sebanyak 8 individu dalam 15 plot contoh pengamatan atau dengan kata lain rerata basal area untuk masing-masing individu jenis tersebut sebesar 0,93 m
2
diameter = 109 cm. Hal ini menunjukkan adanya diferensiasi karakteristik fisik pohon antara jenis Dipterocarpaceae dengan jenis lainnya, dimana jenis tersebut
merupakan pohon memiliki diameter yang sangat besar. Myrisnaceae Labisia pumila dan Sapotaceae Madhuca laurifolia yang menjadi spesies dengan LBDS
dominan di formasi hutan peralihan hill-montana dan hutan gambut, memiliki nilai tertinggi karena hasil akumulasi dari banyaknya individu yang terdapat
dalam habitat tersebut. Nilai luas bidang dasar vegetasi yang beragam pada tiap formasi hutan
tersebut mengindikasikan kemungkinan adanya pengaruh tempat hidup dan kemampuan berkompetisi antara satu jenis vegetasi dan jenis vegetasi lainnya.
Jenis Myrisnaceae Labisia pumila, Sapotaceae Madhuca laurifolia dan Dipterocarpaceae Shorea platyclados sebagai jenis vegetasi yang memiliki nilai
basal area tertinggi di masing-masing habitat diduga memiliki dominansi yang kuat di habitatnya sehingga mampu untuk tumbuh hingga mencapai ukuran yang
lebih besar dibanding jenis lainnya. Kemungkinan lain yang mempengaruhi tingginya nilai luas bidang dasar ketiga vegetasi dengan LBDS dominan tersebut
adalah jenis dan umur pohon tersebut dialam. Hortson 1976 diacu dalam Astuti 2010 mengungkapkan selain faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi
besarnya nilai basal area suatu jenis tumbuhan, terdapat juga faktor internal yang mempengaruhi hal tersebut yaitu jenis dan umur pohon.
5.3 Komposisi Jenis Vegetasi
Komposisi jenis vegetasi yang membentuk kawasan hutan penelitian ini secara umum memiliki perbedaan pada masing-masing tipe habitat. Pengamatan
menunjukkan terdapatnya perbedaan jenis-jenis yang menjadi ciri khas bagi masing-masing formasi hutan. Beberapa jenis vegetasi yang menjadi ciri khas
antara lain Sapotaceae Madhuca lauriofolia yang merupakan ciri bagi formasi hutan gambut dan Dipterocarpaceae Shorea platyclados bagi formasi hutan
Dipterocarpaceae atas. Seluruh hasil pengamatan terhadap komposisi jenis vegetasi disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Komposisi vegetasi pada masing-masing tipe habitat di KHBTBB
Parameter Formasi Hutan
FHHM FHG
FHDA ∑ Famili
37 34
39
∑ Jenis
100 102
134
Famili
Lauraceae Myrtaceae
Lauraceae
Dominan
Myrtaceae Lauraceae
Myrtaceae Jumlah jenis
Sapotaceae Fagaceae
Fagaceae Fagaceae
Sapotaceae Flacourtiaceae
Annonaceae Icacinaceae
Euphorbiaceae
Jenis
Myrsinaceae Sapotaceae
Dipterocarpaceae
Dominan
L. pumila M. laurifolia
S. platyclados INP
Sapotaceae Sapotaceae
Ulmaceae P. rostratum
P. rostratum G. subequalis
Anacardiaceae Myrtaceae
Myrtaceae C. auriculatum
T. whiteana S. napiformis
Keterangan: FHHM= formasi hutan hill-montana; FHG= formasi hutan gambut; FHDA= formasi hutan Dipterocarpaceae atas; = jenis pohon sumber pakan ungko; = jenis pohon
sumber pakan siamang; = jenis pohon sumber pakan ungko dan siamang.
Kawasan hutan peralihan hill-montana memiliki komposisi jenis vegetasi yang terbesar dari famili Lauraceae dengan jumlah jenis sebesar 14 jenis atau 14
dari keseluruhan jenis yang terdapat dalam tipe habitat ini. Beberapa jenis vegetasi dari famili Lauraceae yang terdapat dalam tipe habitat hutan peralihan
hill-montana antara lain Endiandra rubescens, Actinodaphne montana dan Cinnamomum iners. Famili vegetasi lain yang memiliki kelimpahan jumlah jenis
tertinggi dalam tipe hutan hill-montana yaitu Myrtaceae 10, Fagaceae 8, Sapotaceae 7 dan Annonaceae 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara altitudinal formasi hutan peralihan hill-montana yang terdapat di kawasan ini termasuk kedalam zona sub-montana forest. Laumonier 1997 menyebutkan
terdapat beberapa famili yang menjadi karakteristik tegakan hutan sub-montana pada ketinggian 800-1400 mdpl di Pulau Sumatera yaitu Fagaceae, Lauraceae dan
Myrtacaeae. Formasi hutan gambut yang terdapat dalam kawasan ini bukan merupakan
tipe hutan gambut yang tergenang oleh air rawa, melainkan hutan gambut kering. Formasi hutan ini ditandai dengan beberapa jenis vegetasi dengan jumlah individu
yang dominan dari famili Sapotaceae seperti Maducha laurifolia ataupun Palaquium rostratum, sehingga tutupan tajuk pepohonan yang terdapat dalam
formasi hutan ini didominasi warna daun coklat. Whitemore 1975 menyebutkan
bahwa jenis dari famili Sapotaceae yang memiliki daun berwarna kecoklatan seperti Madhuca spp. dan Palaquium spp. merupakan spesies yang dominan pada
tipe hutan gambut. Hasil pengamatan menunjukkan walaupun Famili Sapotaceae memiliki jumlah individu yang dominan, namun famili tersebut bukanlah yang
dominan dari segi jumlah jenis. Famili Myrtaceae jambu-jambuan merupakan famili yang memiliki jumlah jenis terbanyak dengan nilai relatif 20,59 dari
keseluruhan jenis yang terdapat dalam tipe hutan tersebut. Beberapa spesies dari famili Myrtaceae yang memiliki kelimpahan terbanyak dalam tipe hutan gambut
antara lain Myrtaceae Syzigium sp. 36 dan Tristaniopsis whiteana. Empat Famili lain yang memiliki jumlah jenis terbanyak dalam formasi hutan gambut Batang
Toru antara lain Lauraceae 10,78, Fagaceae 8,82, Sapotaceae 6,86, Icacinaceae 4,90.
Komposisi jenis vegetasi pada formasi hutan Dipterocarpaceae atas upper Dipterocarpaceae forest memiliki perbedaan dengan dua tipe formasi hutan
lainnya yaitu terdapatnya jenis Shorea platyclados dari famili Dipterocarpaceae. Secara umum famili vegetasi yang terdapat dalam formasi hutan Dipterocarpaceae
atas tidak berbeda jauh dari kedua tipe formasi hutan lain dengan Lauraceae sebagai famili vegetasi yang memiliki jumlah jenis terbanyak 12,69 dari seluruh
jenis vegetasi yang terdapat dalam tipe hutan tersebut. Empat famili vegetasi lain yang memiliki jumlah jenis terbanyak dalam fomasi hutan Dipetrocarpaceae atas
antara lain Myrtaceae 10,45, Fagaceae 7,46, Flacourtiaceae 5,97 dan Euphorbiaceae 5,97. Kawasan hutan Dipterocarpaceae atas biasanya ditandai
dengan terdapatnya vegetasi dari Famili Dipterocarpaceae seperti tegakan Shorea platyclados berukuran raksasa yang berasosiasi dengan beberapa jenis vegetasi
dari Famili lain yang dominan, contohnya Fagaceae dan Burseraceae Laumonier 1997.
Hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 6 juga menunjukkan terdapatnya potensi pohon sumber pakan yang termasuk kedalam tiga besar jenis dominan
pada seluruh formasi hutan. Pada formasi hutan peralihan ketiga jenis vegetasi yang mendominasi kawasan tersebut seperti Myrisnaceae Labisia pumila,
Sapotaceae Palaquium rostratum dan Anacardiaceae Campnosperma auriculatum merupakan jenis pepohonan yang berperan penting karena berpotensi sebagai
sumber pakan bagi ungko dan siamang Nowak 2010. Selanjutnya jenis Sapotaceae Madhuca laurifolia dan Palaquium rostratum merupakan jenis
vegetasi yang berpotensi sebagai sumber pohon pakan pada formasi hutan gambut. Kelimpahan yang tinggi di tipe hutan tersebut untuk kedua jenis vegetasi
ini akan berkorelasi positif terhadap keberadaan ungko dan siamang karena dapat menjamin ketersediaan pakan bagi kedua jenis Hylobatidae tersebut.
5.4 Profil Habitat 5.4.1 Kelas strata dan tinggi pohon serta visualisasi tegakan