tangga dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan
rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau yang diberikan kepada pihak lain Badan Pusat Statistik
2000. Menurut Hanafiah 1984, pos-pos atau bagian mata anggaran rumah
tangga perikanan RTP dan rumah tangga buruh perikanan RTBP dibagi dalam empat kelompok masing-masing adalah sebagai berikut:
1 Kebutuhan pokok; pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, penerangan rumah,
dan perbaikan rumah. 2
Sumbangan Sosial dan Keagamaan; upacara keagamaan, sumbangan sosial, sumbangan keamanan, Pajak atau Iuran Pembangunan Daerah atau lain-lain.
3 Pengeluaran yang dipandang mengandung unsur pemborosan; pengeluaran
untuk rokok, minuman keras, pesta dan hiburan. 4
Tabungan dan Bayar Hutang; sisa pendapatan yang merupakan potensi untuk “saving” dan bayar hutang.
2.6 Tingkat kemiskinan
Tingkat kemiskinan masyarakat dapat digambarkan dengan pendapatan atau penghasilannya. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut pangan,
sandang dan papan. Menurut Esmara diacu dalam Primayuda 2002 mengemukakan pada garis kemiskinan berdasarkan ukuran “dibawah rata-rata”
yaitu: 1
Konsumsi beras dalam jumlah kilogram untuk setiap orang 2
Konsumsi 9 bahan pokok 3
Pengeluaran rumah tangga 4
Konsumsi kalori dan protein setiap orang per hari secara terpisah dengan membedakan nilai rata-rata menurut Daerah Jawa dan lain daerah, desa atau
kota. Di bawah rata-rata itulah yang disebut miskin.
Sajogyo 1996 mengatakan bahwa “garis kemiskinan” mempunyai ciri- ciri spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yang mencakup nilai ambang kecukupan
pangan dan menghubungkan tingkat pendapatan rumah tangga dengan ukuran
kecukupan pangan. Garis kemiskinan ciri pertama dinyatakan dalam rupiah per tahun, tetapi dalam bentuk ekuivalen nilai tukar beras dengan ukuran kilogram
setiap orang per bulan agar dapat saling dibandingkan nilai tukar antar daerah dan antar zaman sesuai dengan harga beras setempat. Klasifikasi tingkat kemisikinan
untuk perkotaan, antara lain : 1
Tidak miskin, pendapatan per kapita per tahun diatas 480 kg beras, nilai tukar beras per orang dalam setahun;
2 Miskin untuk pedesaan ialah pendapatan per kapita per tahun rumah tangga di
bawah 480 kg beras, nilai tukar beras per orang dalam setahun; 3
Miskin sekali, pangan tak cukup di bawah 360 kg beras, nilai tukar beras per orang dalam setahun; dan
4 Paling miskin, pendapatan per kapita per tahun di bawah 270 kg beras, nilai
tukar beras per orang per tahun. Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah, mengklasifikasikan tingkat
kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Kebutuhan hidup minimal yang
dipergunakan sebagai tolok ukur yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4
meter tekstil kasar dan 2 meter batik kasar. Besarnya standar kebutuhan hidup minimum per kapita per tahun dijadikan sebagai batas garis kemiskinan.
Dengan menggunakan tingkat pengeluaran setara dengan pengeluaran untuk konsumsi sembilan bahan pokok. Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah
membagi tingkat kemiskinan menjadi empat golongan, yaitu : 1
Tidak miskin : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari 200 dari total pengeluaran 9 bahan pokok;
2 Hampir miskin : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar
dari 126-200 dari total pengeluaran 9 bahan pokok; 3
Miskin : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari 75- 125 dari total pengeluaran 9 bahan pokok;
4 Miskin sekali : Apabila tingkat pengeluaran per kapita per tahun lebih besar
dari 75 dari total pengeluaran 9 bahan pokok.
2.7 Tingkat Kesejahteraan