UIN SyarifHidayatullah Jakarta
KNC Pelayanan Kefarmasian tetapi tidak terjadi perubahan yang singnifikan. Sehingga sosialisasi dapat menurunkan KNC tetapi tidak
signifikan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.1 Diagram hasil analisi univariat KNC pelayana kefarmasian April dan Mei 2016 di RS TNI AL Dr.Mintoharjo
nama pasien No rekamedik
bentuk sediaan nama obat
signa obat rute pemberian
dosis dan jumlah obat tidak tepat perintah pengobatan tidak terbaca
salah menyiapkan obat penulisan etiket tidak jelas
obat tidak tersedia pemberian informasi
0.48 14.03
0.14 0.19
0.25 0.14
0.48 0.22
0.22 20.52
12.58 0.00
0.19 14.42
0.04 0.09
0.17 0.00
0.26 0.04
0.12 11.13
8.97 0.00
Data KNC Pelayanan Kefarmasian bulan April dan Mei 2016
APRIL MEI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2 PEMBAHASAN PENELITIAN
5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tentang analisa KNC pelayana kefarmasian ini dilakukan di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
menggunakan lembar resep periode bulan April dan Mei 2016, sampel yang didapatkan selama pengamatan menggunakan teknik total sampling
sebanyak 7624 lembar resep, dan 2541 lembar resep yang mengalami KNC yaitu peresepan sebanyak 1118 KNC, penyiapan 2003 KNC dan
pemberian obat tidak terjadi KNC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak KNC pada peresepan obat dan penyiapan obat.
Alur perjalanan resep di apotek rawat jalan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo, yakni pasien bertemu dengan dokter, Kemudian dokter
akan menentukan anamnesis, diagnosis, serta terapi. Lalu dokter akan menulis resep dan pada penulisan resep tersebut bisa terjadi kesalahan
dalam peresepan obat. Selanjutnya pasien akan menyerahkan resep tersebut kepada petugas transkrip resep yang ada di apotek dan pasien
akan menerima nomor antrian. Resep akan diterima oleh apoteker yang nantinya pada penerjemahan atau intervensi resep tersebut bisa terjadi
kesalahan dalam menerjemahkan resep. Setelah itu apoteker akan menyiapkan , meracik, dan memberikan obat kepada pasien. Pada proses
tersebut bisa terjadi kesalahan dalam penyiapan obat dan pemberian obat. Dari resep resep tersebut dinilai berdasarkan formulir KNC yang telah
dibuat oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti menilai 3 tahap pada KNC pelayanan kefarmasian, yakni pada tahap peresepan, penyiapan dan
pemberian obat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2.1.1 Analisis KNC Pelayanan Kefarmasian pada tahap Peresepan obat
Pada tabel 3 diketahui hasil dari analisa KNC pada bula April. Untuk KNC peresepan obat sebesar 15,97 KNC, dimana
ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu 14,51 dari 15,97. Sedangkan bulan Mei KNC pelayana kefarmasian pada
peresepan obat
sebesar 15,24
KNC, dimana
mencakup; ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu 14,61 dari
15,24. Hasil ketidaklengkapan data pasien ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan
Prawitosari 2009
yang mendapatkan
hasil ketidaklengkapan penulisan data pasien sebanyak 39 umur pasien,
36,4 alamat pasien dan 2,6 nama pasien. Data pasien dalam penulisan resep cukup penting, karena hal ini sangat diperlukan dalam
proses pelayanan peresepan sebagai pembeda ketika ada nama pasien yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien.
Seperti contohnya umur dan nomor rekam medis pasien sangatlah penting dan harus dicantumkan dalam resep. Bentuk ketidaklengkapan
data pasien dalam resep yang diamati ini beragam, yaitu karena tidak dituliskannya nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien, alamat,
nomor rekam medis pasien, atau bahkan tidak dicantumkan keseluruhan. Seperti data pasien yang tidaklengkap hal ini menyebabkan
adanya hambatan ketika resep tersebut akan diberikan kepada pasien. Tulisan tangan yang tidak jelas, nama obat yang membingungkan dapat
mengakibatkan kesalahan pengambilan obat sehingga berakibat fatal bagi pasien bila sampai pada tahap pemberian obat, karena yang
diberikan tidak sesuai dengan penyakitnya. Frekuensi pemberian obat yang tidak jelas sehingga aturan obat yang diberikan melenceng dari jam
dan waktu yang seharusnya. Penulisan signa obat yang tidak jelas, pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat, jumlah obat yang tidak
tepat sehingga dapat mengakibatkan kegagalan terapi pada saat penggunaan obat oleh pasien. Penulisan etiket tidak lengkap akan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengurangi informasi cara pengunaan obat, ketepatan pelabelan obat sangat erat dengan jaminan keamanan pasien dalam penggunaan obat.
Obat tidak tersedia di apotek sangat merugikan pasien yang kemungkinan terlambat mendapatkan obat atau harus mencari diluar
apotek rumah sakit. Hal ini juga akan memberatkan pasien dari keluarga yang tidak mampu miskin membeli obat.
Penulisan resep harus ditulis dengan benar dan jelas, jika resep tidak terbaca dengan jelas akan berakibat fatal, karena akan
menimbulkan kesalahan pada tahap penerjemahan nama obat, konsentrasi, dosis pemberian obat, durasi pemberian, rute pemberian,
bentuk sediaan, sehingga pada tahap penyiapan obat juga salah dalam melakukan pelayanan kefarmasian yakni pada saat pengambilan obat
jeniskonsentrasi berbeda. Dengan demikian kemungkinan terjadi KNC menjadi lebih besar. Sehingga perlu dilakukan komfirmasi kepada dokter
mengenai resep yang dituliskan. Penulisan resep tidak jelas ini sesuai dengan penelitian Susanti 2013 yang mendapatkan hasil 0,3.
Penulisan nama obat sangat penting dalam resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan pemberian obat, karena
banyak obat yang tulisannya hampir sama atau penyebutannya sama. Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga
terhindar dari kesalahan pemberian obat ini sesuai dengan peneilitian Bilqis 2015 yang mendapatkan hasil 4,8.
Penulisan signa obat sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam pembacaan pemakaian obat, sehingga
pasien dapat meminum obat sesuai dengan cara dan aturan pemakaian. Dengan demikian, seharusnya dokter menuliskan signa obat dengan jelas
sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian obat. Hasil ketidakjelasan penulisan signa obat ini sesuai dengan penelitian Bilqis 2015 yang
mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan signa obat sebanyak 3,8. Penulisan jumlah dan dosis obat obat harus ditulis dengan jelas
agar terhindar dari kesalahan pemberian jumlah dosis mengingat adanya
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
obat-obat yang memiliki dosis lebih dari satu, dimana dosis obat itu sendiri adalah jumlah atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan
efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Namun biasanya ada kesepakatan tidak tertulis dalam pelayanan obat tersebut
bahwa jika kekuatan obat tidak tertulis maka diberikan obat dengan kekuatan kecil. Oleh karena itu, dosis sediaan harus ditulis dengan jelas
dan harus sesuaitepat. Hasil ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan obat ini sesuai dengan penelitian Bilqis 2015 yang mendapatkan hasil
ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan sebanyak 32,8. Untuk melakukan antisipasi kesalahan dalam peresepan obat
maka apoteker harus melakukan komfirmasi ulang mengenai penulisan resep yang tidak lengkap dan jelas untuk menghindari kesalahan
– kesalahan dalam pelayanan kefarmasian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terjadi penurunan persentase KNC Pelayanan Kefarmasian secara keseluruhan pada bulan
April dan Mei dapat dilihat pada tabel 3. Hal tersebut meliputi tidak lengkap bentuk sedian,nama, signa, rute pemberian, dosis dan jumlah
obat, perintah pengobatan yang tidak terbaca, dan tidak ada nama pasien. Terjadi peningkatan persentase KNC Pelayanan Kefarmasian pada
nomor rekamedik sebanyak 14,03 pada bulan april dan 14,42 pada bulan Mei. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan teman sejawat
dokter dan perawat akan pentingnya penulisan nomer rekam medik pada resep dan tidak dilakukan sosialisasi mengenai hasil penelitian peresepan
obat yang dilakukan pada bulan April, karena terbatasnya waktu yang dimiliki peneliti.
Perlu dilakukan upaya – upaya perbaikan untuk mengurangi
kesalahan dalam penulisan resep. Adapun upaya yang diusulkan peneliti sebagai berikut:
a. E- prescribing,Computerized Physician Order Entry CPOE, Sistem CPOE yang dilakukan sebagai berikut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dokter memasukkan perintah resep pada komputer atau alat lain secara langsung.
CPOE memastikan resep yang di input terbaca dan lengkap, termasuk semua informasi yang diperlukan, seperti nama
obat, dosis, rute pemberian dan bentuk sediaan. CPOE menyediakan aplikasi perhitungan dosis yang sesuai
dengan aturan. Mengecek ketepatan obat sesuai riwayat penggunaan obat dan
hasil laboratorium pasien . Adapun pihak
– pihak yang terlibat dalam melaksanakan upaya
– upaya perbaikan ini meliputi petugas IT, dokter, apoteker, dan asisten apoteker.
b. Electronic Prescription Record EPR Sebuah rekam resep elektronik yang bekerja dengan cara:
Mengandung semua data legal yang diperlukan untuk diisi yaitu nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, umur, tinggi
badan, berat badan, riwayat pengobatan serta biaya pengobatan.
Apoteker menggunakan EPR sebagai alat untuk mengurangi medication errors dengan cara memperhatikan interaksi,
duplikasi obat dan kontraindikasi. c. Komponen pada resep sebaiknya ditambah dengan data berat
badan, usia, dan riwayat alergi pasien untuk mempermudah apoteker dalam pengecekan atau penyesuaian obat dengan dosis
yang ditulis oleh dokter. Pihak yang terlibat antara lain seluruh staf departemen farmasi, penanggung jawab apotek rumkital Dr.
Mintoharjo. d. Untuk penulisan resep secara manual, sebaiknya ditulis secara
tepat, jelas dan terbaca. Pada hasil penelitian ini masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan resep yang dilakukan oleh
dokter koas, sehingga dokter penanggung jawab harus melakukan