15
BAB II SEKILAS TENTANG KITAB FATHUL MU
’IN A.
KajianTeori 1.
Kearifan Budaya Lokal
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
1
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sedangkan dari sisi
sosial, pengertian kebudayaan dapat digambaran dalam hubungan-hubungan kekerabatan baik individu maupun masyarakat dalam tradisi dan adat istiadat
yang dipelihara dan terselenggara dalam kegiatan organisasi-organisasi, baik yang berdasarkan profesi, asal-usul keturunan, maupun hobi, yang kemudian
membentuk struktur sosial kemasyarakatan, sehingga mencakup nilai, simbol, norma, dan pandangan hidup umumnya yang dimiliki bersama anggota
masyarakat. Dari pengertian budaya secara umum, maka budaya lokal adalah
budaya yang bersifat lokal setempat atau lokasi tertentu terdapat budaya regional atau bias disebut sebagai kebudaya antra disional suku-suku bangsa.
2
1. Masyarakat dan Kebudayaan Sunda
Secara Antropologi Budaya bahwa yang disebut suku sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa bahasa sunda
serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang juga sering disebut Tanah
1
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, “Setangkai Bunga Sosiologi”, dalam Afif
dan SaifulBahri ed, Harmoni Agama dan Budaya di Indonesia Jilid I, Jakarta: Balai Peelitian dan Pembangunan Agama, 2009, h. 19
2
Anisatun Muti‟ah, dkk, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia jilid I, Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, h. 20
16
Pasundan atau Tatar Sunda.
3
Dalam lingkup Kebudayaan Sunda, terdapat sub kebudayaan Cirebon, sub kebuayaan Banten, dan sub kebuayaan Priangan. Namun pada akhir tahun
2000, pemerintah pusat telah meresmikan Banten menjadi Provinsi baru. Dengan demikian, secara administrative, pemerintah Provinsi Jawa Barat
hanya memiliki dau kebudayaan yaitu sub kebudyaan Cirebon dan sub kebudayaan Priangan.
4
Menurut Juhaya S. Praja bahwa manusia Sunda dituntut untuk memiliki sifat-sifat Rasul, yakni shidiq, fathonah, amanah, yang tergambar
dalam kalimat cageur, bageur, singer, tur pinter.
5
Untuk mencapai sifat-sifat tersebut, manusia Sunda diwajibkan menuntut ilmu dan mencari rizki yang
tercermin dalam kalimat ilmu tuntut dunya siar. Sedangkan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, baik sebagai individu dan keluarga maupun
sebagai anggota masyarakat, maka ia harus melaksanakan apa yang wajib dan yang sunah secara berkesinambungan sebagaimana terungkap dalam
pribahasa fardu kalaku sunah kalampah. Pola hubungan Islam dengan budaya Sunda yang begitu dekat,
seperti ungkapan “Islam teh Sunda, Sunda teh Islam” yang disampaikan pertama kali oleh Endang Saefudin Anshori pada tahun 1967. Menurut Ajip
Rosidi ungkapan tersebut merupakan strategi kebudayaan dalam upaya membendung gerak paham komunis yang mulai merajalela di tengah-tengah
3
Koentjaraningrat, ManusiadanKebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2010, h. 307
4
IyusRusliana, Wayang Wong Priangan Kajian Mengenai Petunjukan Drama tari Tradisional di Jawa Barat, Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2002, h.23
5
Juhaya S. Praja. 2003. hukum Islam Dalam Tradisi dan Budaya Masyarakat Sunda, h. 6