemekatan menggunakan
Diblender Dicucidibersihkan
Dikeringkan Dibuang sayap dan kakinya
Tepung Belalang Belalang
Disimpan di suhu ruang