58
membendung gerak paham komunis yang mulai merajalela di tengah-tengah masyarakat Sunda.
10
C. Analisis Pembayaran Fidyah Shalat di Kelurahan Cibadak Tanah Sareal
Kota Bogor
Sebagai manusia yang beriman, manusia diwajibkan untuk menjalankan syari’at Islam yang telah Allah tentukan di dalam al-Qur’an,
terutama Lima pilar utama yang menjadi rukun Islam. Shalat adalah salah satu bentuk ibadah mahdhoh yang harus dilaksanakan oleh pemeluk agama
Islam, oleh karena itu didalam melaksanakan shalat sudah ditentukan dan dijelaskan tatacaranya baik di dalam al-
Qur’an maupun di dalam hadits-hadits nabi.
Dalam ajaran
Islam shalat
mempunyai kedudukan
yang sangatpenting. Secara
hukum keberadaannya adalah fardlu „ain, yaitu suatu kewajiban yang harus dikerjakan oleh orang muslim baik laki-laki ataupun
perempuan yang mukallaf orang yang telah baligh dan berakal sesuai waktu yang telah
ditentukan syara’. Karena fungsi pentingnya ini shalat dalam rukum Islam menempati urutan kedua setelah syahadat. Kedudukannya dapat
dikatakan sebagai soko guru agama, bahkan lebih tegas lagi Nabi Muhammad Saw menjadikan shalat sebagai pembatas antara keimanan dan
kekufuran seseorang. Bagi orang yang dengan sengaja meninggalkan shalat
10
Hasan Bisri, Pergumulan Islam Dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda. Cetakan Ke -1. Bandung: Kaki Langit. 2005, h. 139.
59
padahal ia tahu bahwa shalat adalah wajib maka Nabi Saw mengklaim orang tersebut telah berbuat kekufuran.
Artinya: “pembatas antara seorang dengan kekufuran dan kekafiran
adalah meninggalkan shalat”.
11
Sebagai sebuahkewajiban, shalat tidak dapat ditinggalkan begitu saja, kewajiban shalatakan selalu melekat padadiri orang-orang Islam sampai akhir
hayat, kecuali bagi orang-orang yang telah hilang ingatannya gila dan belum akil baligh. Keyakinan akan arti penting atas kewajiban shalat dalam ajaran
Islam inilah yang melekat dalam hati orang-orang Islam warga Kelurahan Cibadak Kecamatan tanah Sareal Kota Bogor. Dalam survei di lapangan yang
penulis lakukan, orang-orang Islam warga Cibadak adalahorang-orang yang taat menjalankan perintah agama.
Sedangkandalam masalah
cara pembayaran
shalat yang
ditinggalkanmayit karena sakit dalam al- Qur’an dan hadits tidak diterangkan
dengan jelasseperti dalam permasalahan puasa. Namun di antara ulama ternyata tidak menjadi pembayaran fidyah sebagai satu-satunya jalan untuk
melakukanpembayaran atas shalat yang ditinggalkan si mayit. Imam
Syafi’i dalam permasalahan pembayaran shalat yang ditinggalkan mayit karena sakit pun ada dua pendapat yang bertentangan.
Dalam satu pendapat seperti yang dikutip Ibnu Burhan dari qaul qadim bahwa Imam Syafi’i mewajibkan seorang wali mengqadha shalat mayat, walaupun
11
Abu Husein Muslim al-Hajjaj, Shahih Muslim, Juz I, Bandung, al- Ma’arif, t.th., hlm. 49