Kondisi Umum Habitat Struktur dan Komposisi Jenis Vegetasi pada Habitat Ungko (Hylobates agilis F.Cuvier 1821) dan Siamang (Symphalangus syndactylus Gloger 1841) di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Bagian Barat, Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Umum Habitat

Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat merupakan hutan hujan tropis primer yang sebagian besar merupakan areal konsesi Hak Pengusahaan Hutan HPH Teluk Nauli. Namun sampai saat ini belum dilakukan eksploitasi terhadap vegetasi yang terdapat dalam area tersebut karena kondisi topografi yang tidak memungkinkan untuk kegiatan HPH. Areal penelitian Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat terletak pada ketinggian 800-1200 mdpl sehingga dapat dikategorikan kedalam tipe hutan peralihan antara ekosistem hutan perbukitan tengah medium elevation hills dan hutan sub-montana berdasarkan zona altitudinal dari permukaan laut Laumonier 1997. Sedangkan berdasarkan zona floristik kawasan tersebut dapat dikategorikan kedalam formasi hutan Dipterocarpaceae atas dan hutan Fagaceae-Lauraceae Whitemore 1975. Tipe Habitat yang teramati dalam kawasan hutan areal penelitian tersebut dapat dibedakan berdasarkan struktur dan komposisi vegetasinya. Terdapat tiga tipe habitat utama dalam kawasan tersebut yaitu hutan Dipterocarpaceae atas upper Dipterocarp forest, hutan gambut peat forest dan hutan peralihan hill- montana Wijiarti 2009; Wich et al. 2003. Ketiga tipe hutan tersebut dalam pembahasan berikutnya disebut dengan formasi hutan peralihan hill-montana FHHM, formasi hutan gambut FHG dan formasi hutan Dipterocarpaceae atas FHDA. Ketiga formasi hutan di areal penelitian tersebar dalam tiga wilayah besar yaitu formasi hutan hill-montana FHHM di area sebelah timur-utara, formasi hutan gambut FHG di area selatan-barat daya dan formasi hutan Dipterocarpaceae atas FHDA di area sebelah barat-barat laut lokasi penelitian Gambar 7. Penggambaran kondisi vegetasi ketiga tipe habitat tersebut disajikan pada Gambar 8. Gambar 7 Sketsa lokasi pembagian ketiga tipe habitat ungko dan siamang di KHBTBB. Gambar 8 Tipe formasi hutan di KHBTBB berdasarkan jenis vegetasi. Ket: a formasi hutan hill-montana; b formasi hutan gambut dan c formasi hutan Dipterocarpaceae atas. Hasil pengamatan vegetasi pada areal penelitian ini menunjukkan terdapat 216 jenis dari 50 famili pepohonan dengan jumlah individu sebanyak 1360 pohon pada plot contoh berukuran 1,5 ha untuk tiga tipe habitat yang berbeda. Hasil penelitian ini juga mengamati beberapa parameter umum yang menjadi karakteristik pada tiap tipe habitat tersebut, antara lain jumlah famili dan spesies vegetasi, rerata diameter setinggi dada, rerata tinggi total pohon dan beberapa parameter lainnya Tabel 2. a b c Tabel 2 Beberapa parameter umum vegetasi pada tiga tipe habitat di KHBTBB Tipe Hutan ∑Famili ∑ Jenis DBH cm TTP m K indha LBDS m 2 FHHM 37 100 22,51± 12,84 19,92± 6,21 888 23,32 FHG 34 102 21,28± 12,51 18,63± 5,65 1016 24,28 FHDA 39 134 24,82± 20,66 19,57± 6,56 816 33,30 Batang Toru 50 216 22,71±15,56 19,60±6,30 907 80,89 Keterangan: FHHM= Formasi hutan peralihan hill-montana; FHG= formasi hutan Gambut; FHDA= formasi hutan Dipterocarpaceae atas; DBH= rerata diameter setinggi dada; TTP= rerata tinggi total pohon; K= kelimpahan; LBDS= luas bidang dasar. Ketiga formasi hutan yang teramati secara umum memiliki kemiripan satu dengan lainnya berdasarkan beberapa nilai parameter umum yang teramati. Namun formasi hutan Dipterocarpacae atas FHDA merupakan tipe habitat yang memiliki nilai parameter umum tertinggi dibandingkan dengan lainnya. Pendugaan mengenai karakteristik parameter umum vegetasi di kawasan hutan tersebut akan dibahas secara lebih rinci pada sub-bab pembahasan selanjutnya. Hasil analisis data memberikan beberapa nilai indeks untuk ketiga tipe formasi hutan yang teramati yaitu indeks keanekaragaman jenis pohon Shanon- Wiener, kemerataan jenis Shanon-Wiener, kekayaan jenis Margalef dan kesamaan komunitas similarity index. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis pohon Shanon-Wiener, kemerataan jenis Shanon-Wiener, kekayaan jenis Margalef disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Indeks keanekaragaman jenis dan keseragaman jenis Shanon-Wiener pada ketiga tipe hutan di KHBTBB Tipe Hutan H H max E’ R FHHM 3,65 4,61 79,26 16,24 FHG 3,22 4,63 69,62 16,22 FHDA 4,42 4,90 90,24 22,13 Keterangan: FHHM= Formasi hutan peralihan hill-montana; FHG= formasi hutan Gambut; FHDA= formasi hutan Dipterocarpaceae atas; H’= indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiener; H’ max= nilai maksimum H” di habitat; E’= Indeks kemerataan jenis Shanon-Wiener; R= Nilai kekayaan jenis Margalef. Indeks keanekaragaman Shanon-W iener H’ yang terdapat pada ketiga tipe habitat tersebut masing-masing sebesar 3,65 FHHM, 3,22 FHG dan 4,42 FHDA. Ketiga nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener masing-masing habitat termasuk kedalam kategori tinggi. Barbour et al. 1987 diacu dalam Simorangkir et al. 2009 menyebutkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis umumnya berkisar 0- 7 dan memiliki beberapa kriteria yaitu rendah untuk H’=0-2; sedang jika H’=2-3; dan tinggi jika H’3. Tingginya nilai keanekaragaman jenis vegetasi untuk tiap formasi hutan di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat diduga merupakan implikasi dari kondisi biogeografisnya yang merupakan daerah peralihan kawasan biogeografis Danau Toba bagian utara dan kawasan biogeografis Danau Toba Bagian selatan Perbatakusuma et al. 2006. Indeks kemerataan jenis menunjukkan penyebaran individu spesies dalam komunitas. Nilai indeks kemerataan jenis E’ berkisar antara nol sampai satu. Tabel 3 menunjukkan nilai kemerataan jenis untuk masing-masing tipe habitat sebesar 79,26 FHHM, 69,62 FHG dan 90,24 FHDA. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat penyebaran individu spesies vegetasi di ketiga tipe hutan tersebut cukup merata. Krebs 1978 menyebutkan bahwa nilai indeks kemerataan E’ mendekati satu menunjukkan bahwa spesies yang terdapat dalam suatu komunitas semakin merata, sementara apabila nilai indeks kemerataan mendekati nol menunjukkan ketidakmerataan spesies dalam komunitas tersebut. Indeks kekayaan jenis Margalef merupakan indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Seluruh tipe habitat yang teramati memiliki nilai kekayaan jenis yang tinggi. Berdasarkan Magurran 1988 besaran R3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, R=3,5-5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R5 kekayaan jenis tergolong tinggi. Hasil analisis data juga menghasilkan indeks kesamaan komunitas bagi ketiga tipe habitat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat. Ketiga tipe habitat tersebut memiliki nilai kemiripan diatas 30 Tabel 4. Tabel 4 Indeks kesamaan komunitas similarity index pada ketiga tipe hutan di KHBTBB FHHM FHG FHDA FHHM 48,51 47,86 FHG 39,83 FHDA Keterangan: FHHM= Formasi hutan peralihan hill-montana; FHG= formasi hutan Gambut; FHDA= formasi hutan Dipterocarpaceae atas. Nilai indeks kesamaan yang bervariasi antara satu komunitas dengan komunitas lainnya pada lokasi penelitian, menunjukkan terdapatnya susunan struktur dan komposisi tumbuhan untuk masing-masing komunitas tersebut. Nilai indeks kesamaan komunitas antara masing-masing tipe habitat yang teramati yaitu 48,51 FHHM-FHG, 47,86 FHHM-FHDA dan 39,83 FHG- FHDA, menunjukkan tingkat kesamaan jenis pada masing-masing habitat yang dibandingkan. Nilai tersebut juga menggambarkan sekurang-kurangnya terdapat 40 organisme spesies yang sama dan terdapat di dua habitat yang dibandingkan. Kesamaan spesies antar komunitas termasuk kedalam kategori tidak mirip atau spesifik lokal. Hal ini didasarkan atas Suin 2002 diacu dalam Astuti 2010 yang menyebutkan tingkat pengelompokkan tipe komunitas dapat dikategorikan menjadi empat tingkat yaitu sangat tidak mirip IS≤25, tidak mirip 25IS≤50, mirip 50IS75 dan sangat mirip IS ≥ 75. 5.2 Struktur Vegetasi 5.2.1 Kerapatan vegetasi