14
diketahui umur ikan pada saat panjang tertentu. Dengan demikian, penyusunan perencanaan pengelolaan akan lebih mudah.
2.7. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total Z adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan F dan laju mortalitas alami King 1995. Mortalitas alami adalah mortalitas yang
terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, kelaparan dan usia tua Sparre Venema 1999.
Beverton Holt 1957 menduga bahwa predasi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami. Nilai laju mortalitas alami berkaitan
dengan nilai parameter pertumbuhan Von Bertalanffy yaitu koefisien pertumbuhan K dan panjang secara teoritis L
∞
. Ikan mengalami pertumbuhan cepat nilai K tinggi mempunyai nilai mortalitas M tinggi dan sebaliknya. Nilai M berkaitan
dengan nilai L
∞
karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Menurut Pauly 1984 faktor lingkungan yang mempengaruhi nilai M adalah suhu rata-rata
perairan selain faktor panjang maksimum secara teoritis L
∞
dan laju pertumbuhan K. Mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas
penangkapan Sparre Venema 1999. Menurut Pauly 1984, laju eksploitasi adalah jumlah ikan ditangkap
dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik alami maupun penangkapannya. Laju eksploitasi dapat didefinisikan sebagai bagian suatu
kelompok umur yang akan ditangkap selama ikan tersebur hidup. Menurut King 1995, penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui
untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian stok ikan. Semakin tinggi tingkat eksploitasi ikan di suatu daerah maka mortalitas
penangkapan tinggi Sparee Venema. Gulland 1971 in Pauly 1984 menduga
bahwa jika stok ikan yang dieksploitasi optimum maka laju mortalitas penangkapan F akan sama dengan laju mortalitas alami M atau laju eksploitasi E adalah 0.5.
2.8. Ketidakpastian Hasil Tangkapan
Perikanan merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan saling terkait. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan mendefinisikan perikanan
15
sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumber perikanan merupakan komoditas yang memiliki karakteristik yang berbeda
dan rumit bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Karakteristik yang berbeda tersebut menghasilkan berbagai macam ketidakpastian serta menimbulkan resiko
yang dapat mengganggu sektor perikanan tersebut. Sumberdaya perikanan tidak hanya dibutuhkan saat ini saja akan tetapi generasi yang akan datang memerlukan
sumberdaya perikanan untuk berbagai kepentingan. Sumberdaya perikanan ini memerlukan pengolahan yang tepat dan cermat oleh karena itu diperlukan suatu
pengelolaan sumberdaya perikanan secara lestari dan berkelanjutan sustainable resource exploitation dan di dukung dengan kebijakan pengelolaan yang baik pada
semua lapisan Charles 2001. Sumber ketidakpastian muncul dalam sistem perikanan baik secara alamiah
maupun dari sisi manusia dan manajemen yang dapat dilihat pada Tabel 1. Dampak ketidakpastian akan menimbulkan resiko dalam sistem perikanan apabila tidak
diatasi akan mengancam sistem perikanan Charles 2001.
Tabel 1. Sumber-sumber ketidakpastian dalam perikanan
Sumber yang bersifat alami Sumber yang bersifat dari manusia
dan manajemen
Ukuran stok dan struktur umur ikan Harga ikan dan struktur pasar
Mortalitas alami Biaya operasional dan biaya
Predator-prey Perubahan tekhnologi
Heterogenitas ruang Sasaran pengelolaan
Migrasi Sasaran nelayan
Parameter stock-assessment Respon nelayan terhadap peraturan
Hubungan stock-recuitment Perbedaan persepsi terhadap stok ikan
Interaksi multispesies Perilaku konsumen
Interksi ikan dengan lingkungan Discount rate
Sumber : Charles 2001 Sektor perikanan merupakan kegiatan ekonomi berbeda dengan kegiatan
perekonomian lainnya, tidak ada satu orang pun dapat memastikan berapa banyak sumberdaya setiap tahunnya, berapa banyak produksi yang harus dihasilkan setiap
16
tahun, atau berakibat terhadap produksi dimasa yang akan datang ketersediaan ikan Charles 2001.
Berikut ini beberapa tipologi ketidakpastian yang dijelaskan oleh Charles 2001 yaitu:
1. Randomness Process Uncertainty, yaitu tipologi ketidakpastian yang menyangkut dengan proses dalam sistem perikanan yang bersifat random
acak. 2. Parameter and State Uncertainty, yaitu tipologi ketidakpastian dalam konteks
ketidakakuratan yang dibagi menjadi tiga macam: a. Observation Uncertainty, ketidakpastian perikanan karena keterbatasan
observasi ketidakpastian variable perikanan yang dapat mengakibatkan terjadinya miss-management.
b. Model Uncertainty, ketidakpastian dalam memprediksi model sistem perikanan.
c. Estimation Uncertainty, ketidakpastian sebagai akibat dari ketidakakuratan estimasi.
3. Structural Uncertainty, yaitu tipologi ketidakpastian yang muncul akibat dari proses struktural dalam pengelolaan perikanan.
a. Implementation Uncertainty, ketidakpastian implementasi yang muncul akibat dari proses structural dalam pengelolaan perikanan.
b. Instutional Uncertainty, ketidakpastian dalam pengelolaan perikanan sebagai sebuah institusi atau ketidakpastian “value system” dalam perikanan.
Fluktuasi pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan dalam perikanan, baik dari segi produksi, harga, maupun jumlah populasi ikan yang
ada. Jika dalam model prediksi, nilai dari parameter tidak diketahui, maka keputusan yang dihasilkan bagi pengelolaan dapat menjadi suatu kesalahan yang
dapat menimbulkan resiko sebagai akibat dari ketidakpastian tersebut. Pemahaman mengenai resiko dalam suatu sistem perikanan sangat dibutuhkan untuk
memprediksi kemungkinan yang akan terjadi dalam jangka pendek ataupun panjang serta sebagai suatu upaya untuk mengurangi dan mengatasi resiko yang telah terjadi.
Secara umum terdapat dua metodologi dalam menganalisis resiko Surya 2004, yaitu :
17
1. Secara kuantitatif, dimana analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi resiko kemungkinan kerusakan atau kegagalan sistem informasi dan memprediksi
besarnya kerugian berdasarkan formula-formula matematis yang dihubungkan dengan nilai-nilai finansial.
2. Secara kualitatif, dimana merupakan suatu analisis yang menentukan resiko tantangan organisasi. Penilaian dilakukan berdasarkan instuisi, tingkat keahlian
dalam menilai jumlah resiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya. Dalam pengelolaan perikanan sendiri, pemahaman mengenai resiko dibedakan
menjadi dua, yaitu : 1. Risk Assessment penaksiran resiko digunakan untuk menganalisis
ketidakpastian, mengukur resiko, memprediksi hasil perikanan, serta dapat memberikan skenario pengelolaan. Tujuan dari Risk Assessment ada dua, yaitu:
a. Menentukan besarnya resiko ketidakpastian yang timbul dari adanya fluktuasi acak, pendugaan pengukuran parameter yang tidak tepat dan ketidakpastian
yang berkenaan dengan keadaan alam. Hal ini dapat dicapai melalui analisis statistik dengan menggunakan time-series data.
b. Memprediksi resiko secara kuantitatif dari hal-hal pasti yang akan terjadi akan tetapi kejadian tersebut tidak diinginkan. Hal ini dapat dianalisis dengan
pendekatan simulasi stok untuk mengestimasi implikasi jangka panjang risks dari sebuah skenario pengelolaan.
2. Risk Management pengelolaan resiko merupakan upaya untuk mengatur, mengurangi atau mengatasi resiko dalam sistem perikanan, melalui beberapa
teknik analisis dengan merancang rencana pengelolaan yang optimal dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini dapat dicapai dengan prinsip adaptive
management. Adapun ide dasar dari prinsip adaptive management adalah menghitung resiko dengan memanfaatkan bukan mencari informasi. Adaptive
management terdiri dari tiga model, yaitu: a. Non-adaptive models; pengukuran ketidakpastian yang terlalu berlebihan.
b. Passive adaptive models; memperbaharui pengukuran tanpa mempedulikan perubahan-perubahan yang terjadi di masa yang akan datang
c. Active adaptive models; nilai-nilai informasi yang terdapat di masa yang akan datang dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan.
18
2.9. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan