Kedudukan Kitab Kuning dalam Pengkajian dan Fatwa Ulama di

50 runtut dibanding dengan kitab lain, karena dalam penyebutan, tidak di klasifikasikan sesuai dengan Fardlu dan Sunahnya, melainkan disebutkan sesuai dengan letak kaifiyah itu, metode seperti ini juga di terapkan dalam pembahasan Haji dan Umroh. Kitab Fathul M u’in oleh ulama Cibadak dijadikan sebagai rujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan permasalahan muamalat masyarakat, tetapi tidak dipakai dalam pengajian warga Cibadak dikarenakan pembahasan di dalam kitab fathul Mu’in itu sudah sedikit lebih tinggi. 5 Dalam pembahasan qadha dan fidyah shalat yang terjadi di Cibadak Memakai kitab rujukan fathul mu’in. karena dalam kitab fathul mu’in sudah sangat jelas pembahasan tentang shalat, dan ditambah dengan syarhanya yaitu yan g berjudul I’anatuth Tahlibiin yang dikarang oleh Syaikh Muhammad al- Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Dimyati.

E. Teknis Pelaksanaan Fidyah Shalat di Cibadak

Shalat merupakan ibadah badaniyah. Oleh karena itu, ibadah shalat tidak dapat diganti dengan amalan lainnya kecuali ada dalil yang membolehkannya. Berdasarkan ini, maka menurut pendapat yang rajih dalam mazhab Syafi’i, shalat tidak dapat diganti dengan fidyah, meskipun dalam kasus orang telah meninggal. Pendapat didukung oleh hadits Nabi SAW, antara lain hadits riwayat Annas : 5 Wawancara langsung dengan KH.Musa pada29 maret 2016 pukul 13.30 WIB. 51 Artinya : Barangsiapa yang lupa shalat, maka hendaklah dia shalat apabila sudah mengingatnya kembali, tidak ada kifarat untuknya kecuali itu.H.R.Annas 6 Fidyah secara kebahasaan adalah ﺪﻓﻠﺍ ﺔﻳ - ﺀﺍﺪﻓﻠﺍ - ﺪﻓﻠﺍ yang berarti tebusan. 7 Tebusan ini biasanya berupa makanan pokok misalnya beras dan sebagainya, yang harus dibayarkan oleh seorang muslim seperti karena ia meninggalkan puasa yang disebabkan oleh penyakit menahun, penyakit tua dan sebagainya yang menimpa dirinya. Sedangkan menurut syara ’ istilah fidyah adalah sejenis denda yang dikenakan kepada orang Islam yang melakukan beberapa kesalahan tertentu dalam ibadah, atau menebus ibadah karena uzur dan disyari’atkan dengan memberi sedekah kepada fakir miskin berupa makanan yang mengenyangkan. Fidyah adalah meberikan makan kepada orang miskin, dengan dalil Syar’I Firman Allah Swt : …        … Artinya : Dan wajib bagi orang-orang yang berat melaksanakannya ibadah puasa membayar Fidyah yaitu memberi makan seorang muslim Al baqoroh ayat 184  Dari ayat tersebut jelas bahwa fidyah berupa memberi makan pada orang miskin. Para ulama sepakat bahwa makanan yang harus diberikan adalah makanan pokok, dengan ukuran 1 mud 0,6875 liter beras untuk mengganti puasa 1 hari, yang diserahkan langsung kepada fakir miskin sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan dan tidak membolehkan 6 Muhyiddin an-Nawawi, Shohih Muslim ,jus V Lebanon: Darul Ma’arif , h. 198 7 A.W.Munawir, Kamus Arab – Indonesia al-Munawir, Yogyakarta, PonPes al- Munawir, 1984, hlm.1117 52 memberikan makanan kepada orang yang menjadi tanggungan si pemberi fidyah. 8 Dari sisi pelaksanaan, fidyah biasanya dilaksanakan pada bulan puasa atau bulan-bulan setelah dan tentu saja bagi orang-orang yang masih hidup. Berbeda dengan itu pelaksanaan fidyah yang dilaksanakan di Kelurahan Cibadak Justru dilaksanakan setelah seseorang meninggal dunia sebelum ia dikuburkan atau setelahnya yang dilaksanakan oleh ahli warisnya. Yakni pembayaran fidyah dilakukan secara simbolik dengan cara mengundang orang banyak dan para mualimUstadz dengan Menghela. Prakteknya adalah ahli waris menyerahkan sejumlah beras yang jumlahnya tidak ditetukan kepada Mualim atau Ustadz untuk menghelah fidyah tersebut. Kalimat yang diucapkan ahli waris dalam menyerahkan beras tersebut adalah sebagai berikut : “ Saya atas nama ahli waris fulan bin fulan menyerahkan beras ini sebanyak disebutkan jumlahnya untuk dijadikan Fidyah bagi Al marhumAl marhumah ”. Biasanya ini dilaksanakan di depan para jama’ah yang hadir yang kemudian dibagi kepada dua kelompok, sebelah barat dengan timur atau sebelah utara dengan selatan sesuai dengan keadaan tempatnya, dan masing- masing kelompok tersebut memiliki juru bicara yang mewakili bagian dari kelompoknya, dan di tengahnya telah tersedia beras yang diserahkan tadi yang diletakan pada tempat yang dapat digerakan, karena dalam pelaksanaan 8 Zurinal Z, Aminuddin. Fiqih Ibadah Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h.152