46
dengan menggunakan inverse persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat diketahui umur ikan pada saat panjng tertentu. Dengan demikian, penyusunan
perencanaan pengelolaan akan lebih mudah.
4.8. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Pendugaan konstanta laju mortalitas total Z ikan pepetek dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinearkan berbasis data panjang Gambar 17. Laju
mortalitas alami di duga menggunakan rumus empiris Pauly Sparre Venema 1999 dengan suhu rata-rata permukaan perairan Teluk Jakarta 28.95
C Praseno dan Kastoro 1980 in Damayanti 2010.
Gambar 17. Kurva hasil tangkapan yang dilinearkan berbasis data panjang : titik yang digunakan dalam analisis regresi mnduga Z
Hasil analisis laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan pepetek dapat dilihat dalam Tabel 13. Laju mortalitas total ikan pepetek betina sebesar 6.2555 per tahun
dengan laju mortalitas alami 0.4704 per tahun dan laju mortalitas penangkapan sebesar 5.7851 per tahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi sebesar 92.48 per
tahun. Sedangkan laju mortalitas total ikan pepetek jantan sebesar 7.7407 per tahun
47
dengan laju mortalitas alami 0.7519 dan laju mortalitas penangkapan sebesar 6.9888 per tahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi sebesar 90.29 per tahun.
Tabel 13. Laju mortalitas dan eksploitasi ikan pepetek Leiognathus equulus di TPI Cilincing, Teluk Jakarta
Parameter Nilai Per tahun
Betina Jantan
Mortalitas total Z 6.2555
7.7407 Mortalitas alami M
0.4704 0.7519
Mortalitas penangkapan F 5.7851
6.9888 Eksploitasi E
0.9248 0.9029
Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, kelaparan dan usia tua
Sparre Venema 1999. Beverton Holt 1957 menduga bahwa predasi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami.
Menurunnya laju mortalitas alami disebabkan oleh berkurangnya jumlah ikan yang tumbuh hingga usia tua dan mengalami kematian secara alami akibat telah
tertangkap lebih dahulu oleh aktifitas penangkapan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data TKG ikan yang tertangkap yaitu dominan TKG 2.
Penangkapan ikan pepetek di Teluk Jakarta merupakan penangkapan yang tergolong growth overfishing. Berdasarkan hasil analisis laju eksploitasi ikan
pepetek jantan 92.48 dan ikan pepetek betina 90.29. Laju eksploitasi di Teluk Jakarta meningkat disebabkan konsumsi terhadap ikan pepetek meningkat, sehingga
terjadi penangkapan ikan yang terus menerus. Semakin tinggi tingkat eksploitasi ikan di suatu daerah maka mortalitas penangkapan tinggi Sparee Venema.
Menurut Gulland 1971 in Pauly 1984 laju eksploitasi optimum sebesar 0.5, maka laju eksploitasi ikan pepetek telah melewati batas optimum yang disebabkan adanya
tekanan penangkapan terhadap ikan pepetek di Teluk Jakarta. Hal ini terlihat panjang maksimum yang tertangkap di Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI
Cilincing adalah 130 mm untuk ikan pepetek kelamin jantan dan 121 mm untuk ikan pepetek betina, sedangkan nilai panjang asimtotik infinitif sebesar 170.78 mm
untuk ikan pepetek jantan dan 166.91 mm untuk ikan pepetek betina. Ikan pepetek
48
juga mengalami gejala overfishing di dua daerah yaitu 57.74 di daerah Labuan dan 56.95 di daerah Pelabuhanratu Simanjuntak 2010.
4.9. Analisis Ketidakpastian Hasil Tangkapan