Metode Pengambilan Responden Batasan Penelitian Deskripsi Alokasi Waktu Kerja

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu : 1 Aspek teknik 1 Konstruksi unit penangkapan payang; 2 Metode pengoperasian payang; 3 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh; 4 Lokasi pengoperasian payang. 2 Aspek alokasi waktu kerja meliputi curahan waktu kerja yang digunakan untuk melaut dan non melaut dalam suatu rumah tangga nelayan pemilik dan rumah tangga nelayan buruh pada saat musim ikan dan tidak musim ikan. 3 Aspek kesejahteraan 1 Karakteristik responden nelayan, meliputi umur, pendidikan dan pengalaman melaut; 2 Keadaan 11 indikator kesejahteraan yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 2009 yang dimodifikasi dengan kriteria kemiskinan Sajogyo dan kriteria kemiskinan Dirjen Tata Guna Tanah. Data sekunder dikumpulkan dari statistik perikanan PPN Palabuuhanratu tahun 2007-2011, meliputi : 1 Jumlah kapal, alat tangkap, hasil tangkapan dan jumlah nelayan payang pada periode 2007-2011 2 Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan umum perikanan tangkap secara umum di PPN Palabuhanratu.

3.5 Metode Pengambilan Responden

Sampel atau contoh ialah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi Simamora 2002. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan pemilik dan nelayan buruh unit penangkapan payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di Palabuhanratu. Jumlah sampel diambil sebanyak 15 sampel. Sampel yang diambil untuk diwawancara terdiri dari 5 nelayan pemilik dengan 2 ABK dari masing-masing nelayan pemilik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu cara mengambil sampel secara tidak acak atau peneliti menganggap sampel yang diambil memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Nelayan yang memiliki alat tangkap payang merupakan purposive yang digunakan sebagai responden, yaitu nelayan tersebut mendaratkan hasil tangkapannya di Palabuhanratu. Pemilihan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner dan berpengalaman dalam pengoperasian alat tangkap payang.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat diinterpretasikan, yaitu tabel dan gambar. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara terpisah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan lebih lanjut.

3.6.1 Analisis teknis

Pengkajian aspek teknik diperlukan untuk melihat efektivitas unit penangkapan payang yang beroperasi di Palabuhanratu. Analisis teknik dilakukan untuk melihat hubungan teknik yang mempengaruhi produksi, yaitu desain dan konstruksi, cara pengoperasian serta produktivitas alat tangkap, yaitu : 1 Rancang bangun dan metode pengoperasian unit penangkapan payang Rancang bangun dan metode pengoperasian payang di PPN Palabuhanratu dianalisis secara deskriptif dan dilengkapi dengan studi pustaka untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. 2 Produktivitas alat tangkap payang Produktivitas alat tangkap diperoleh dengan merata-ratakan produksi per trip unit penangkapan payang. Produktivitas juga dihitung melalui produksi per unit alat tangkap, produksi per nelayan, produksi per trip, dan produksi per setting.

3.6.2 Deskripsi alokasi waktu kerja

Gambaran mengenai alokasi waktu kerja diketahui dengan melakukan analisis deskriptif. Kegiatan yang dilakukan nelayan responden dalam satu hari untuk kegiatan melaut dan setelah pulang melaut. Alokasi waktu kerja melaut di deskripsikan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama 12 jam, seperti saat perbekalan sampai kegiatan bongkar muat. Alokasi waktu non melaut di deskripsikan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama 12 jam, seperti saat pulang melaut sampai persiapan berangkat melaut dari rumah. Selain itu mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan nelayan responden apabila tidak melakukan penangkapan ikan dalam satu hari. Alokasi waktu kerja melaut dan non melaut dihitung pada saat musim ikan dan tidak musim ikan. Musim penangkapan ikan yang digunakan yaitu musim ikan dan tidak musim ikan. Alokasi waktu kerja rumah tangga untuk kegiatan-kegiatan ekonomi adalah banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan melaut dan non melaut, dituliskan sebagai berikut: TA = ML+NL Keterangan: TA = Total alokasi waktu kerja rumahtangga jam per bulan ML=Curahan tenaga kerja keluarga melaut jam per bulan NL=Curahan tenaga kerja keluarga non melaut jam per bulan

3.6.3 Analisis tingkat kesejahteraan

Analisis tingkat kesejahteraan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang terdapat dalam ruang lingkup kesejahteraan nelayan payang. Data yang telah terkumpul dideskripsikan untuk memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan keluarga nelayan buruh payang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 Pendapatan keluarga Analisis pendapatan keluarga adalah besaran yang mengukur total pendapatan keluarga selama satu tahun baik dari usaha perikanan dan usaha yang lainnya. Untuk menghitung pendapatan keluarga buruh nelayan digunakan rumus sebagai berikut : R tn = R 1 + R 2 Keterangan : R tn = Total Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Rp per tahun R 1 = Pendapatan dari Usaha Perikanan Rp per tahun R 2 = Pendapatan dari Usaha Non Perikanan Rp per tahun 2 Konsumsi rumah tangga Pengeluaran keluarga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari pengeluaran untuk pangan, sandang dan papan. Pengukurannya dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan harian, mingguan dan bulanan. Total pengeluaran rumah tangga dapat diformulasikan sebagai berikut : C t = C 1 + C 2 + C 3 +C 4 Keterangan : C t = Total Pengeluaran Rumah Tangga Rp per tahun C 1 = Pengeluaran untuk Pangan Rp per tahun C 2 = Pengeluaran untuk Sandang Rp per tahun C 3 = Pengeluaran untuk Papan Rp per tahun C 4 = Pengeluaran untuk lain-lain Rp per tahun 3 Pengukuran tingkat kemiskinan 1 Kriteria kemiskinan Sajogyo Sajogyo menentukan tingkat kemiskinan dengan melihat besarnya pendapatan per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara dari harga beras setempat. Daerah Palabuhanratu merupakan daerah perkotaan. Tingkat kemiskinan untuk daerah perkotaan dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1 Tidak miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih tinggi dari 480 kg beras. 2 Miskin, nilai ambang kecukupan pangan,yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 480 kg beras. 3 Miskin sekali, tidak cukup pangan, yaitu apabila pengdapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 360 kg beras. 4 Paling miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 270 kg beras. 2 Kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah membagi tingkat kemiskinan menjadi empat golongan, yaitu : 1 Tidak miskin : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari 200 dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 2 Hampir miskin : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari 126-200 dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 3 Miskin : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari 75-125 dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 4 Miskin sekali : Apabila tingkat pengeluaran lebih besar dari 75 dari total pengeluaran 9 bahan pokok. 4 Pengukuran tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan diukur berdasarkan kriteria yang digunakan BPS dalam SUSENAS tahun 2009 yaitu sebelas indikator kesejahteraan. Secara umum tingkat kesejahteraan merupakan kombinasi dari 11 indikator yang dapat dituliskan sebagai berikut : TK = ƒ I 1, I 2, I 3, I 4, I 5, I 6, I 7, I 8, I 9, I 10, I 11 Keterangan : TK = Tingkat kesejahteraan I 1 = Pendapatan rumah tangga I 2 = Pengeluaran rumah tangga I 3 = Keadaan tempat tinggal I 4 = Fasilitas tempat tinggal I 5 = Kesehatan anggota rumah tangga I 6 = Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan I 7 = Kemudahan memasukan anak ke suatu jenjang pendidikan I 8 = Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi I 9 = Kehidupan beragama I 10 = Rasa aman dari gangguan tindak kejahatan I 11 = Kemudahan dalam melakukan olahraga Penjelasan tentang masing-masing indikator lebih rinci seperti tercantum dalam Tabel 1. Skor tingkat klasifikasi baik pada sebelas indikator kesejahteraan maupun tingkat kesejahteraan, dihitung berdasarkan pedoman penentuan range skor metode baru Maret 1994 dari BPS yang dimodifikasi dengan kriteria kemiskinan Sajogyo dan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah. Klasifikasi kesejahteraan dibagi menjadi tiga dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan hasil pengurangan itu dibagi dengan jumlah klasifikasi, yaitu tiga, terdiri atas tinggi, sedang dan rendah. Skor tingkat kesejahteraan menurut klasifikasi adalah sebagai berikut : 1 Tingkat kesejahteraan tinggi jika mencapai skor = 27-35 2 Tingkat kesejahteraan sedang jika mencapai skor = 19-26 3 Tingkat kesejahteraan rendah jika mencapai skor = 11-18 Tabel 1 Indikator kesejahteraan menurut Biro Pusat Statistik dalam SUSENAS 2009 yang dimodifikasi No Indikator kesejahteraan Skor 1. Pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga berdasarkan pada kriteria kemiskinan Sajogyo 1. Tidak miskin pengeluaran perkapita per tahun 320 kg beras 2. Miskin 240-320 kg beras 3. Miskin sekali 180-240 kg beras 4. Paling miskin 180 kg beras 4 3 2 1 2. Konsumsi rumah tangga Konsumsi rumah tangga berdasarkan pada kriteria kemisikinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah 5. Tidak miskin 200 dari total pengeluaran sembako 6. Miskin 126-200 7. Miskin sekali 75-125 8. Paling miskin 75 4 3 2 1 3. Keadaan tempat tinggal: Atap:Genting5Asbes4Seng3Sirap2Daun1 Bilik:Tembok5Setengah tembok4Kayu3Bambu kayu2Bambu1 Status:Milik sendiri3Sewa2Numpang1 Lantai:Porselin5Ubin4Plester3Papan2Tanah1 Lantai:Luas100m 2 3Sedang50-100m 2 2 Sempit50m 2 1 1. Permanen skor = 15-21 2. Semi permanen skor = 10-14 3. Non permanen skor = 5-9 3 2 1 4. Fasilitas tempat tinggal: Pekarangan:Luas100m 2 3Cukup50- 100m 2 2Sempit50m 2 1 Hiburan:Video4TV3Tape Recorder2Radio1 Pendingin:AC4Lemari Es3Kipas Angin2Alam1 Sumber Penerangan:Listrik3Petromak2Lampu Tempel1 Bahan bakar:Gas3Minyak tanah2kayu arang1 Sumber air:PAM6Sumur bor5 Sumur4Mata air3Air hujan2Sungai1 MCK:Kamar mandi sendiri4 Kamar mandi umum3 SungaiLaut2Kebun1 1. Lengkap skor = 21-27 2. Cukup skor = 14-20 3. Kurang skor = 7-13 3 2 1 5. Kesehatan anggota rumah tangga 1. Bagus 25 sering sakit 2. Cukup 25-50 sering sakit 3. Kurang 50 sering sakit 3 2 1 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis dan paramedis termasuk didalamnya kemudahan pelayanan Keluarga Berencana KB dan obat-obatan: Jarak RS terdekat 0km40,01-3km33km2 Jarak ke Poliklinik:0km50,01-2km32km2missing1 Biaya Berobat: Terjangkau3 Cukup terjangkau2 Sulit terjangkau1 Penanganan berobat: Baik3 cukup2 Sulit1 Alat Kontrasepsi:Mudah didapat3 Cukup didapat2 Sulit didapat1 Konsultasi KB:Mudah3 Cukup2 Sulit1 Harga Obat-obatan:Terjangkau3 Cukup2 Sulit terjangkau1 1. Mudah skor = 18-24 2. Cukup skor = 13-17 3. Sulit skor = 8-12 3 2 1 7. Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan: Biaya sekolah:terjangkau3 cukup2 sulit1 Jarak ke sekolah:0km40,01-3km33km2 Prosedur penerimaan:Mudah3Cukup2Sulit1 1. Mudah skor = 8-10 2. Cukup skor = 6-7 3. Sulit skor = 4-5 3 2 1 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Ongkos dan biaya:Terjangkau3 Cukup2 Sulit1 Fasilitas kendaraan:Tersedia3Cukup2Sulit1 Kepemilikan:Sendiri3Sewa2Ongkos1 1. Mudah skor = 7-9 2. Cukup skor = 5-6 3. Sulit skor = 3-4 3 2 1 9. Kehidupan beragama 1. Toleransi tinggi 2. Toleransi cukup 3. Toleransi rendah 3 2 1 10. Rasa aman dari gangguan kejahatan 1. Aman tidak pernah mengalami gangguan kejahatan 2. Cukup aman pernah mengalami tindak kejahatan 3. Kurang aman seringmengalami tindak kejahatan 3 2 1 11. Kemudahan dalam melakukan olahraga 1. Mudah sering olahraga 2. Cukup cukup sering olahraga 3. Sulit kurang olahraga 3 2 1 Sumber: BPS 2009

3.7 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam kegiatan penelitian yaitu: 1 Wilayah penelitian adalah di PPN Palabuhanratu; 2 Alat tangkap yang menjadi bahan kajian penelitian adalah payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. 3 Aspek yang menjadi kajian yaitu aspek teknik, aspek alokasi waktu kerja dan aspek kesejahteraan; 4 Aspek teknik meliputi deskripsi unit penangkapan payang, metode pengoperasian dan pendugaan produktivitas alat tangkap; 5 Musim penangkapan yang digunakan adalah musim ikan dan tidak musim ikan; 6 Aspek alokasi waktu kerja meliputi curahan waktu kerja melaut dan non melaut; 7 Aspek kesejahteraan meliputi karakteristik responden nelayan dan keadaan dari 11 indikator kesejahteraan. 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4.1.1 Letak geografis

Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 57’-7 25’ Lintang Selatan LS dan 106 49’-07 00’ Bujur Timur BT dengan luas daerah 4.128 km 2 . Kabupaten Sukabumi memiliki batas- batas wilayah seperti berikut: 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor; 2 Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; 3 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia; 4 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Potensi areal penangkapan berada di 9 kecamatan yaitu Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, Tegalbuleud.

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2008 mencapai 2.437.395 jiwa, terdiri atas 1.221.177 laki-laki dan 1.216.218 perempuan. Rasio jenis kelamin sebesar 101, artinya dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2008 sebesar 590,45 orang per km 2 . Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Sukabumi tahun 2004-2008 Tahun Jumlah penduduk orang Rasio jenis kelamin Kepadatan penduduk orang per km 2 Laki-laki Perempuan Jumlah 2004 1.135.889 1.120.755 2.256.644 101.35 546.67 2005 1.156.871 1.143.773 2.300.644 101.15 557.33 2006 1.178.005 1.167.454 2.345.459 100.90 568.18 2007 1.199.698 1.192.038 2.391.736 100.64 579.39 2008 1.221.177 1.216.218 2.437.395 100.41 590.45 Sumber: Sari 2011

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 1

Nelayan Berdasarkan data statistik Kabupaten Sukabumi tahun 2010, jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 2010 sebanyak 12.440 orang, terbagi atas 10.810 orang sebagai nelayan buruh dan 1.630 orang sebagai nelayan pemilik. Jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2006-2010 meningkat, walaupun tidak banyak. Perkembangan jumlah nelayan pada tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006-2010 Kabupaten Sukabumi Tahun Nelayan orang Jumlah orang Nelayan buruh Nelayan pemilik 2006 10.951 1.350 12.301 2007 10.745 1.603 12.348 2008 10.761 1.639 12.400 2009 10.800 1.610 12.410 2010 10.810 1.630 12.440 Sumber : Statistik bidang perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 2010 2 Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 sebanyak 1.543 unit, terbagi atas 230 unit perahu tanpa motor, 910 unit motor tempel, dan 403 unit kapal motor. Pada tahun 2006-2008 armada penangkapan ikan yang ada di Kabupaten Sukabumi mengalami kenaikan namun pada tahun 2008-2010 mengalami penurunan. Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2006-2010 secara rinci disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Sukabumi tahun 2006-2010 Tahun Jumlah armada unit Jumlah unit Perahu tanpa motor Motor tempel Kapal motor 2006 332 785 233 1.350 2007 278 960 365 1.603 2008 290 975 374 1.630 2009 240 900 385 1.525 2010 230 910 403 1.543 Sumber : Statistik bidang perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 2010 3 Volume dan nilai produksi Volume produksi perikanan tangkap yang dihasilkan Perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 sebesar 6.992,146 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 49.174.100.000. Volume produksi tahun 2006-2010 mengalami penurunan. Perkembangan volume dan nilai produksi secara rinci tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi tahun 2006-2010 Tahun Volume penangkapan ton Nilai penangkapan Rp.1.000 2006 9.486,20 47.430.000,00 2007 8.655,79 62.955.134,74 2008 8.822,00 65.863.676,30 2009 7.878,20 56.155.022,00 2010 6.992,15 49.174.100,00 Sumber : Statistik bidang perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 2010

4.2 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu

4.2.1 Letak geografis

Teluk Palabuhanratu terletak di desa Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 06 50’47,10”-0730’ Lintang Selatan LS dan 106 32’10”-106 30’ Bujur Timur BT. PPN Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis PPN Palabuhanratu terletak pada posisi 06 59’47’156” Lintang Selatan LS dan 106 32’61,884” Bujur Timur BT. Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi. Kecamatan Palabuhanratu memiliki luas wilayah sebesar 10.287,91 ha, terbagi menjadi 13 desa, yaitu Citepus, Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Batas-batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu secara administratif yaitu : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan 3 Sebelah Timur berbatasan dengan Bantar Gadung 4 Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

4.2.2 Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu

1 Nelayan Jumlah nelayan di Palabuhanratu menurun dari tahun 2007 sebanyak 5.994 orang menjadi 4.569 orang pada tahun 2011. Terjadi penurunan sebesar 4,53. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 2,12 dari tahun sebelumnya. Perkembangan nelayan yang berada di PPN Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 No Tahun Jumlah orang Perubahan 1 2007 5994 0.00 2 2008 3900 -34.93 3 2009 4453 14.18 4 2010 4474 0.47 5 2011 4569 2.12 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 2 Alat tangkap Ada 11 jenis alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Jumlah yang terbanyak adalah alat tangkap pancing tonda, sebanyak 156 unit. Alat tangkap payang berjumlah 47 unit atau 11,69 dari total. Hampir semua alat penangkapan ikan mengalami penurunan jumlah, kecuali pancing tonda. Perkembangan alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2007- 2011 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perkembangan alat penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2007- 2011 Tahun Alat penangkapan ikan unit PYG PU PL PT JK JR TN GN BGN RW PS LL GN RW 2007 159 414 29 101 33 135 267 27 9 155 2008 45 254 40 35 30 50 200 7 3 110 2009 121 170 65 110 25 38 23 8 33 2010 54 129 112 34 22 22 65 2 4 47 2011 47 95 156 23 12 8 11 1 4 40 5 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 Ket: PYG = Payang, PU = Pancing Ulur, PL = Pancing Layur, PT = Pancing Tonda, JK = Jaring Klitik, JR = Jaring Rampus, TN = Trammelnet, GN = Gillnet, BGN = Bagan, RW = Rawai, PS = Purse Seine, LL = Long Line, GN RW = Gillnet Rawai 3 Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu mengalami perubahan jumlah setiap tahunnya. Pada tahun 2011, armada penangkapan ikan di Palabuhanratu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan jumlah 1.090 unit atau 30,23. Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2011 No Tahun Perahu motor tempel unit Kapal motor unit Jumlah unit 1 2007 531 321 852 2 2008 416 230 646 3 2009 364 394 758 4 2010 346 491 837 5 2011 461 629 1090 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 4 Volume dan nilai produksi Volume produksi yang dihasilkan oleh PPN Palabuhanratu mengalami perubahan jumlah setiap tahun nya. Volume produksi terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu 13.814.120 kg. Volume produksi terkecil pada tahun 2009 yaitu 8.716.777 kg. Nilai produksi secara umum terus meningkat. Hal ini berbanding terbalik dengan volume produksi ikan yang setiap tahun nya menurun. Perkembangan volume dan nilai produksi di PPN Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2007-2011 Tahun Ikan yang didaratkan di PPNP Ikan yang masuk ke PPNP Jumlah Produksi Kg Nilai Rp Produksi Kg Nilai Rp Produksi Kg Nilai Rp 2007 6.056.256 38.695.760.654 7.490.428 49.924.052.000 13.546.684 88.619.812.654 2008 4.580.683 42.562.536.675 4.256.260 35.589.270.000 8.836.943 78.151.806.675 2009 3.950.267 56.735.939.610 4.766.510 52.919.225.000 8.716.777 109.655.164.610 2010 6.744.292 144.701.150.000 5.153.256 54.023.045.500 11.897.548 198.724.195.500 2011 6.539.133 120.339.550.319 7.274.987 92.499.370.500 13.814.120 212.838.920.819 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Aspek Teknik

5.1.1 Unit penangkapan payang

Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah alat penangkapan ikan, kapal dan nelayan yang mengoperasikan. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai unit penangkapan payang di Palabuhanratu. 1 Alat penangkapan ikan Alat tangkap payang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong lingkar Subani dan Barus 1989. Payang terdiri atas jaring, tali ris, tali selambar, pelampung dan pemberat. Jaring payang terdiri atas sayap, badan dan kantong. Bahan yang digunakan yaitu nilon atau Polyamide PA multifilamen. Konstruksi payang di Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Konstruksi payang di Palabuhanratu Panjang total payang sekitar 202,5 m, terdiri atas panjang sayap sekitar 148,5 m, panjang badan sekitar 34 m dan panjang kantong sekitar 20 m. Ukuran bukaan mata jaring antara sayap, badan dan kantong berbeda satu sama lain. Semakin ke arah bagian kantong maka ukurannya semakin kecil. Pada bagian sayap, ukuran mata jaring mencapai 33-34,5 cm. Badan jaring memiliki ukuran mata berkisar antara 18,8-30 cm, sedangkan bagian kantong berkisar 1,1-17,8 cm. Tali ris terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah. Bahan yang digunakan yaitu Polyethylene PE multifilamen. Tali ris atas mempunyai diameter 3-4 mm dan tali ris bawah berdiameter 5-6 mm. Panjang tali ris atas sekitar 200 m dan tali ris bawah sekitar 175 m. Tali selambar terbuat dari bahan Polyethylene PE multifilamen panjang 300 m dengan diameter 15-16 mm. Tali selambar berfungsi sebagai tali penarik payang ke atas kapal. Pelampung terbuat dari potongan bambu sepanjang 1 m atau 2 ruas bambu dengan diameter 8-12 cm. Pelampung bambu yang digunakan berjumlah 30 buah pada satu unit payang. Selain itu, terdapat pelampung busa berukuran 49,5 m 3 atau derigen berukuran 5 liter sebanyak 4 buah. Pelampung ini diletakkan berdekatan dengan pelampung jerigen 30 liter. Pelampung jerigen 30 liter diletakkan di tengah bibir jaring bagian atas. Pada ujung tali selambar terdapat pelampung tanda berbentuk bola dari plastik berdiameter sekitar 30-50 cm. Pelampung tanda ini digunakan saat tali selambar pertama kali diturunkan. Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah berjumlah 26-30 buah dengan bobot 2 kg. Pemasangan pemberat bersilangan dengan pelampung untuk menentukan bukaan mulut jaring saat dioperasikan. Selain itu terdapat 1 buah batu cakel dengan bobot 2 kg di tengah bibir jaring bagian bawah. 2 Kapal Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan terbuat dari material kayu dan fiber. Jenis kayu yang digunakan biasanya kayu bungur dan meranti. Kapal payang mempunyai kekhususan yaitu adanya kakapa. Kakapa terbuat dari beberapa batang bambu. Fungsi kakapa sebagai tempat fishing master untuk mencari gerombolan ikan. Kapal payang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. Kapal bermaterial kayu Kapal bermaterial fiber Gambar 4 Kapal payang di Palabuhanratu Dimensi kapal dengan material kayu biasanya memiliki panjang 10,4-12 m, lebar 2,65-3 m dan tinggi 1-1,2 m. Dimensi kapal dengan material fiber umumnya lebih kecil, memiliki panjang 11-11,5 m, lebar 1,5-1,6 m dan tinggi 0,7- 1,8 m. Kapal payang material fiber memiliki cadik di sebelah kiri dan kanan badan kapal. Kapal payang tidak memiliki palkah untuk tempat hasil tangkapan, hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam blong. Kapal payang menggunakan mesin tempel outboard engine berkekuatan 15 PK, 25 PK dan 40 PK sebagai tenaga penggerak. Bahan bakar yang digunakan yaitu bensin. Perlengkapan lain yang ada di perahu adalah box untuk es dan ban sebagai peralatan dalam tugas juru batu. 3 Nelayan Jumlah nelayan untuk kapal payang material kayu berbeda dengan kapal payang material fiber. Jumlah nelayan kapal payang material kayu berkisar antara 13-23 orang, sedangkan jumlah nelayan kapal payang material fiber biasanya 8-15 orang. Anak buah kapal payang memiliki peran dan tugas masing-masing yaitu: 1 Juru mudi, bertugas memegang kemudi kapal, baik saat menuju maupun kembali dari fishing ground; 2 Juru batu, bertugas untuk melabuhkan kapal serta bertanggung jawab jaring payang terbuka sempurna di dalam perairan; 3 Pengawas, bertugas mencari gerombolan ikan serta menentukan arah operasi penangkapan ikan; 4 Petawuran, bertugas untuk menurunkan jaring; dan 5 Anak payang, bertugas berenang untuk menakut-nakuti ikan serta menggiring ikan ke arah mulut jaring. Selain peran dan tugas yang disebutkan di atas, kadang-kadang ada anak payang yang bertugas sebagai asisten juru mudi. Pada saat proses penarikan jaring, semua anak buah kapal saling membantu dalam proses hauling kecuali juru mudi.

5.1.2 Metode pengoperasian payang

Operasional payang biasanya dimulai pukul 05.15 WIB untuk persiapan perbekalan, mesin, es dan anak buah kapal. Unit penangkapan payang beroperasi setiap hari, kecuali hari Jumat. Pada saat musim barat, sumberdaya ikan dilaut banyak, tetapi cuaca dilaut tidak mendukung untuk operasi penangkapan ikan, sehingga nelayan tidak melaut. Kapal meninggalkan fishing base sekitar pukul 06.15 WIB. Kegiatan operasi penangkapan ikan dimulai dengan pencarian gerombolan ikan. Kegiatan ini dilakukan oleh fishing master serta ABK lainnya dengan melihat tanda-tanda keberadaan ikan. Tanda-tanda tersebut antara lain lompatan ikan di permukaan air, adanya buih-buih di permukaan air, banyaknya ikan berukuran kecil di permukaan air, sehingga banyak burung-burung laut yang menukik ke permukaan air, dan warna perairan terlihat keruh. Setelah terlihat ada gerombolan ikan, kemudian setting dilakukan. Setting diawali dengan pelemparan pelampung tanda, jaring, pelampung dan pemberat. Kemudian pembentukan lingkaran jaring untuk mengitari gerombolan ikan dengan kecepatan kapal. Proses ini memerlukan waktu sekitar 15 menit atau bergantung pada kecepatan gerombolan ikan yang mempengaruhi kecepatan kapal, kemudian beberapa anak payang berenang ke dalam lingkaran jaring dengan menggunakan bambu untuk menakut-nakuti gerombolan ikan dan menggiringnya ke arah mulut jaring. Setelah ikan terkurung, selanjutnya dilakukan proses hauling atau penarikan jaring ke atas kapal. Penarikan dilakukan oleh sejumlah ABK tanpa menggunakan alat bantu. Dalam proses hauling, mesin kapal dimatikan. Penarikan jaring dimulai dari tali selambar dan selanjutnya kedua sayap, proses ini dilakukan secara serempak dan cepat. Pada bibir jaring bagian bawah, batu cakel diangkat terlebih dahulu, sehingga bentuk jaring mengerucut ke arah kantong untuk menghindari lolosnya ikan. Setelah proses hauling selesai, hasil tangkapan dikeluarkan dari jaring dan disortir berdasarkan jenisnya. Kegiatan setting-hauling dilakukan di lambung kiri kapal. Pada satu trip penangkapan ikan, biasanya dilakukan 10-12 kali setting dan hauling, bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh serta bahan bakar yang tersedia. Kapal kembali ke fishing base sekitar pukul 17.21 WIB. Lebih rinci mengenai alokasi waktu pengoperasian payang, mulai menuju ke fishing ground hingga kembali ke fishing base, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Alokasi waktu keberangkatan pengoperasian payang, mulai menuju fishing ground hingga kembali ke fishing base No Kegiatan Durasi menit Pukul WIB 1 Keberangkatan ke fishing ground 169 06.15-09.04 2 Setting-hauling 328 09.04-14.32 3 Kembali ke fishing base 169 14.32-17.21 Sumber : Diolah dari data primer

5.1.3 Hasil tangkapan payang

Ikan yang menjadi tangkapan utama yaitu tongkol Auxis thazard. Jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah cakalang Katsuwonus pelamis, kantong semar Mene maculata, layur Lepthuracanthus savala, teri Stolephorus sp, pepetek Leioghnatus lineolatus, tenggiri Scomberomorus commersonii dan madidihang Thunnus albacares. Hasil tangkapan payang didominasi oleh jenis ikan pepetek dengan jumlah 21.678 kg atau 60,07 dari total hasil tangkapan yang diperoleh. Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang dapat dilihat pada Tabel 12 dan komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 12 Jumlah hasil tangkapan rata-rata alat tangkap payang per unit Tahun 2011 No Jenis Ikan Jumlah kg per unit per tahun 1 Tongkol Auxis thazard 5.333 2 Kantong semar Mene maculata 4.367 3 Cakalang Katsuwonus pelamis 2.800 4 Layur Lepthuracanthus savala 115 5 Teri Stolephorus sp 667 6 Pepetek Leioghnatus lineolatus 21.678 7 Tenggiri Scomberomorus commersonii 90 8 Madidihang Thunnus albacares 1.033 Jumlah 36.083 Sumber: Diolah dari data primer Gambar 5 Komposisi hasil tangkapan unit penangkapan payang

5.1.4 Daerah dan musim pengoperasian payang

Payang dioperasikan di kedalaman sekitar 40-200 m dalam keadaan perairan yang tenang. Pada saat gelombang besar, payang tertarik gelombang sehingga dioperasikan pada kedalaman sekitar 30-170 m. Daerah pengoperasian payang di Palabuhanratu yaitu di Perairan Teluk Palabuhanratu bagian dalam Lampiran 1. Daerah pengoperasian payang lebih dekat ke arah pantai sekitar 3- 4 mil dari pantai. Musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua musim, yaitu musim ikan dan tidak musim ikan. Berdasarkan wawancara dengan nelayan payang, musim ikan terjadi sekitar Bulan Agustus –November dan tidak musim ikan terjadi sekitar Bulan Desember –Juli. Namun, musim-musim tersebut tidak sama sepanjang tahun, bergantung perubahan cuaca.

5.1.5 Produktivitas

Produktivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk memperoleh hasil tangkapan. Produktivitas per alat tangkap sebanyak 36.083 kg per unit dalam setahun, produktivitas per trip sebanyak 424,51 kg per trip, produktivitas per nelayan sebanyak 28,30 kg per orang, produktivitas per setting sebanyak 38,59 kg per setting. Produktivitas unit penangkapan payang disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Produktivitas alat tangkap payang No Produktivitas Jumlah 1 Per alat tangkap kgunittahun 36.083 2 Per trip kgtrip 424,51 3 Per nelayan kgorang 28,30 4 Per setting kgsetting 38,59 Sumber: Diolah dari data primer

5.2 Karakteristik Nelayan Responden

Rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan pemilik dan nelayan buruh alat tangkap payang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai karakteristik nelayan responden.

5.2.1 Umur

Data umur nelayan responden dikelompokkan menjadi lima kelompok umur, yaitu kelompok umur kurang dari 30 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40- 44 tahun dan di atas 45 tahun. Persentase umur tertinggi kelompok nelayan buruh ada pada kelompok umur di atas 45 tahun Tabel 13. Menurut BPS, umur produktif manusia adalah umur 15-64 tahun. Berdasarkan Lampiran 2 dan 3, umur produktif nelayan buruh sebanyak 90 dan nelayan pemilik sebanyak 100. Umur tertua responden nelayan pemilik yaitu 53 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 38 tahun. Umur tertua responden nelayan buruh yaitu 66 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 40 tahun. Pengalaman melaut nelayan buruh lebih lama daripada nelayan pemilik. Sebaran responden nelayan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran umur nelayan responden Kelompok umur tahun Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persenrtase 30 - - - - 30-34 - - - - 35-39 1 20,00 - - 40-44 2 40,00 3 30,00 45 2 40,00 7 70,00 Jumlah Total 5 100,00 10 100,00 Sumber: Diolah dari data primer

5.2.2 Tingkat pendidikan

Sebagian besar tingkat pendidikan nelayan pemilik adalah tamat SMP, yaitu 60. Tingkat pendidikan nelayan buruh sebagian besar adalah tamat SD, sebanyak 7 orang atau 70. Tingkat pendidikan nelayan payang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Tingkat pendidikan nelayan responden Tingkat pendidikan Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Tidak tamat SD - - 1 10,00 Tamat SD 2 40,00 7 70,00 Tidak tamat SMP - - - - Tamat SMP 3 60,00 - - Tidak tamat SMA - - - - Tamat SMA - - 2 20,00 Jumlah 5 100,00 10 100,00 Sumber: Diolah dari data primer

5.2.3 Tanggungan keluarga

Tanggungan keluarga nelayan pemilik berkisar antara 3-7 orang, sedangkan nelayan buruh berkisar antara 1-6 orang. Tanggungan keluarga nelayan pemilik paling banyak adalah berkisar antara 3-4 orang, sebanyak 60. Tanggungan keluarga nelayan buruh paling banyak berkisar antara 1-2 orang, yaitu sebanyak 50. Secara lengkap mengenai tanggungan keluarga nelayan payang dapat dilihat pada Tabel 16, Lampiran 2 dan 3. Tabel 16 Jumlah tanggungan rumah tangga nelayan responden Jumlah tanggungan orang Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase - - - - 1-2 - - 5 50,00 3-4 3 60,00 3 30,00 5-6 1 20,00 2 20,00 6 1 20,00 - - Jumlah 5 100,00 10 100,00 Sumber: Diolah dari data primer

5.2.4 Pendapatan total

Pendapatan rumah tangga terdiri atas pendapatan perikanan dan non perikanan dari seluruh anggota rumah tangga. Total pendapatan nelayan pemilik sebesar Rp 104.160.000,00 per tahun, sedangkan total pendapatan nelayan buruh sebesar Rp 18.136.800,00 per tahun. Total pendapatan rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total pendapatan rumah tangga nelayan responden No Kategori nelayan Total pendapatan Rp per tahun 1 Pemilik 104.160.000,00 2 Buruh 18.136.800,00 Sumber: Diolah dari data primer

5.3 Deskripsi Alokasi Waktu Kerja

Alokasi waktu kerja terdiri atas waktu kerja melaut dan non melaut pada musim ikan dan tidak musim ikan. Pada saat musim ikan waktu kerja nelayan buruh 96 lebih banyak dari pada nelayan pemilik 28, sedangkan pada saat tidak musim ikan waktu kerja nelayan buruh adalah sebaliknya. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat musim ikan sebesar 341,13 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 251,75 jam per bulan. Total alokasi waktu kerja nelayan buruh pada saat tidak musim ikan sebesar 115,78 jam per bulan, sedangkan alokasi waktu kerja nelayan pemilik sebesar 202,57 jam per bulan. Alokasi waktu kerja rata-rata per bulan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Alokasi waktu kerja nelayan responden Kegiatan nelayan Musim ikan Tidak musim ikan Pemilik Buruh Pemilik Buruh Dalam jam : Kerja melaut 70,88 329,88 21,6 100,53 Kerja non melaut 180,97 15,25 180,97 15,25 Total kerja 251,75 341,13 202,57 115,78 Dalam persen : Kerja melaut 28,00 96,00 11,00 87,00 Kerja non melaut 72,00 4,00 89,00 13,00 Total kerja 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Diolah dari data primer Total alokasi waktu pada saat melaut dalam satu hari adalah 731 menit, sedangkan total alokasi waktu pada saat non melaut dalam satu hari adalah 679 menit. Sebagian besar kegiatan melaut dalam satu hari digunakan untuk hauling 19, sedangkan sebagian besar kegiatan non melaut dalam satu hari digunakan untuk tidur 25. Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari untuk melaut dan non melaut Melaut Non melaut Kegiatan Waktu menit Persentase Kegiatan Waktu menit Persentase Persiapan 46 3 Ibadah 30 2 Perjalanan menuju fishing ground 169 12 Makan 25 2 Setting 55 4 Istirahat 20 1 Hauling 273 19 Nonton TV 119 8 Perjalanan menuju fishing base 169 12 Tidur 365 25 Bongkar Muat 49 3 Perjalanan rumah- fishing base 35 2 - - - Persiapan melaut 45 3 - - - Lain-lain 40 3 Jumlah 761 43 Jumlah 679 57 Sumber : Diolah dari data primer Sebagian besar kegiatan nelayan responden di luar penangkapan ikan dalam satu hari digunakan untuk tidur sebesar 35,61 dan menonton TV sebesar 18,15. Kegiatan nelayan responden apabila tidak melaut dalam satu hari dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Kegiatan nelayan responden dalam satu hari apabila tidak melaut Kegiatan Ibadah Tidur Makan Melihat perbaikan jarring Perbaikan jaring Istirahat Perjalanan TPI- rumah Nonton TV Kerja bakti Bertani Lain- lain Jumlah Waktu menit 57 513 58 15 49 68 5 261 33 106 275 1440 Persentase 3,98 35,61 4,01 1,01 3,41 4,73 0,35 18,15 2,27 7,39 19,13 100 Sumber : Diolah dari data primer

5.4 Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga