PENUTUP Implementasi Pemikiran Zainuddin Al-Malibari Terhadap Praktik Qadha da Fidyah Shalat di Keluruhan Cibadak Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

3 Artinya : Barangsiapa yang lupa shalat, maka hendaklah dia shalat apabila sudah mengingatnya kembali, tidak ada kifarat untuknya kecuali itu.H.R. Annas 3 Menurut Imam Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, bahwa barang siapa yang meninggal dunia dan ia meninggalkan shalat fardu, maka shalatnya tidak perlu diqadhakan dan tidak perlu difidyahkan. Menurut pendapat yang lain, shalatnya boleh diqadhakan baik mayat itu berwasit ataupun tidak. 4 Menurut kebanyakan sahabatnya Imam Syafi ‟I memberikan satu mud makanan untuk setiap shalat yang ditinggalkan ” 5 Dalam kondisi-kondisi tertentu dimana seseorang mengalami kesulitan, seperti karena sakit sehingga orang itu ia tidak dapat berdiri, maka diperbolehkan baginya shalat dengan duduk. Jikalau tidak dapat dengan duduk, ia boleh melakukannya sambil berbaring, dan di waktu rukuk dan sujud cukuplah dengan memberi isyarat, seperti menundukan kepala, dengankedipan mata. Dasar hukum atas adanya rukhshah keringanan tersebut termaktub dalam firman Allah dalam Q.S. An- Nisa‟: 103 :                3 Muhyiddin an-Nawawi, Shohih Muslim, jus V Lebanon: Darul Ma‟arif, h. 198 4 Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, Fathul Mu‟in Bandung: Syirkah al-Ma‟arif Lithof‟I wannasyri, h. 3 5 Al-Bakri ad-Damyathi, I‟anah at-Thalibin, Darul fikri, h. 33 4 Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat sebagaimana biasa ”. Seiring dengan perkembangan zaman yang juga berpengaruh dalam problematika kehidupan manusia, maka perihal shalat pun tidak lepas dari berbagai problematika, yaitu adanya dispensasi shalat untuk orang sakit yang tidak dapat mengerjakannya. Demikian juga bagi orang yang masih mempunyai tanggungan hutang shalat, ada keringanan untuk mengqadha atau membayar fidyah. Hal seperti inilah yang terjadi di Kelurahan Cibadak Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, di mana ada sebagian masyarakat yang membayarkan fidyah sebagai ganti dari hutang shalat yang masih dimiliki oleh salah satu keluarganya ayahibunya atau suamiisteri yang telah meninggal dunia. Cibadak adalah kelurahan yang letaknya tidak jauh dari pusat kota Bogor. Mayoritas warganya adalah sebagai wiraswasta. Masyarakat Cibadak kehidupan beragamanya sangat bagus, sebagian besar masyarakat Cibadak beraliran NU Nahdlatul„Ulama atau lebih dikenal dengan sebutan Nahdliyin. Mereka mempunyai seorang kyai yang biasa mereka jadikan tumpuan untuk belajar maupun bertanya berbagai macam hal keagamaan, tidak terkecuali masalah fidyah sebagai pengganti hutang shalat bagi salah satu keluarganya yang telah meninggal dunia. Alasan konkrit sebagian masyarakat Cibadak dalam melakukan pembayar fidyah atas shalat, karena anggota keluarga mereka yang telah meninggal dunia masih mempunyai tanggungan hutang shalat. Hutang shalat Hutang shalat berawal pada saat si mayit sakit sangat parah dan tidak