50
Apabila grafik membentuk sebaran normal, maka dapat dikatakan bahwa terjadi ketidakpastian terhadap produksi ikan pepetek. Hasil yang menyatakan
sebaran normal pada produksi ikan pepetek menunjukan fluktuasi produksi ikan tersebut. Semakin kecil nilai standar deviasi terhadap rata-rata maka tingkat
keseragaman data nilai semakin tinggi. Nilai deviasi produksi tinggi maka dapat dikatakan keadaan produksi ikan pepetek memiliki faktor ketidakpastian yang
tinggi. Kegiatan penangkapan terganggu maka produksi dalam penangkapan ikan
juga terganggu. Nelayan biasanya akan menangkap ikan dalam kondisi yang mendukung dalam penangkapan yang dapat dilihat pada Gambar 18. Hasil produksi
ikan pepetek pada bulan Oktober – November mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan terdapat ketidakpastian dalam hal produksi ikan. Penangkapan ikan
pepetek masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana sehingga peluang
ketidakpastian sangat kecil. Fluktuasi pada dasarnya merupakan suatu keadaan
yang tidak diinginkan dalam perikanan, baik dari segi produksi, harga, maupun jumlah populasi ikan yang ada. Jika dalam model prediksi, nilai dari parameter tidak
diketahui, maka keputusan yang dihasilkan bagi pengelolaan dapat menjadi suatu kesalahan yang dapat menimbulkan resiko sebagai akibat dari ketidakpastian
tersebut Surya 2004. Hasil tangkapan yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya musim penangkapan, kemampuan biologis, cuaca, daerah penangkapan, berubah dari alat tangkap yang digunakan, armada dan jumlah armada penangkap
ikan, perilaku nelayan serta teknologi atau sarana lain yang mendukung keberhasilan kegiatan penangkapan. Faktor tersebut membuat volume produksi sumberdaya
perikanan yang ditangkap dapat berubah dari waktu ke waktu dan tidak dapat diramalkan.
Banyaknya ketidakpastian
dalam kegiatan
perikanan dapat
menimbulkan resiko bagi kelangsungan kegiatan perikanan.
4.10. Hubungan Ketidakpastian dengan Stok
Dalam kegiatan perikanan tangkap ada permasalahan-permasalahan muncul yang disebabkan oleh ketidakpastian yang berasal dari sumber-sumber
ketidakpastian secara alami maupun bersumber dari manusia. Fluktuasi hasil
51
tangkapan ikan pepetek merupakan faktor yang memberikan pengaruh besar bagi industri perikanan tangkap ikan pepetek dan pengelolaan yang berkelanjutan.
Sumber ketidakpastian alami ikan pepetek yang paling mudah diprediksi adalah hubungan panjang bobot yang digunakan untuk menduga pertumbuhan ikan
pepetek. Analisis yang diperoleh dalam hubungan panjang bobot adalah pola pertumbuhan ikan pepetek yang bersifat allometrik negatif. Hal ini menimbulkan
dugaan bahwa ikan masih dalam pertumbuhan dan sedang memerlukan makanan untuk kelangsungan hidup. Fase tingkat pertumbuhan ini menunjukkan ikan masih
kecil dan belum matang gonad sehingga sesuai untuk dilakukan penangkapan. Hal ini menyebabkan ikan yang tertangkap masih dalam masa pertumbuhan. Apabila
terdapat nilai b mendekati 3 maka ikan pepetek tersebut dalam proses pematangan gonad sehingga lebih baik jika ditangkap sampai ikan bereproduksi. Berdasarkan
data produksi tahun 2008-2010 dapat dilihat penangkapan ikan pepetek pada bulan Oktober-Desember 2010 mengalami peningakatan. Banyaknya ketidakpastian dalam
perikanan dapat menimbulkan resiko bagi kelangsungan kegiatan perikanan Surya 2004. Hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan sumberdaya ikan maupun manusia
yang memanfaatkan sumberdaya ikan tersebut.
4.11. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Pepetek di Teluk Jakarta
Menurut FAO 1997 menyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,
pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas sekunder
dan penyampaian tujuan perikanan. Pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan karena semakin meningkatnya tekanan eksploitasi terhadap berbagai stok ikan.
Berdasarkan hasil penelitian penangkapan terhadap ikan pepetek mengarah kepada gejala tangkap lebih. Beberapa indikasi tersebut adalah ukuran ikan maksimum yang
tertangkap di Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing adalah 130 mm untuk ikan pepetek jantan dan 121 mm untuk ikan pepetek betina, sedangkan nilai panjang
asimtotik infinitif sebesar 170.78 mm untuk ikan pepetek jantan dan 166.91 mm untuk ikan pepetek betina. Ikan pepetek jantan tertangkap lebih banyak
52
dibandingkan ikan pepetek betina dan ikan pepetek yang banyak tertangkap memilki TKG 2.
Ikan pepetek merupakan sumberdaya perikanan yang pemanfaatannya sudah melebihi kapasitas. Ikan pepetek memiliki tingkat eksploitasi yang tinggi
dikhawatirkan dapat menurunkan jumlah spesies ikan pepetek, sehingga dibutuhkan pengelolaan yang dapat melestarikan keberadaan ikan pepetek di Teluk Jakarta. Laju
eksploitasi ikan pepetek jantan sebesar 92.48 dan ikan pepetek betina sebesar 90.29. Pada penelitian ini menunjukkan laju eksploitasi ikan pepetek melebihi
nilai eksploitasi optimum 0.5, serta ketidakpastian dalam penangkapan ikan. Hal ini menyebabkan ikan pepetek diperairan Teluk Jakarta tergolong growth
overfishing sehingga perlu suatu pengelolaan yang berkelanjuatan bagi sumberdaya ikan pepetek.
Upaya pengelolaan dapat berupa mengurangi jumlah tangkapan, jumlah perahu motor untuk menangkap ikan pepetek, pembuatan jadwal secara bergantian
dalam penangkapan ikan pepetek untuk mengurangi dalam upaya penangkapan ikan tersebut, serta penggunaan alat tangkap yang selektif. Menurut Boer Aziz 2007
bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan bertujuan demi tercapainya kesejahteraan para nelayan, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, penghasilan devisa
serta mengetahui porsi optimum pemanfaatan oleh aramada penangkapan ikan. Pengelolaan sumberdaya hayati perikanan untuk memaksimalkan hasil secara
biologis biomassa maupun ekonomis dengan mempertahankan hasil maksimal dari sumber perairan melalui pengendalian yang dikerjakan oleh manusia dalam
pengelolaan perikanan tidak mudah untuk megubah keadaan saat ini. Pengelolaan lingkungan untuk mempertahankan populasi sumberdaya ikan pepetek sangat
penting karena lingkungan sangat penting untuk pertumbuhan ikan pepetek di Teluk Jakarta.
53
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pola pertumbuhan ikan pepetek Leiognathus equulus di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di Cilincing bersifat allometrik negatif pertumbuhan
panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bobot. Persamaan Von Bartalanffy yang terbentuk untuk ikan pepetek jenis kelamin jantan adalah
dan L
t
= 170,78 [1 - e
-0,80t + 0.44
] dan persamaan untuk jenis kelamin betina adalah L
t
= 166,91 [1 - e
-0,94 t + 0.50
]. 2. Laju mortaliatas total ikan pepetek jantan sebesar 6.2555 dengan laju
mortalitas alami 0.4704 dan laju mortalitas penangkapan sebesar 5.7851 sehingga memperoleh laju eksploitasi sebesar 92.48 . Ikan pepetek betina
memiliki laju mortaliatas total sebesar 7.7407 dengan laju mortalitas alami 0.7519 dan laju mortalitas penangkapan sebesar 6.9888 sehingga
memperoleh laju eksploitasi sebesar 90.29 . Berdasarkan hasil analisis stok ikan pepetek di perairan Teluk Jakarta mengalami growth overfishing.
3. Pendugaan analisis Monte-Carlo menunjukkan adanya ketidakpastian yang terjadi pada perikanan pepetek dalam segi produksi yang tergantung oleh
alam. 4. Upaya pengelolaan dapat berupa mengurangi jumlah perahu motor untuk
menangkap ikan pepetek, pembuatan jadwal secara bergantian dalam penangkapan ikan pepetek untuk mengurangi dalam upaya penangkapan ikan
tersebut, serta penggunaan alat tangkap yang selektif.
5.2. Saran
Pada penelitian pengkajian stok sumberdaya ikan pepetek perlu adanya penelitian yang sama tetapi pada waktu yang berbeda, kajian lebih lanjut tentang
reproduksi, dan pola distribusi agar penangkapan ikan pepetek tidak dilakukan pada saat pemijahan, serta kajian bioekonomi ikan pepetek.