rendah ditunjukkan pada kelas ketinggian 10 meter, kemudian mengalami peningkatan kelimpahan individu pada kelas ketinggian 11-15 hingga mencapai
puncak pada kelas ketinggian 16-20 meter dan kecenderungan kembali menurun pada kelas ketinggian selanjutnya. Kelimpahan individu pepohonan yang tinggi
pada kelas strata B dan C atau pada kelas ketinggian 11-30 meter menunjukkan kesesuaian yang tinggi bagi keberadaan kedua jenis Hylobatidae terutama dalam
mendukung aktivitas pergerakan mereka Cannon Leighton 1974; Gittins 1983; Chivers 1974. Profil vertikal habitat Hutan Batang Toru Bagian Barat disajikan
pada Gambar 11.
Gambar 11 Profil vertikal vegetasi pada tiga tipe habitat ungko dan siamang di KHBTBB. Ket: FHHM= formasi hutan hill-montana; FHG= formasi
hutan gambut; FHDA= formasi hutan Dipterocarpaceae atas.
5.4.2 Kelas diameter pohon
Hasil pengamatan pada semua tipe habitat menujukkan terdapat 10 kelas diameter pohon dengan jumlah kelas diameter terbesar ditemukan pada kelas
diameter 10-19 cm sebanyak 762 individu pohon dan jumlah dengan individu pohon paling sedikit terdapat pada kelas diameter 60-69 cm. Sebaran pepohonan
yang berdiameter besar dengan ukuran lebih dari 70 cm sangat minim sekali jumlah individu 5 pada formasi hutan hill-montana dan formasi hutan gambut,
namun hal berbeda ditunjukkan oleh habitat formasi hutan Dipterocarpaceae atas yang memiliki jumlah individu yang cukup banyak pada tingkat sebaran kelas
diameter tersebut. Gambaran mengenai sebaran kelas diameter pohon yang terdapat di ketiga tipe habitat tersebut disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Jumlah individu pohon berdasarkan kelas diameter pada tiap tipe
habitat Hylobatidae di KHBTBB. Ket: FHHM= formasi hutan peralihan
Hill-Montana; FHM=
formasi hutan
Gambut; FHDA=formasi hutan Dipterocarpaceae atas.
Sebaran kelas diameter pohon yang terdapat diketiga tipe habitat tersebut menggambarkan keadaan fisik pepohonan yang didominasi oleh pepohonan muda
dan dalam masa pertumbuhan untuk mencapai klimaks. Tidak terdapat nilai signifikansi perbedaan yang tinggi bagi sebaran kelas diameter pohon untuk
semua tipe habitat. Hal ini mengindikasikan kemiripan kelas diameter pohon yang dimiliki antara ketiga tipe habitat tersebut.
Kelas diameter ukuran diatas 80 cm yang secara fisik merupakan pohon raksasa didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae yang terdapat hanya di formasi
hutan Dipterocarpaceae atas. Sedangkan disisi lain untuk pepohonan yang memiliki diameter kurang dari 70 cm terdiri dari berbagai macam jenis vegetasi
yang terdapat dalam ketiga tipe habitat, termasuk didalamnya pohon yang dimanfaatkan oleh kedua jenis Hylobatidae tersebut khususnya sebagai sumber
pakan yang banyak terdapat di formasi hutan peralihan hill-montana dan formasi hutan gambut. Mendominasinya sebaran pepohonan yang berdiameter kecil
243
100 54
23 15
5 3
297
117 53
22 12
6 2
217
107 45
27 11
5 13
50 100
150 200
250 300
350
10-19 20-29
30-39 40-49
50-59 60-69
70 J
um la
h P
o ho
n
Kelas Diameter
FHHM FHG
FHDA
hingga sedang, merupakan hal yang positif bagi keberadaan ungko maupun siamang. Cannon dan Leighton 1994 menyebutkan primata dari famili
Hylobatidae banyak menggunakan pepohonan yang 32-63 cm untuk aktivitas sehari-hari mereka khususnya dalam melakukan perjalanan dihabitatnya.
Hasil penelitian ini juga menggambarkan kerapatan vegetasi yang terdapat dalam ketiga tipe habitat dikawasan hutan lindung Batang Toru Bagian Barat
memiliki trend yang menurun secara eksponensial dari pohon berdiameter kecil ke besar seperti kurva āLā Gambar 10. Hal ini mengindikasikan bahwa populasi
vegetasi di kawasan hutan Batang Toru terdiri dari campuran seluruh kelas diameter dan didominasi oleh pepohonan muda yang masih dalam tingkat
pertumbuhan diindikasikan dengan ukuran diameter kecil, sehingga dapat menjamin keberlangsungan tegakan di masa mendatang.
Perbatakusuma et al. 2006 dan Syaukani et al. 2005 menyatakan tegakan hutan dengan distribusi diameter pohon seperti kurva āLā atau J terbalik disebut
sebagai hutan tidak seumur dalam kondisi seimbang balanced forest. Hutan dengan tegakan tidak seumur memiliki tingkat sensitivitas ekologi yang tinggi dan
banyak jenis yang saat ini dijumpai di hutan Batang Toru diperkirakan akan hilang dari kawasan tersebut di masa mendatang, apabila hutan di kawasan ini
mendapat gangguan, misalnya pembukaan hutan dengan skala luas.
5.4.3 Tutupan tajuk