Kesalahan Pengobatan Medication Error

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penyiapan hinga penyerahan resep oleh petugas apotek. Sedangkan kesalahan pada fase pemberian adalah kesalahan yang terjadi pada saat penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya. 2.3.3 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kesalahan Pengobatan Kesalahan dapat terjadi pada beberapa langkah, dimulai dari pemberian resep sampai penyediaan akhir obat ke pasien. Penyebab umum kesalahan medikasi meliputi diagnosis yang tidak tepat, kesalahan pemberian resep, kekeliruan dalam penghitungan dosis, praktek distribusi obat yang buruk, masalah terkait obat dan perangkatnya, pemberian obat yang tidak tepat, adanya kegagalan komunikasi antar tenaga kesehatan dan kurangnya edukasi pasien AMCP, 2010. Menurut American Society of Health-System Pharmacists ASHP dalam Guideline on Preventing Medication Errors in Hospitals, penyebab-penyebab umum yang memicu terjadinya medication error, yaitu diantaranya : 1. Adanya ambigu pada penunjukkan di label atau di dalam pengemasan. 2. Nomenklatur produk obat [Look-Alike-Sound-Alike LASA , penggunaan huruf atau nomor prefiks dan sufiks dalam nama obat] 3. Adanya kegagalan atau kerusakan pada alat kesehatan 4. Resep yang tak terbaca 5. Transkripsi yang tidak tepat 6. Perhitungan dosis yang tak tepat 7. Personil yang tidak cukup terlatih 8. Menggunakan singkatan yang tidak dimengerti dalam resep 9. Kesalahan dalam pelabelan 10. Beban kerja yang berlebihan 11. Penyimpangan dalam kerja individu 12. Tidak tersedianya obat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3.4 Upaya – Upaya Pencegahan Kesalahan Pengobatan Upaya intervensi untuk meminimalkan insiden belum sempurna tanpa disertai upaya pencegahan. Upaya pencegahan akan lebih efektif jika dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain multidisiplin terkait penggunaan obat, terutama dokter dan perawat. Depkes, 2008. Menurut The Academy of Managed Care Pharmacy AMCP, terdapat kunci- kunci untuk mencegah medication error, yang diantaranya : 1. Edukasi kepada pasien Tenaga kesehatan professional harus menyediakan pendidikan pasien yang adekuat tentang tata cara penggunaan obat yang tepat sebagai bagian dari program pencegahan medication error. Beberapa contoh instruksi kepada pasien yang dapat membantu mencegah medication error, antara lain : a. Mengetahui nama dan indikasi pengobatan yang sedang dijalani b. Membaca informasi obat di lembaran yang disediakan oleh Apoteker c. Tidak berbagi obat d. Selalu mengecek tanggal kadaluwarsa obat e. Pelajari tentang penyimpanan obat yang benar f. Jauhkan obat-obatan dari jangkauan anak-anak g. Pelajari tentang peringatan dan interaksi obat 2. Prior Authorization Program prior authorization digunakan oleh sistem perawatan kesehatan sebagai alat untuk membantu dalam menyediakan kualitas, keuntungan peresepean obat yang ekonomis dan efektif. Meningkatkan keselamatan pasien dengan cara mempromosikan penggunaan obat yang tepat merupakan fungsi integral dari program prior authorization ini. Medication error dapat dikurangi oleh sistem prior authorization dengan berbagai cara. 3. Teknologi elektronik a. Bar coding Salah satu cara di mana teknologi elektronik dapat meningkatkan keselamatan pasien dan mengurangi kesalahan pengobatan adalah melalui penggunaan kode yang dapat dibaca mesin standar bar kode. Pengobatan bar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta coding adalah alat yang dapat membantu memastikan bahwa obat yang tepat dan dosis yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat. NCCMERP merekomendasikan US Food and Drug Administration FDA, the United States Pharmacopeia USP, and pharmaceutical manufacturers untuk berkolaborasi dalam menciptakan teknologi bar coding dengan cara menanamkan informasi berikut ke dalam bar kode obat :  Kode Obat Nasional NDC : nomor yang mengidentifikasikan obat, bentuk sediaan dan kekuatan obat.  LotKontrolNomor Batch : untuk membantu jika ada kasus penarikan obat.  Tanggal kadaluwarsa : untuk membantu memastikan bahwa pasien tidak menerima obat yang kadaluwarsa. b. Electronic Prescription Record EPR Sebuah rekam resep elektronik EPR mengandung semua data legal yang diperlukan untuk diisi, diberi label, disiapkan danatau untuk memasukkan permintaan pembayaran untuk peresepan. Apoteker menggunakan EPR sebagai alat untuk mengurangi medication errors dengan cara memperhatikan interaksi obat, duplikasi obat dan kontraindikasi. EPR ini juga dapat membantu mengurangi medication errors dengan cara membantu Apoteker dalam memonitor dan mengaudit penggunaan obat dan dengan cara memfasilitasi komunikasi diantara tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien. c. E-prescribing Penggunaan peresepan elektronik dengan cara memasukkan perintah resep pada komputer, yang dikenal sebagai Computerized Physician Order Entry CPOE. CPOE adalah teknologi yang dapat membantuk mencegah beberapa kesalahan medik. Sistem CPOE memperkenankan dokter untuk memasukkan perintah resep ke dalam komputer atau alat lain secara langsung, dengan demikian dapat menghilangkan atau mengurangi kebutuhan resep tulisan tangan secara signifikan. E-prescribing dan CPOE dapat mengurangi kesalahan medik dengan cara menghilangkan resep tulisan tangan yang tak terbaca, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memastikan terminologi dan singkatan-singkatan yang tepat, dan mencegah adanya resep yang ambigu dan informasi yang hilang pada resep. 1. Electronic Drug Utilization Review DUR Proses DUR online memungkinkan Apoteker untuk mengatur sebuah review dari urutan resep pada saat diperlukan dalam kegiatan penyiapan obat dan secara pro aktif dalam mengatasi masalah obat, seperti interaksi obat-obat, penggunaan obat yang berlebihan, penggunaan obat yang kurang dan masalah alergi. Teknologi ini juga memungkinkan Apoteker untuk menilai urutan resep pada saat meracik dan menggunakan informasi dari rekam medik danatau apotek, dan untuk menentukan kesesuaian terapi obat yang diresepkan. 2. Automated Medication Dispensing Sistem dispensing otomatis saat ini digunakan secara luas sebagai metode penyiapan obat yang intensif dan sedikit menggunakan tenaga kerja. Sistem dispensing otomatis lebih efisien dalam melakukan tugas- tugas Apoteker yang membosankan, gerakan yang berulang, yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan tugas pencatatan, dimana hal-hal tersebut dapat menyebabkan dispensing errors. 3. Prosedur Kontrol Kualitas Internal Kebanyakan pengaturan dispensing obat telah mengembangkan prosedur evaluasi kualitas. Praktik-praktik ini memberikan evaluasi alur kerja dan analisis pelaporan kesalahan, yang nantinya akan menghasilkan perlindungan yang sangat baik dari medication error.

2.4 Near Miss Kejadian Nyaris Cedera

2.4.1 Defenisi Kejadian Nyaris Cedera Kejadian Nyaris Cedara KNC adalah sebuah peristiwa yang tidak direncanakan, yang tidak mengakibatkan cedera, sakit, atau kejadian yang merugikan, tetapi memiliki potensi untuk terjadi. KNC ini sangat menguntungkan karena dapat mencegah kerugian atau kematian, dan kemungkinan terjadi sangat besar. Sebuah proses atau sistem manajemen yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selalu salah adalah akar penyebab peningkatan risiko yang mengarah KNC dan harus menjadi focus perbaikan National Safety Council Alliance,2013. Di Indonesia data tentang Kejadian Tidak Dinginkan KTD apalagi KTD masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit KKP-RS. KNC merupakan suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya diambil yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, yang disebabkan karena keberuntungan, pencegahan atau peringatan KPP-RS, 2008. KNC lebih sering terjadi dibandingkan dengan KTD, Data KNC harus dianalisa agar pencegahan dan pembentukan sistem dapat dibuat sehingga cedera tidak terjadi. Pada sebahagian besar kasus KNC memberi dampak pada pembuatan model penyebab insiden incident causation model atau proses hingga KNC. Model peyebab terjadinya insiden, KNC berperan sebagai pelapor awal sebelum terjadinya KTD. KNC meyediakan 2 tipe informasi terkait dengan keamanan pasien: Robert, 2002 dalam Aspen 2004. 1. Kelemahan dari sistem pelayanan kesehatan kesalahan dan kegagalan termasuk tidak kuatnya sistem pertahanan 2. Kekuatan dari sistem pelayanan kesehatan tidak ada perancanaan, tindakan pemulihan secara informal. Tujuan sistem pelaporan KNC Kaplan,2002 dalam Yully.H.M,2013: - Pemodelan: Bertujuan melihat lebih mendalam bagaimana kegagalan atau kesalahan berkembang menjadi KNC. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kejadian diawal, bagaimana meningkatkan keamanan pasien, bagaimana mencegah hal ini tidak terjadi, memberi penguatan pada model pemecahan masalah yang diambil pada kasus sebelumnya. - Arah atau kecenderungan yang bertujuan melihat kecenderungan terjadinya masalah masalah apa yang sering terjadi, faktor apa saja yang berkontribusi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap terjadinya masalah, menyediakan cara pemecahan masalah yang paling efektif dan prioritas untuk dijalankan, - Meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian 2.4.2 Prevalensi Kejadian Nyaris Cedera Hasil penelitian di Rumah sakit Pondok Indah RSIP KNC lebih sering terjadi Sebesar 73,7 dibandingkan dengan KTD 26,3 . Bentuk KNC dan KTD yang didapat dari laporan kejadian yaitu: ketidak sesuaian identifikasi pasien seperti penulisan nomor medical record, nama pasien salah, penempelan stiker, nama pasien tidak sama dengan penulisan manual, kesalahan penulisan kamar pasien, kesalahan dalam pemberian obat salah pasien, dosis, jenis obat, sampel darah pasien tertukar, dan pasien jatuh Yully,2011. Hasil penelitian KNC di Rumah Sakit Umum Surya Husada, tenaga Medis yang tidak melaksanakan pemberian tepat dosis 8,8, ketidak tepatan waktu 8,1, Pendokumentasian yang benar 17,6 Koen,2012. Laporan Insiden Keselamatan Pasien IKP oleh KKP-RS Komite Keselamatan Pasien- Rumah Sakit di Indonesia pada bulan Januari-April 2011, menemukan bahwa adanya pelaporan kasus KTD 14,41 dan KNC 18,53 yang disebabkan karena proses atau prosedur klinik 9,26, medikasi 9,26, dan pasien jatuh 5,15. Sebuah penelitian di Utah dan Colorado USA melaporkan KNC sebanyak 2,9 dimana 6,6-nya meninggal dunia. Sebanyak 44.000 warga Amerika meninggal setiap tahunnya akibat kesalahan medis medical error IOM, 2000. Sebuah sumber ketiga dan yang terbaru dari data prevalensi berasal dari kantor Inggris Audit Nasional. Pada tahun 2003-2004, kurang lebih 885.832 KTD dan KNC terjadi di 256 kejadian akut pada National Health Service NHS, ambulans, dan Perserikatan Kesehatan Mental 96 di NHS; dan pada tahun 2004-2005, ada 974.000 KTD dan KNC. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Sosialisasi

Menurut Vembriarto dalam Khairudin 2008,: 63, menyebutkan Sosialisasi adalah sebuah proses belajar yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap ide- ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan standard tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup. Semua sifat kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diri pribadinya. Menurut Jaeger dalam Sunarti Kamanto 2000,: 33, Membagi dua pola sosialisasi antara lain; Sosialisasi represif repressive socialization menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Dalam pola sosialisasi represif, juga menekanan pada kepatuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah; penekanan titik berat sosialisasi terletak pada pimpinan dan keinginan karyawan untuk berubah, dan peran seluruh karyawan sebagai significant other. Sedangkan dalam Pola Sosialisasi yang partisipatoris participatory socialization, merupakan pola di mana karyawan diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Menurut tahapannya sosialisasi oleh dibedakan Berger dan Luckman Soe’oed dalam ihromi, 1999: 32, menjadi dua tahap yakni: 1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat; dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi. 2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya; dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme dunia yang lebih khusus; dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Root Cause Analysis RCA

2.6.1 Definisi RCA Root Cause Analysis adalah proses terstruktur yang membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari atau penyebab dari suatu peristiwa yang merugikan atau nyaris cedera. Memahami faktor atau penyebab dari kegagalan system dapat membantu mengembangkan tindakan yang dapat mencegah terjadinya kesalahan. RCA merupakan suatu analisis sistematis dari semua faktor yang mempengaruhi atau memiliki potensi untuk mencegah suatu kesalahan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk insiden berbahaya kepada pasien yang sifatnya dapat dihindari, atau dalam KNC, dimana merupakan suatu kejadian yang menempatkan pasien pada risiko berbahaya WHO, 2008. RCA adalah suatu metode yang digunakan untuk menunjukkan sebuah masalah atau ketidaksesuaian, agar mendapatkan akar penyebab dari suatu masalah. RCA ini digunakan sehingga dapat mengoreksi atau mengeliminasi penyebab suatu masalah, dan mencegahnya agar tidak terulang kembali Quality Management and Training, 2008. 2.6.2. Alat dan Teknik RCA Teknik RCA Menurut Quality Management and Training, terdapat beberapa alat dan teknik yang digunakan untuk melakukan RCA, yang diantaranya : a. 5-Mengapa Gemba Gembutsu 5-Mengapa kadang-kadang disebut sebagai Gemba Gembutsu, dimana artinya adalah tempat dan informasi dalam bahasa Jepang. 5-Mengapa biasanya mengacu pada praktik bertanya sebanyak 5 kali, mengapa kegagalan telah terjadi, agar mendapatkan akar penyebab dari suatu masalah. 5-Mengapa digunakan untuk menyelesaikan metode RCA yang sederhana.

Dokumen yang terkait

Pendapat Pasien Rawat Jalan Peserta Bpjs Kesehatan Terhadap Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014

3 64 78

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari – Juni 2012

15 138 89

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

4 43 175

Pengaruh Kepuasan Pasien Terhadap respon Purna Pemanfaatan Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

0 27 79

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Evaluasi Kualitatif Antibiotik Meropenem pada Pasien Sepsis BPJS di RUMKITAL Dr. Mintohardjo

1 42 156

Gambaran Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Pada Pelayanan Kefarmasian di Apotek Rawat Inap Rumiktal Dr. Mintorahardjo Periode April – Mei 2016

25 124 113

EVALUASI KINERJA INSTALASI FARMASI DI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ATAS PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN Evaluasi Kinerja Instalasi Farmasi Di Rsud Dr.Soehadi Prijonegoro Sragen Atas Pelayanan Pasien Rawat Jalan Periode Mei-Juli 2016.

0 5 16

PENDAHULUAN Evaluasi Kinerja Instalasi Farmasi Di Rsud Dr.Soehadi Prijonegoro Sragen Atas Pelayanan Pasien Rawat Jalan Periode Mei-Juli 2016.

1 4 10

Analisis Kejadian Nyaris Cedera Pada Instalasi Rawat Inap C di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2015.

0 1 49